Bagi sebagian orang berpikiran, biar cepat shalatnya baca saja surat-surat pendek seperti al kautsar.
Surat al kautsar memang tampak begitu pendek. Anak SD sampai TK pun sudah banyak yang hafal. Tapi yang menjadi permasalahan, apakah kita pernah mentadabburi surat ini atau tidak?
Bila kita perdalam kandungan surat al kautsar, maka akan terlihat mutiara yang berharga. Dari sana tampak cahaya pemikiran yang akan menerangi jalan kehidupan kita.
Kata "al kautsar" berasal dari kata "al katsrah". Dalam konteks ayat ini berarti "nikmat yang sangat banyak". Saking banyaknya tidak terhitung jumlahnya.
Ayat pertama dimulai dengan kata "inna" sesungguhnya. Menunjukkan suatu kepastian, keteguhan, keyakinan yang kuat bahwa pada dasarnya manusia memperoleh nikmat yang sangat banyak.
Apakah anda dapat menghitung nikmat Allah? Mulailah menghitung berapa banyak udara yang anda hirup. Satu nikmat ini saja anda tidak dapat menghitungnya. Lalu, mengapa anda tiba-tiba menjadi makhluk pendurhaka dan kufur nikmat?
Kalaulah ada nikmat yang hilang dari diri anda. Misalnya anda tidak dianugerahi seorang anak laki-laki, sebagaimana yang terjadi pada diri Nabi Muhammad Saw. Orang-orang kafir menjuluki Nabi sebagai "al abthar" yang terputus. Yaitu yang terputus keturunannya karena wafatnya semua anak laki-laki beliau disaat mereka masih bayi. Janganlah membuat anda kufur terhadap Allah. Ingat-ingatlah kenikmatan lainnya yang Allah berikan kepada anda agar hidup anda tenang dan bahagia. Karena jika anda terlalu larut dalam kesedihan akibat dari nikmat yang hilang itu, itu malah akan mencelakakan anda. Betapa banyak orang yang bunuh diri karena terlalu terfokus pada hilangnya satu atau dua nikmat. Pandangannya sudah dibutakan oleh setan sehingga yang nampak padanya hanya kenikmatan yang hilang itu.
Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Karena sesungguhnya yang terputus "al abthar" itu adalah orang-orang kafir. Bukan dirimu yang mukmin dan mukminah.
Demikianlah kandungan surat al kautsar. Begitu besar dan dahsyat maknanya. Menghujam ke lubuk hati. Menerangi alam pikiran bagi mereka yang gundah gulana; resah gelisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar