Saya pernah bertanya kepada seorang ustadz: “Ustadz, bagaimana cara memulai hidup baru?” Ustadz itu menjawab: “Merubah kehidupan itu pertama-tama harus tumbuh dalam jiwa itu sendiri, sebelum segala sesuatu yang lain. Langkah selanjutnya adalah kembali kepada Allah.
‘Kembali’ di sini bukanlah suatu kepalsuan sementara yang pada akhirnya orang kembali lagi mengulangi perbuatan-perbuatan buruknya yang telah lalu. Dan ‘kembali’ di sini bukan pula sebagai upaya yang gagal, karena kurangnya kemauan, daya tahan dan ketabahan. Tidak sekali lagi tidak! Maksud dari ‘kembali’ di sini adalah al-audatu adh-dhaafirah (kembali yang penuh kemenangan), yang Allah sangat gembira karenanya. Yaitu, kemenangan seseorang dalam mengatasi penyebab kelemahan dan kealpaan; kemenangannya membebaskan diri dari ikatan hawa nafsu dan kekufuran. Kemudian ia menetap di fase yang lain, yang penuh dengan keimanan, kebaikan, kematangan dan petunjuk. Inilah kembali yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya, وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan kebenaran.” (QS. Thaha: 82).
Inilah suatu kehidupan baru sesudah keusangan, dan suatu perpindahan yang memutuskan dan merombak perjalanan jiwa sebagaimana tanah mati yang disiram air.”
Dari nasihatnya itu saya selami makna yang bertebaran di alam ini. Saya juga memungutnya satu persatu untuk ditempatkan ke dalam hatiku. Saya berharap hari-hari saya dipenuhi dengan istighfar dan taubat kepada-Nya. Karena saya merasa dengan taubat itu, saya menjadi tenang, bahagia dan terus-menerus tercerahkan. Dari Allah-lah sumber kebahagiaan itu berasal. Sesungguhnya ketidaktahuan akan Allah dan agama-Nya itulah yang menjadi sebab timbulnya perasaan dingin atau perasaan yang penuh ketakutan, padahal manusia tidak akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih sayang kepada mereka selain Allah Swt. Kebaikan dan kasih sayang-Nya tidaklah dicampuri oleh motif apa pun, tetapi hanyalah manifestasi kesempurnaan-Nya Yang Maha Tinggi dan Dzat-Nya Yang Maha Suci.
Dari sanalah kita melangkah, menuju sebuah semangat baru, ruh baru, bagai bayi yang baru saja lahir, bersih tanpa noda, berjalan dengan tekad kuat penuh optimisme, dan tidak tunduk terhadap keadaan yang berada di sekeliling kita, betapapun buruknya, serta tidak dapat dikendalikan olehnya. Manusia tipe inilah yang akan mampu mengambil manfaat dari keadaan sekitarnya sambil menjaga ciri-ciri khas dirinya. Ibarat benih-benih bunga yang ditanamkan di bawah gundukan tanah ‘perawan’, namun kemudian tumbuh ke atas menyambut sang surya dengan baunya yang segar semerbak.
Tanah lumpur yang berbau dan air yang keruh kini telah beralih menjadi suatu warna yang menarik dan bau yang harum.
Subhanallah, blog saudara sgt memotivasi, trm ksh sdh berbagi
BalasHapussama-sama, terimakasih sudah berkunjung
HapusAlhamdulillah bisa baca di blog ini
BalasHapus