Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, dan ada juga yang tidak tahu. Demikian hadits Nabi menyebutkan. Hal ini sudah menjadi ketetapan (sunnatullah) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Yang mesti dilakukan orang yang sedang sakit adalah berikhtiar mencari obatnya. Bila kemudian penyakit yang mereka derita belum sembuh-sembuh juga sementara mereka sudah berusaha, hal itu bukan berarti penyakit yang mereka derita tidak ada obatnya.
Dalam hal ikhtiar, orang yang sedang sakit hampir tidak ada bedanya dengan orang yang sehat. Orang yang sakit berikhtiar untuk meraih kesembuhan, sedangkan orang yang sehat berikhtiar untuk menjaga kesehatannya. Kedua-duanya sama-sama mencari kesehatan. Jadi bila ada orang yang sehat berusaha menjaga kesehatannya sementara orang yang sakit malah bermalas-malasan meraih kesehatannya, maka hendaknya orang yang sakit itu malu terhadap orang yang sehat.
Hadits di atas merupakan hiburan Allah bagi orang yang sedang sakit bahwa Allah berjanji kepada mereka bila setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka hendaklah setiap orang yang sedang sakit optimis dengan kesembuhannya. Sikap optimis akan semakin menguatkan dirinya, bahkan meningkatkan daya tahan tubuhnya dan mendorong tubuhnya menjadi lebih sehat lagi. Sebaliknya, sikap pesimis memberikan efek melemahkan daya tahan tubuh sehingga menambah parah penyakit yang dideritanya. Pada sebuah studi kesehatan yang dilakukan pada pasien-pasien depresi ditemukan bahwa terapi pikiran positif seperti optimisme yang dilakukan selama 12 minggu ternyata lebih berkhasiat dan efektif memperbaiki kondisi pasien daripada obat-obatan. Studi lainnya yang dilakukan di Pusat Kanker di Australia menemukan bahwa pasien kanker payudara yang optimis ternyata berpeluang lebih besar untuk sembuh daripada mereka yang pesimis dan putus asa.
Sangat banyak jumlahnya kasus yang menyebutkan tentang penderita suatu penyakit yang menurut banyak orang tidak bisa disembuhkan atau tidak ada obatnya, namun ternyata beberapa orang di antaranya berhasil disembuhkan.
Kadang efek kesembuhan dari obat itu berasal dari obat yang tepat. Sedangkan mereka yang belum sembuh-sembuh juga dari penyakitnya bisa disebabkan mereka belum mendapatkan obat yang tepat untuk mereka minum.
Kadang juga efek kesembuhan obat itu berasal dari obat yang sesuai dengan dosis karena ada saja orang yang minum obat sejenis namun belum juga sembuh dari penyakitnya. Hal itu tejadi bisa disebabkan dosis obat yang tidak tepat bagi dirinya.
Kadang juga yang dimaksud obat itu bukan hanya diperoleh dari meminum obat seperti kapsul, tablet atau sirup yang diresepkan dokter tetapi bisa jadi diperoleh dengan berusaha meningkatkan daya tahan tubuh secara sabar dan terus menerus. Dengan pola makan serta gaya hidup jasmani dan ruhani yang baik, tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Kecuali untuk kasus-kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan medis tertentu.
Oleh karena itu kita harus menanamkan keyakinan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Selalu ada harapan ditengah situasi sesulit apapun.
*****
Ibnu Abbas Ra. kehilangan pandangannya (buta), tapi dia berkata sambil menghibur dirinya: “Jika Allah telah mengambil sinar dari kedua mataku, masih tersisa di hati dan sanubariku cahaya yang lain. Aku masih dianugerahi hati yang cerdas dan akal yang tidak menyimpang sedang lisanku dibuat tajam bagaikan pedang menyambar." Demikian Ibnu Abbas menghibur dirinya dengan mengingat berbagai nikmat yang terdapat pada dirinya meski kehilangan sedikit nikmat.
Salah satu kaki Urwah bin Zubair diamputasi dan pada hari yang sama seorang putranya meninggal. Ia berkomentar: “Segala puji bagi-Mu ya Allah! Meski hari ini Engkau mengambil, dulu Engkau pernah memberi. Meski kini Engkau member cobaan, dulu Engkau sering member keselamatan. Engkau telah memberiku empat anggota badan (kaki dan tangan), namun Engkau hanya mengambil satu saja dariku. Engkau pernah memberiku empat orang anak, namun Engkau hanya mengambil satu dariku.”
Mengapa kesabaran mereka bisa begitu tinggi? Mengapa mereka tetap bersyukur ditengah nikmat yang hilang pada diri mereka? Siapakah Ibnu Abbas dan Urwah bin Zubair? Ibnu Abbas adalah salah seorang sahabat Nabi yang utama. Beliau adalah salah seorang sahabat yang paling tahu isi Al Quran, paling paham agama, banyak membaca Al Quran dan mentadaburinya. Sedangkan Urwah disebutkan sebagai salah satu dari tiga ulama yang paling paham hadits-hadits dari Aisyah Radiyallahu Anha. Artinya, mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan nilai-nilai Islam. Yang kemudian mendorong mereka untuk dekat kepada Tuhan, menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan. Sehingga pada akhirnya hidup mereka menjadi tenang dan tenteram walaupun mereka sedang mengalami kesulitan hidup.
Bandingkan dengan data-data dibawah ini:
George Engel, M.D. dalam artikelnya berjudul “Dapatkah Emosi Anda Membunuh Anda” mengumpulkan 275 kasus di mana kematian umumnya terjadi selama beberapa menit atau beberapa jam setelah peristiwa besar dalam hidup seseorang. Sebagian besar, korban dianggap tidak sedang sakit pada waktu itu, jika sedang sakit tidak mendekati bahaya kematian.
Seorang ibu berkebangsaan Jerman telah membunuh ketiga anaknya. Penyebabnya telah terbukti bahwa ibu tersebut menderita stress dan selalu bersedih.
Karena cintanya yang begitu dalam kepada ketiga anaknya, ia tidak rela bila mereka hidup dalam kesulitan dan kesedihan sebagaimana yang ia rasakan. Karenanya, ibu tersebut memutuskan untuk melepaskan kesulitan hidup dari anak-anaknya dengan cara membunuh mereka, sekaligus menghabisi hidupnya sendiri.
Kasus bunuh diri menempati satu dari 10 penyebab kematian di setiap Negara. bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10 hingga 24 tahun. WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh diri adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi.
Terlihat disini, ternyata jauh sekali dampaknya antara rasa syukur dan optimis dengan kufur dan pesimis. Sebagaimana juga terlihat perbedaan antara orang yang taat dengan orang yang jauh dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar