Saya termasuk orang yang senang minum kopi. Tidak terlalu banyak sih. Cukup secangkir saja di pagi hari. Srupuut.
Kopi yang paling senang saya minum adalah kopi ditambah sedikit kream dan gula. Sebenarnya kopi tanpa gula jauh lebih menyehatkan. Tapi karena ngga kuat dengan pahitnya, saya tambah sedikit gula di dalamnya. Ternyata yang tidak menyehatkan itu karena "gula" bukan karena kopi itu sendiri. Makanya, saya tidak terlalu suka kopi instan dengan campuran gula, susu, atau mocca. Dulu terlalu sering minum jenis kopi ini membuat saya jadi suka batuk. Makanya saya tinggalkan saja.
Satu jenis kopi yang belum saya minum dan ingin saya minum adalah kopi luwak. Kabarnya kopi jenis ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki jenis kopi lainnya. Konon kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara sempurna di dalam sistem pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi luwak mampu meningkatkan kualitas aroma dan rasa.
Sensasinya, kopi ini keluar dari kotoran binatang luwak. Ditambah dengan harganya yang selangit (ratusan ribu hingga jutaan rupiah per kilogramnya). Jadi terkesan ekslusif. Biar mahal banyak dicari orang. Penasaran.
Kembali lagi ke khasiat kopi pada umumnya, saya sudah pernah menulis tentang salah satu khasiat minum kopi, yaitu sangat baik bagi penderita step. Khasiat lainnya kopi dapat mencegah dan mengobati penderita asma. Kafein yang banyak terkandung dalam kopi ternyata mampu membantu merelaksasi sel-sel paru-paru yang mengkerut, yang merupakan penyebab timbulnya asma.
Sehingga, menurut pendapat seorang ilmuwan dari Harvard, para penggemar kopi yang juga mengidap asma akan menikmati sepertiga kali lebih rendah resiko kambuhnya asma mereka daripada mereka yang jarang menikmati jenis minuman ini.
Didapati pula, para peneliti memutuskan melakukan penelitian terhadap kopi sebagai obat alternatif asma ini karena kafein dalam kopi ternyata memiliki karakteristik kimiawi yang sama dengan theophylline yang sudah umum digunakan dalam menangani penyakit asma.
Namun begitu, para peneliti tersebut juga member peringatan, pengaruh yang ditimbulkan dalam mengurangi risiko gejala asma sangat kecil hingga para pakar medis ini menyarankan untuk tidak menggunakan kafein sebagai pengobatan utama.
Di samping khasiat di atas, berdasarkan penelitian yang ada, kopi juga dapat mencegah resiko kanker mulut dan melindungi gigi, mencegah penyakit kanker dan diabetes, pembangkit stamina dan energi ekstra, serta mengurangi rasa sakit kepala.
Jadi, kalau menurut saya, kopi itu termasuk herbal. Jadi insya Allah menyehatkan bila diminum, asal tidak berlebihan. Sehari satu atau dua cangkir saja sudah cukup. Kabarnya Mbah Surip, penyanyi tak gendong kemana-mana, sehari minum kopi sebanyak 20 gelas. Banyak pihak mengatakan, hal itu menjadi salah satu penyebab Mbah Surip meninggal dunia. Organ tubuh dipacu sedemikian rupa padahal ia butuh istirahat.
Bagaimana dengan anda, apakah anda juga termasuk penikmat kopi? Kopi apa saja yang sudah pernah anda minum?
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)... (QS. Al-Hadid: 16)
Selasa, 31 Desember 2013
Senin, 30 Desember 2013
Tawadhu
Saya pertama kali bertemu dengan ustadz Yusuf Mansur sekitar tahun 2005 pada sebuah acara. Saya ingat, saat itu, ustadz Yusuf Manshur datang bersama dengan istri dan seorang anak perempuannya yang masih kecil. Bukan sebagai pembicara melainkan sebagai pengunjung biasa. Sempat ngobrol sejenak tapi saya anggap angin lalu saja. Saat itu saya tidak menyangka bila kelak beliau menjadi seorang ustadz terkenal. Dalam hati saya saat itu dan mungkin kebanyakan orang yang ada di tempat itu, tidak menganggapnya seorang ustadz. Buktinya, banyak orang tidak begitu memperhatikan beliau.
Di kesempatan lain, pada suatu hari saya pernah mengikuti sebuah pengajian. Saat sang ustadz baru datang, saya mencurigai dalam hati, orang seperti ini ustadz? Sudah pendek, hitam, pendiam lagi. Tapi ketika ustadz tersebut mulai bicara di atas mimbar, saya dibuat kaget. Begitu memukau sekali ustadz tersebut dalam berceramah; menggetarkan sanubari, penuh dengan muatan ilmu, dan disampaikan dengan gaya berceramah yang sangat bagus. Orang-orang antusias sekali dalam mendengarnya. Tak terkecuali saya. Saya merasa malu kepada diri saya sendiri. Belum apa-apa saya sudah mencurigai dan menganggapnya bukan seorang ustadz. Padahal ustadz ini memiliki ilmu dan gaya penyampaian yang sangat memukau.
Rasulullah Saw. "Barangsiapa bertawadhu karena Allah maka Allah meninggikannya." (HR. Abu Nu’aim dengan sanad hasan)
Mengenai hakikat tawadhu’ Imam Hasan Al Bashri menyampaikan, "Yakni ketika seseorang keluar dari rumahnya, maka ia tidak bertemu seorang Muslim pun kecuali ia menyangka bahwa ia (yang dijumpai itu-pent.) lebih baik dari dirinya sendiri (Az Zuhd karya Imam Ahmad, hal. 298).
Imam Al Ghazali menyampaikan mengenai tawadhu lebih terperinci, beliau berpesan, "Jika engkau melihat anak kecil, katakanlah dalam hatimu, ‘Ia belum pernah bermaksiat kepada Allah. Sedangkan aku telah bermaksiat. Tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.’ Jika engkau melihat orang yang lebih tua katakanlah, 'Orang ini telah beribadah sebelum aku melakukannya. Tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.’ Jika melihat orang alim (pandai), katakan, 'Orang ini telah memperoleh apa yang belum aku peroleh. Maka, bagaimana aku setara dengannya.’ Jika dia bodoh, katakan dalam hatimu, 'Orang ini bermaksiat dalam kebodohan, sedangkan aku bermaksiat dalam keadaan tahu. Maka, hujjah Allah terhadap diriku lebih kuat, dan aku tidak tahu bagaimana akhir hidupnya dan akhir hidupku.’ Jika orang itu kafir, katakan, 'Aku tidak tahu, bisa saja dia menjadi Muslim dan akhir hidupnya ditututup dengan amalan yang baik dan dengan keislamannya dosanya diampuni. Sedangkan aku, dan aku berlindung kepada Allah dari hal ini, bisa saja Allah menyesatkanku, hingga aku kufur dan menutup usia dengan amalan keburukan. Sehingga ia kelak termasuk mereka yang dekat dengan rahmat sedangkan aku jauh darinya.’” (Maraqi Al Ubudiyah, hal.79)
Merujuk dari Ibnu Al Athaillah, Al Allamah Al Munawi menyampaikan bahwa tawadhu’ hakiki adalah tawadhu’ yang timbul dari persaksian akan kebesaran Allah. Sehingga, tawadhu kepada manusia dengan berkeyakinan bahwa dirinya besar, maka hal itu bukanlah tawadhu’, namun serupa dengan takabur (Faidh Al Qadir, 6/141).
Semua dalil-dalil ini membuat saya semakin sadar dan malu kepada Allah, bahwa apa yang telah saya lakukan selama ini salah. Saya terlalu memperhatikan penampilan lahiriah seseorang dan hanya menghormati orang yang saya anggap terkenal dan terpandang. Akibatnya saya terjebak pada prasangka negatif yang pada akhirnya tidak terbukti kebenarannya. Semoga Allah mengampuni dosa saya ini.
Di kesempatan lain, pada suatu hari saya pernah mengikuti sebuah pengajian. Saat sang ustadz baru datang, saya mencurigai dalam hati, orang seperti ini ustadz? Sudah pendek, hitam, pendiam lagi. Tapi ketika ustadz tersebut mulai bicara di atas mimbar, saya dibuat kaget. Begitu memukau sekali ustadz tersebut dalam berceramah; menggetarkan sanubari, penuh dengan muatan ilmu, dan disampaikan dengan gaya berceramah yang sangat bagus. Orang-orang antusias sekali dalam mendengarnya. Tak terkecuali saya. Saya merasa malu kepada diri saya sendiri. Belum apa-apa saya sudah mencurigai dan menganggapnya bukan seorang ustadz. Padahal ustadz ini memiliki ilmu dan gaya penyampaian yang sangat memukau.
Rasulullah Saw. "Barangsiapa bertawadhu karena Allah maka Allah meninggikannya." (HR. Abu Nu’aim dengan sanad hasan)
Mengenai hakikat tawadhu’ Imam Hasan Al Bashri menyampaikan, "Yakni ketika seseorang keluar dari rumahnya, maka ia tidak bertemu seorang Muslim pun kecuali ia menyangka bahwa ia (yang dijumpai itu-pent.) lebih baik dari dirinya sendiri (Az Zuhd karya Imam Ahmad, hal. 298).
Imam Al Ghazali menyampaikan mengenai tawadhu lebih terperinci, beliau berpesan, "Jika engkau melihat anak kecil, katakanlah dalam hatimu, ‘Ia belum pernah bermaksiat kepada Allah. Sedangkan aku telah bermaksiat. Tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.’ Jika engkau melihat orang yang lebih tua katakanlah, 'Orang ini telah beribadah sebelum aku melakukannya. Tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.’ Jika melihat orang alim (pandai), katakan, 'Orang ini telah memperoleh apa yang belum aku peroleh. Maka, bagaimana aku setara dengannya.’ Jika dia bodoh, katakan dalam hatimu, 'Orang ini bermaksiat dalam kebodohan, sedangkan aku bermaksiat dalam keadaan tahu. Maka, hujjah Allah terhadap diriku lebih kuat, dan aku tidak tahu bagaimana akhir hidupnya dan akhir hidupku.’ Jika orang itu kafir, katakan, 'Aku tidak tahu, bisa saja dia menjadi Muslim dan akhir hidupnya ditututup dengan amalan yang baik dan dengan keislamannya dosanya diampuni. Sedangkan aku, dan aku berlindung kepada Allah dari hal ini, bisa saja Allah menyesatkanku, hingga aku kufur dan menutup usia dengan amalan keburukan. Sehingga ia kelak termasuk mereka yang dekat dengan rahmat sedangkan aku jauh darinya.’” (Maraqi Al Ubudiyah, hal.79)
Merujuk dari Ibnu Al Athaillah, Al Allamah Al Munawi menyampaikan bahwa tawadhu’ hakiki adalah tawadhu’ yang timbul dari persaksian akan kebesaran Allah. Sehingga, tawadhu kepada manusia dengan berkeyakinan bahwa dirinya besar, maka hal itu bukanlah tawadhu’, namun serupa dengan takabur (Faidh Al Qadir, 6/141).
Semua dalil-dalil ini membuat saya semakin sadar dan malu kepada Allah, bahwa apa yang telah saya lakukan selama ini salah. Saya terlalu memperhatikan penampilan lahiriah seseorang dan hanya menghormati orang yang saya anggap terkenal dan terpandang. Akibatnya saya terjebak pada prasangka negatif yang pada akhirnya tidak terbukti kebenarannya. Semoga Allah mengampuni dosa saya ini.
Bila Orang Saleh Saja Banyak Beristighfar, Bagaimana dengan Pendosa?
Rasulullah Saw. bersabda, "Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali." (HR. Bukhari)
Al Hafidz Al Ala’iy menjelaskan bahwa maksud taubat di hadits itu adalah taubat istighfar, yang mana Rasulullah Saw. banyak melakukannya.
Imam Al Munawiy menjelaskan bahwa ada perbedaan penyebutan jumlah taubat dalam hadits ini dan hadits lainnya yang menyebutkan 70 kali, namun itu semua cermin banyaknya istighfar bukan pembatasan jumlah istighfar yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. (Faidh Al Qadir, 3/361,362).
Ulama-ulama saleh menjadikan dzikir istighfar sebagai bacaan favorit mereka. Misalnya Imam Ibnu Taimiyah sering mendawamkan membaca istighafar 1000 kali dalam sehari.
Saya berkata dalam hati, bila orang-orang saleh saja menjadikan istighfar sebagai bacaan harian mereka, lalu bagaimana dengan para pendosa?
Sahabatku, orang saleh memperbanyak istighfar karena mereka tidak tahu pada istighfar ke berapa Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Sedangkan para pendosa berangan-angan dengan sedikitnya kebaikan yang ada pada mereka. Lalu mereka menganggap bahwa Allah mengampuni dosa mereka. Roja (harapan) mereka tidak sebanding dengan khauf (takut) mereka kepada Allah. Padahal kebaikan itu ada di dalam roja dan khauf sekaligus, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Saw. kepada kita.
Al Hafidz Al Ala’iy menjelaskan bahwa maksud taubat di hadits itu adalah taubat istighfar, yang mana Rasulullah Saw. banyak melakukannya.
Imam Al Munawiy menjelaskan bahwa ada perbedaan penyebutan jumlah taubat dalam hadits ini dan hadits lainnya yang menyebutkan 70 kali, namun itu semua cermin banyaknya istighfar bukan pembatasan jumlah istighfar yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. (Faidh Al Qadir, 3/361,362).
Ulama-ulama saleh menjadikan dzikir istighfar sebagai bacaan favorit mereka. Misalnya Imam Ibnu Taimiyah sering mendawamkan membaca istighafar 1000 kali dalam sehari.
Saya berkata dalam hati, bila orang-orang saleh saja menjadikan istighfar sebagai bacaan harian mereka, lalu bagaimana dengan para pendosa?
Sahabatku, orang saleh memperbanyak istighfar karena mereka tidak tahu pada istighfar ke berapa Allah mengampuni dosa-dosa mereka. Sedangkan para pendosa berangan-angan dengan sedikitnya kebaikan yang ada pada mereka. Lalu mereka menganggap bahwa Allah mengampuni dosa mereka. Roja (harapan) mereka tidak sebanding dengan khauf (takut) mereka kepada Allah. Padahal kebaikan itu ada di dalam roja dan khauf sekaligus, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Saw. kepada kita.
Minggu, 29 Desember 2013
Berkata yang Baik atau Diam
"Apabila berbicara itu perak, maka diam dari maksiat kepada Allah adalah emas." (Luqmanul Hakim)
Dalam mengomentari perkataan Luqmanul Hakim ini, penulis kitab Kasyful Khafa menyebutkan, bahwa yang dimaksud "diam" adalah apa yang tidak ada faidah menurut syar'i. Dan kalau ada faidah syar'inya, maka berbicara itu terkadang wajib hukumnya, terkadang juga mandub (terpuji secara syar’i jika dikerjakan dan tidak dicela secara syar’i ketika ditinggalkan).
Sedangkan Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaly menafsirkan dengan berkata, "Hal itu berarti bahwa mencegah maksiat lebih utama daripada melaksanakan ketaatan."
Syaikh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayatul Mursyidin mengutip perkatan orang-orang bijak: "Tahanlah lisanmu kecuali dari kebenaran yang engkau nyatakan, atau kebatilan yang engkau bantah, atau dari hikmah yang engkau sebarkan atau dari nikmat yang engkau mengingatnya."
Maka alangkah sedikitnya perkataan. Alangkah banyaknya kebaikan. Setiap kata yang keluar adalah kebaikan, bila tidak maka ia akan diam.
Dalam mengomentari perkataan Luqmanul Hakim ini, penulis kitab Kasyful Khafa menyebutkan, bahwa yang dimaksud "diam" adalah apa yang tidak ada faidah menurut syar'i. Dan kalau ada faidah syar'inya, maka berbicara itu terkadang wajib hukumnya, terkadang juga mandub (terpuji secara syar’i jika dikerjakan dan tidak dicela secara syar’i ketika ditinggalkan).
Sedangkan Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaly menafsirkan dengan berkata, "Hal itu berarti bahwa mencegah maksiat lebih utama daripada melaksanakan ketaatan."
Syaikh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayatul Mursyidin mengutip perkatan orang-orang bijak: "Tahanlah lisanmu kecuali dari kebenaran yang engkau nyatakan, atau kebatilan yang engkau bantah, atau dari hikmah yang engkau sebarkan atau dari nikmat yang engkau mengingatnya."
Maka alangkah sedikitnya perkataan. Alangkah banyaknya kebaikan. Setiap kata yang keluar adalah kebaikan, bila tidak maka ia akan diam.
Menjalankan Sunnah Nabi bagi Para Sufi
"Barangsiapa yang membiasakan sunnah pada dirinya baik perkataan maupun perbuatan, dia akan bertutur dengan hikmah. Dan barangsiapa yang membiasakan mengikuti hawa nafsu pada dirinya, baik perkataan maupun perbuatan, dia akan bertutur dengan bid'ah." (Imam Abu Utsman Sa'id bin Ismail Al-Hairi)
Perkataan Imam Abu Utsman ini dikutip dari kitab Risalatul Qusyairiyah karya Imam Abul Qasim Al-Qusyairi. Kedua ulama ini, baik Imam Abu Utsman maupun Imam Abul Qasim adalah sufi terkenal. Kitab Risalatul Qusyairiyah adalah kitab yang banyak dijadikan rujukan kaum sufi.
Dikalangan sufi yang lurus, mengikuti syariat atau sunnah Nabi adalah jalan untuk dekat kepada Allah. Tidak ada jalan lain selain jalan itu. Oleh karenanya, mereka sangat ketat mengikuti aturan agama. Hal ini terjadi karena waranya mereka dari apa yang diharamkan-Nya.
Bila ada yang mengaku sufi tetapi suka berbuat bid'ah, maka perkataan dan perbuatannya akan jauh dari hikmah. Maka, timbangan syariat harus tetap dijadikan tolok ukur dalam menilai seseorang, bukan yang lain.
Para sahabat Nabi, tabi'in, tabiut tabi'in adalah generasi terbaik umat ini dan mereka adalah orang yang paling kuat dalam menjalankan sunnah Nabi. Sementara generasi sesudahnya menjadi lemah karena sedikit demi sedikit menjauhi sunnah Nabi.
Semoga kita menjadi bagian dari hamba-hamba-Nya yang menghidupkan sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Perkataan Imam Abu Utsman ini dikutip dari kitab Risalatul Qusyairiyah karya Imam Abul Qasim Al-Qusyairi. Kedua ulama ini, baik Imam Abu Utsman maupun Imam Abul Qasim adalah sufi terkenal. Kitab Risalatul Qusyairiyah adalah kitab yang banyak dijadikan rujukan kaum sufi.
Dikalangan sufi yang lurus, mengikuti syariat atau sunnah Nabi adalah jalan untuk dekat kepada Allah. Tidak ada jalan lain selain jalan itu. Oleh karenanya, mereka sangat ketat mengikuti aturan agama. Hal ini terjadi karena waranya mereka dari apa yang diharamkan-Nya.
Bila ada yang mengaku sufi tetapi suka berbuat bid'ah, maka perkataan dan perbuatannya akan jauh dari hikmah. Maka, timbangan syariat harus tetap dijadikan tolok ukur dalam menilai seseorang, bukan yang lain.
Para sahabat Nabi, tabi'in, tabiut tabi'in adalah generasi terbaik umat ini dan mereka adalah orang yang paling kuat dalam menjalankan sunnah Nabi. Sementara generasi sesudahnya menjadi lemah karena sedikit demi sedikit menjauhi sunnah Nabi.
Semoga kita menjadi bagian dari hamba-hamba-Nya yang menghidupkan sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Bersama Penulis Kitab Shaidul Khathir
Kitab ini berjudul "Shaidul Khathir" yang berarti lintasan pikiran. Ia seperti catatan harian yang penuh kebaikan. Gaya kepenulisannya indah, singkat, padat, dan berbobot. Mengalir deras penuh muatan ilmu. Banyak ulama menjadikannya sebagaiKitab rujukan dari Kitab yang mereka tulis, di antaranya La Tahzan karya DR. Aidh Abdullah Al-Qarni. Tak sungkan-sungkan, beliau berkata, kitab Shaidul Khathir adalah kitab terbaik yang pernah beliau baca. Termasuk saya, juga ingin memujinya, banyak mengulang kalimat-kalimatnya, dan banyak mengutipnya untuk saya jadikan renungan sehari-hari.
Siapakah penulis kitab ini? Tak ada salahnya bagi yang belum membaca buku ini, untuk mengenal beliau terlebih dahulu. Beliau dikenal dengan panggilan "Imam Ibnu Al-Jauzy". Silsilah beliau sampai kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah salah seorang ulama besar, mubaligh yang handal dan penulis yang sangat produktif. Beliau memiliki bakat yang sangat menonjol dalam hal pidato dan khotbah yang tidak banyak dimiliki oleh orang-orang semasanya. Yang hadir dalam majelisnya mencapai puluhan ribu orang. Setiap minggu sekali beliau mengkhatamkan membaca Al-Qur'an. Ditangan beliau lahir 2000 jilid buku, telah bertobat seratus ribu orang, dua puluh ribu orang di antaranya masuk Islam.
Al-Muwaffiq Abdul Latif berkata, Ibnu Al-Jauzy sangat tampan wajahnya, manis perangainya, merdu suaranya, teratur gerak-geriknya dan penuh pesona, suka humor. Majelisnya dihadiri seratus ribu orang lebih. Waktu-waktunya tidak pernah terbuang. Dia menulis empat puluh halaman sehari. Dia hampir tahu segala ilmu. Dalam bidang tafsir, dia termasuk ulama barisan depan; dalam bidang hadits pun dia termasuk Al-Huffadz; dalam bidang sejarah termasuk yang sangat luas cakrawalanya, di samping ahli fikih yang mumpuni, sedangkan dalam hal nasehat-nasehat berpantun tak diragukan lagi kekuatan kata-katanya.
Dalam kitab Tatimmatul Mukhtashor fi Akhbaril Basyar, Ibnul Warid mengatakan: “Bila lembaran-lembaran buku yang berhasil ditulis oleh Ibnul Jauzi dikumpulkan, lalu dikalkulasi dengan umur yang beliau miliki, maka ditetapkan bahwa beliau menulis dalam sehari sebanyak sembilan buah buku seukuran buku tulis.” Diceritakan juga bahwa bekas rautan pena Ibnul Jauzi dapat digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat beliau, itupun masih tersisa.
Di antara tulisannya, Durratul Ikliil (buku sejarah 4 jilid), Fadhailul Arab, Syudud Al-Uquud, Al-Amtsal, Al-Manfaat fi al-Madzahib Al-Arba'ah (2 jilid), Al-Mukhtar min Al-Asy'ar (10 jilid), At-Tabshirah (berisi nasehat-nasehat 3 jilid), Ru'us Al-Qawariir (2 jilid), dan sebagainya. Selain ahli di bidang ilmu agama, sosial, dan humaniora, beliau juga pakar dibidang kedokteran dengan menulis kitab Al-Luqat sebanyak 2 jilid. Beliau sangat menjaga kesehatan dan dengan seksama memelihara perangainya serta menjaga kekuatan akalnya dan ketajaman otaknya dengan makanan-makanan bergizi.
Saat wafatnya, beliau di antar dengan iring-iringan ribuan manusia. Beliau meninggal pada hari jumat 13 Ramadhan 597 H.
Dari biografi singkat di atas, tidak mengherankan bila karya-karya beliau mempesona, sangat terasa ruhnya. Karena apa yang beliau katakan telah menyatu dalam diri beliau. Semoga Allah merahmati beliau dan memasukkannya ke dalam jannah-Nya.
Ya Allah, jadikanlah kami menjadi bagian orang yang mencintai para kekasih-Mu, membaca karya-karya mereka, merenungkan dan mengamalkan isinya. Jadikanlah ilmu yang telah mereka ajarkan kepada kami sebagai amal jariyah mereka di alam barzah dan alam akhirat nanti.
Siapakah penulis kitab ini? Tak ada salahnya bagi yang belum membaca buku ini, untuk mengenal beliau terlebih dahulu. Beliau dikenal dengan panggilan "Imam Ibnu Al-Jauzy". Silsilah beliau sampai kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah salah seorang ulama besar, mubaligh yang handal dan penulis yang sangat produktif. Beliau memiliki bakat yang sangat menonjol dalam hal pidato dan khotbah yang tidak banyak dimiliki oleh orang-orang semasanya. Yang hadir dalam majelisnya mencapai puluhan ribu orang. Setiap minggu sekali beliau mengkhatamkan membaca Al-Qur'an. Ditangan beliau lahir 2000 jilid buku, telah bertobat seratus ribu orang, dua puluh ribu orang di antaranya masuk Islam.
Al-Muwaffiq Abdul Latif berkata, Ibnu Al-Jauzy sangat tampan wajahnya, manis perangainya, merdu suaranya, teratur gerak-geriknya dan penuh pesona, suka humor. Majelisnya dihadiri seratus ribu orang lebih. Waktu-waktunya tidak pernah terbuang. Dia menulis empat puluh halaman sehari. Dia hampir tahu segala ilmu. Dalam bidang tafsir, dia termasuk ulama barisan depan; dalam bidang hadits pun dia termasuk Al-Huffadz; dalam bidang sejarah termasuk yang sangat luas cakrawalanya, di samping ahli fikih yang mumpuni, sedangkan dalam hal nasehat-nasehat berpantun tak diragukan lagi kekuatan kata-katanya.
Dalam kitab Tatimmatul Mukhtashor fi Akhbaril Basyar, Ibnul Warid mengatakan: “Bila lembaran-lembaran buku yang berhasil ditulis oleh Ibnul Jauzi dikumpulkan, lalu dikalkulasi dengan umur yang beliau miliki, maka ditetapkan bahwa beliau menulis dalam sehari sebanyak sembilan buah buku seukuran buku tulis.” Diceritakan juga bahwa bekas rautan pena Ibnul Jauzi dapat digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat beliau, itupun masih tersisa.
Di antara tulisannya, Durratul Ikliil (buku sejarah 4 jilid), Fadhailul Arab, Syudud Al-Uquud, Al-Amtsal, Al-Manfaat fi al-Madzahib Al-Arba'ah (2 jilid), Al-Mukhtar min Al-Asy'ar (10 jilid), At-Tabshirah (berisi nasehat-nasehat 3 jilid), Ru'us Al-Qawariir (2 jilid), dan sebagainya. Selain ahli di bidang ilmu agama, sosial, dan humaniora, beliau juga pakar dibidang kedokteran dengan menulis kitab Al-Luqat sebanyak 2 jilid. Beliau sangat menjaga kesehatan dan dengan seksama memelihara perangainya serta menjaga kekuatan akalnya dan ketajaman otaknya dengan makanan-makanan bergizi.
Saat wafatnya, beliau di antar dengan iring-iringan ribuan manusia. Beliau meninggal pada hari jumat 13 Ramadhan 597 H.
Dari biografi singkat di atas, tidak mengherankan bila karya-karya beliau mempesona, sangat terasa ruhnya. Karena apa yang beliau katakan telah menyatu dalam diri beliau. Semoga Allah merahmati beliau dan memasukkannya ke dalam jannah-Nya.
Ya Allah, jadikanlah kami menjadi bagian orang yang mencintai para kekasih-Mu, membaca karya-karya mereka, merenungkan dan mengamalkan isinya. Jadikanlah ilmu yang telah mereka ajarkan kepada kami sebagai amal jariyah mereka di alam barzah dan alam akhirat nanti.
Mengapa Muslim Harus Golput?
Menjelang pemilu 2014 banyak caleg dan capres yang tebar pesona. Ada yang motonya bersih, peduli, tegas; cinta, kerja, harmoni; berani lebih baik; lebih cepat lebih baik, dan sebagainya.
Saya kadang tidak percaya dengan mereka kecuali bila saya lihat mereka bekerja untuk rakyat dan berbaur dengan rakyat 5 tahun sebelum pencoblosan berlangsung. Kalaupun mereka pada saat menjelang pemilu tebar pesona, sebagai bentuk pencitraan, hal itu wajar. Karena toh kebaikan yang mereka lakukan perlu mereka kumulatifkan. Menurut saya, standar ini adalah standar minimal untuk memilih pemimpin yang melayani rakyat.
Jangan sampai kita terkecoh dengan satu dua kebaikan yang baru mereka tampakkan pada saat ini. Kalaupun kita memilih mereka, janganlah menyesal dikemudian hari bila ternyata kebaikan mereka berakhir saat mereka terpilih. Setelah itu, mereka poya-poya, kalau rapat jarang masuk, kalaupun masuk duduk sambil tidur. Tidak sedikit akhirnya mereka terperosok pada tindak pidana korupsi.
Oleh karena itu, menurut saya golput bukanlah pilihan terbaik bagi seorang muslim. Golput justru seperti membiarkan hadirnya pemimpin yang zalim, jauh dari melayani rakyat, yang dipilih karena money politik, atau pemimpin yang anti penegakan syariat. Sementara disekeliling kita masih ada calon pemimpin yang banyak berbuat kebaikan untuk rakyat, pemimpin yang saleh, pemimpin yang jauh dari korupsi.
Biasanya orang golput adalah orang yang punya idealisme. Tapi kadang idealisme mereka tidak diiringi dengan husnudzon kepada orang diluar kelompoknya. Pada akhirnya mereka terjebak pada kritikan dan hujatan kepada sistem yang ada. Padahal sebelumnya mereka tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki sistem itu. Misalnya, tampilnya sosok sekuler liberal seperti ulil abshar abdalla, zuhairi misrawi, dan beberapa sosok lainnya yang anti terhadap islam, tampil juga sosok syiah seperti Jalaluddin Rahmat, dan Al Habsyi.
Apa yang bisa orang golput lakukan disaat orang-orang itu terpilih? Ya, mereka hanya bisa menghujat dan terus menghujat. Kalaupun kelak pemimpin itu membuat undang-undang anti syariat, menangkapi orang-orang yang memperjuangkan syariat, dan sebagainya, hujatan mereka tidak membawa pengaruh apa-apa. Bahkan mereka bisa ditangkap karena telah melawan undang-undang yang telah disahkan.
Lihat saja saat ini banyak pebisnis terjun kedunia politik, tujuannya pasti ingin menyelamatkan dan melindungi bisnisnya. Orang-orang syiah terjun ke dunia politik dengan tujuan menyelamatkan dan melindungi orang syiah, serta mensahkan syiah ditengah masyarakat. Begitupun dengan orang-orang sekuler liberal melakukan hal yang sama. Sementara disaat yang sama sebagian dari kita justru malah melakukan sebaliknya.
Wallahu a'lam bish showab.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua.
Saya kadang tidak percaya dengan mereka kecuali bila saya lihat mereka bekerja untuk rakyat dan berbaur dengan rakyat 5 tahun sebelum pencoblosan berlangsung. Kalaupun mereka pada saat menjelang pemilu tebar pesona, sebagai bentuk pencitraan, hal itu wajar. Karena toh kebaikan yang mereka lakukan perlu mereka kumulatifkan. Menurut saya, standar ini adalah standar minimal untuk memilih pemimpin yang melayani rakyat.
Jangan sampai kita terkecoh dengan satu dua kebaikan yang baru mereka tampakkan pada saat ini. Kalaupun kita memilih mereka, janganlah menyesal dikemudian hari bila ternyata kebaikan mereka berakhir saat mereka terpilih. Setelah itu, mereka poya-poya, kalau rapat jarang masuk, kalaupun masuk duduk sambil tidur. Tidak sedikit akhirnya mereka terperosok pada tindak pidana korupsi.
Oleh karena itu, menurut saya golput bukanlah pilihan terbaik bagi seorang muslim. Golput justru seperti membiarkan hadirnya pemimpin yang zalim, jauh dari melayani rakyat, yang dipilih karena money politik, atau pemimpin yang anti penegakan syariat. Sementara disekeliling kita masih ada calon pemimpin yang banyak berbuat kebaikan untuk rakyat, pemimpin yang saleh, pemimpin yang jauh dari korupsi.
Biasanya orang golput adalah orang yang punya idealisme. Tapi kadang idealisme mereka tidak diiringi dengan husnudzon kepada orang diluar kelompoknya. Pada akhirnya mereka terjebak pada kritikan dan hujatan kepada sistem yang ada. Padahal sebelumnya mereka tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki sistem itu. Misalnya, tampilnya sosok sekuler liberal seperti ulil abshar abdalla, zuhairi misrawi, dan beberapa sosok lainnya yang anti terhadap islam, tampil juga sosok syiah seperti Jalaluddin Rahmat, dan Al Habsyi.
Apa yang bisa orang golput lakukan disaat orang-orang itu terpilih? Ya, mereka hanya bisa menghujat dan terus menghujat. Kalaupun kelak pemimpin itu membuat undang-undang anti syariat, menangkapi orang-orang yang memperjuangkan syariat, dan sebagainya, hujatan mereka tidak membawa pengaruh apa-apa. Bahkan mereka bisa ditangkap karena telah melawan undang-undang yang telah disahkan.
Lihat saja saat ini banyak pebisnis terjun kedunia politik, tujuannya pasti ingin menyelamatkan dan melindungi bisnisnya. Orang-orang syiah terjun ke dunia politik dengan tujuan menyelamatkan dan melindungi orang syiah, serta mensahkan syiah ditengah masyarakat. Begitupun dengan orang-orang sekuler liberal melakukan hal yang sama. Sementara disaat yang sama sebagian dari kita justru malah melakukan sebaliknya.
Wallahu a'lam bish showab.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua.
Semakin Berilmu, Semakin Rendah Hati
Saya benar-benar terkesima dengan kata-kata berikut ini: "Sekali lagi, berbeda dengan apa yang mungkin kita bayangkan, sains belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai penghabisan. Sebaliknya, tampaknya kita makin jauh dari mencapai keadaan mahatahu. Kini sudah jelas bahwa banyak, kalau bukan sebagian besar, fenomena alam yang tak akan dipahami hingga tingkat yang dulu disangka dapat dipahami. Kemunculan konsep kekacauan (chaos) dan ketidakpastian kuantum (quantum uncertainty) telah memunculkan batas-batas yang tak dapat dilampaui pada apa yang bisa kita ketahui."
Kata-kata diatas disampaikan oleh Prof. Robert Matthews, seorang ahli fisika terkemuka. Bagi saya, kata-kata ini adalah perkataan yang jujur dari seorang yang menyibukkan dirinya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu di sisi lain saya pernah membaca pernyataan seseorang yang baru memiliki sedikit ilmu tapi congkaknya minta ampun. Bahkan dengan beraninya mengatakan Tuhan itu tidak ada. Orang yang sombong biasanya dangkal ilmunya. Air beriak tanda tak dalam. Begitu peribahasa mengatakan.
Sedangkan bagi orang yang berilmu tinggi seperti padi, makin berisi semakin merunduk. Semakin berisi, semakin menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Semakin berilmu, semakin menyadari betapa masih banyak yang belum dia ketahui.
Kata-kata diatas disampaikan oleh Prof. Robert Matthews, seorang ahli fisika terkemuka. Bagi saya, kata-kata ini adalah perkataan yang jujur dari seorang yang menyibukkan dirinya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu di sisi lain saya pernah membaca pernyataan seseorang yang baru memiliki sedikit ilmu tapi congkaknya minta ampun. Bahkan dengan beraninya mengatakan Tuhan itu tidak ada. Orang yang sombong biasanya dangkal ilmunya. Air beriak tanda tak dalam. Begitu peribahasa mengatakan.
Sedangkan bagi orang yang berilmu tinggi seperti padi, makin berisi semakin merunduk. Semakin berisi, semakin menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Semakin berilmu, semakin menyadari betapa masih banyak yang belum dia ketahui.
Kisah Tentang Keikhlasan
Saya teringat dengan sebuah kisah yang saya dengar dari seorang ustadz. Kisah ini tentang seorang ibu dan empat anaknya. Ibu ini begitu disayangi anak-anaknya. Tapi ada satu anak yang paling disayanginya. Dia adalah anaknya yang paling tua. Sejak sang suami meninggal dunia, anak pertamanya inilah yang menjadi tulang punggung keluarga. Beragam pekerjaan sang anak lakukan demi memenuhi kebutuhan keluarga termasuk menjadi kuli di pasar. Baginya tidak mengapa dirinya tidak sekolah tinggi-tinggi, yang penting adik-adiknya dapat bersekolah tinggi. Sang anak yang kini menjadi tukang parut kelapa dipasar ini mampu menyekolahkan adik-adiknya hingga ada yang berhasil meraih gelar master dan doktor. Terlebih lagi dia mampu memberangkatkan ibunya pergi haji.
Begitu menyentuh dan mengharukannya kisah ini. Sehingga saya tertegun mendengarnya. Sebuah kisah tentang keikhlasan dan pengorbanan seorang anak demi orang-orang yang dicintainya. Dia bergerak dalam kesunyian dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Dia tidak dikenal dengan gelarnya, tapi insya Allah mulia dihadapan-Nya.
Begitu menyentuh dan mengharukannya kisah ini. Sehingga saya tertegun mendengarnya. Sebuah kisah tentang keikhlasan dan pengorbanan seorang anak demi orang-orang yang dicintainya. Dia bergerak dalam kesunyian dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Dia tidak dikenal dengan gelarnya, tapi insya Allah mulia dihadapan-Nya.
Mengetahui Apa Manfaat BAgiku Sebelum Bertindak
Setiap hari rata-rata saya membaca 100 halaman buku. Ingin sekali membaca lebih banyak lagi, tapi kok rasanya sulit. Ada teman saya mampu membaca 400 halaman setiap harinya padahal kesibukannya melebihi saya.
Setelah saya tanyakan bagaimana dia bisa membaca sebanyak itu, ternyata jawabannya, dia tidak menyia-nyiakan waktu luang. Katanya, yang banyak menyita waktu luang adalah nonton tv. Apa sih yang bisa didapat dari menonton tv? Tanyanya kepada saya. Kalau ada pesan-pesan edukasinya sih ngga apa-apa, tapi bagaimana kalau sekedar hiburan apalagi ditambah kekerasan, pelecehan, dan berbau pornografi? Tanyanya kembali. Iya, benar sekali apa katanya. Sebenarnya apa sih manfaat bagi saya menonton sebuah tayangan di televisi kalau dibandingkan, misalnya, dengan membaca buku?
Jika kita melihat survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Amerika, rata-rata karyawan menonton televisi 30 jam selama seminggu. Anak-anak menonton televisi selama 40-60 jam seminggu. Mereka menonton hal-hal yang tidak berguna. Ketika kita melihat kehidupan para manajer, mereka menonton televisi 20 jam selama seminggu. Ketika kita melihat boss dari para manajer ini, mereka menontonnya 10 jam selama seminggu. Ketika kita sampai pada CEO, mereka menontonnya 2-3 jam selama seminggu, 50% dari yang mereka tonton berhubungan dengan pekerjaan mereka. Jadi orang-orang yang mengubah dunia bukanlah mereka yang duduk menonton televisi.
Pertanyaan Apa Manfaat BAgiku sudah seharusnya menjadi bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Karena biasanya kita akan semakin termotivasi ketika kita mengetahui alasan mengapa kita melakukan pekerjaan itu. Apa Manfaat BAgiku membaca buku dibanding menonton TV. Apa Manfaat BAgiku membaca buku dibanding tidur? Bila kita sudah menemukan jawabannya, kita akan tergerak untuk melakukan dari jawaban itu.
Setelah saya tanyakan bagaimana dia bisa membaca sebanyak itu, ternyata jawabannya, dia tidak menyia-nyiakan waktu luang. Katanya, yang banyak menyita waktu luang adalah nonton tv. Apa sih yang bisa didapat dari menonton tv? Tanyanya kepada saya. Kalau ada pesan-pesan edukasinya sih ngga apa-apa, tapi bagaimana kalau sekedar hiburan apalagi ditambah kekerasan, pelecehan, dan berbau pornografi? Tanyanya kembali. Iya, benar sekali apa katanya. Sebenarnya apa sih manfaat bagi saya menonton sebuah tayangan di televisi kalau dibandingkan, misalnya, dengan membaca buku?
Jika kita melihat survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Amerika, rata-rata karyawan menonton televisi 30 jam selama seminggu. Anak-anak menonton televisi selama 40-60 jam seminggu. Mereka menonton hal-hal yang tidak berguna. Ketika kita melihat kehidupan para manajer, mereka menonton televisi 20 jam selama seminggu. Ketika kita melihat boss dari para manajer ini, mereka menontonnya 10 jam selama seminggu. Ketika kita sampai pada CEO, mereka menontonnya 2-3 jam selama seminggu, 50% dari yang mereka tonton berhubungan dengan pekerjaan mereka. Jadi orang-orang yang mengubah dunia bukanlah mereka yang duduk menonton televisi.
Pertanyaan Apa Manfaat BAgiku sudah seharusnya menjadi bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Karena biasanya kita akan semakin termotivasi ketika kita mengetahui alasan mengapa kita melakukan pekerjaan itu. Apa Manfaat BAgiku membaca buku dibanding menonton TV. Apa Manfaat BAgiku membaca buku dibanding tidur? Bila kita sudah menemukan jawabannya, kita akan tergerak untuk melakukan dari jawaban itu.
Rabu, 25 Desember 2013
Keutamaan Menulis
Sejarah dunia adalah sejarah orang besar.
Siapa yang mengenal Anne Frank? Dia hanya seorang gadis kecil. Tapi sejarah mencatat namanya sebagai tokoh yang mengubah dunia. Hanya karena dia menulis diary tentang pembantaian yang dia saksikan.
Bila sejarah tidak mencatat kita, biarkan kita menulis sejarah kita sendiri. Dan lihatlah apa yang akan terjadi. Nah!
Siapa yang mengenal Anne Frank? Dia hanya seorang gadis kecil. Tapi sejarah mencatat namanya sebagai tokoh yang mengubah dunia. Hanya karena dia menulis diary tentang pembantaian yang dia saksikan.
Bila sejarah tidak mencatat kita, biarkan kita menulis sejarah kita sendiri. Dan lihatlah apa yang akan terjadi. Nah!
Mengapa Anak Tidak Boleh Berkeliaran Di Saat Maghrib?
Sewaktu kecil saya disuruh orangtua saya untuk tidak bermain diluar saat akan memasuki maghrib. Saya ikuti nasehat kedua orangtua saya tanpa bertanya lebih lanjut mengapa. Tapi setelah saya beranjak dewasa muncul pertanyaan mengapa harus berada di dalam rumah ketika maghrib. Saya tidak bertanya kepada orang-orang khususnya kepada kedua orangtua saya. Saya melihat masyarakat juga melakukan tradisi ini. Akhirnya saya simpan saja pertanyaan itu karena tidak terlalu mendesak untuk saya jawab pada saat itu juga.
Jawaban atas pertanyaan diatas saya temukan ketika saya membaca sebuah buku pendidikan anak dalam islam. Di dalam buku itu tercantum sebuah hadits Nabi yang berbunyi: "Apabila malam mulai gelap atau bila malam telah tiba, tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya setan saat itu sedang bertebaran. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, maka lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu rumah dan sebutlah nama Allah dan padamkanlah lampu-lampu kamu dan sebutlah nama Allah dan tutup tempat minum serta tutup pula bejana (tempat makanan) kamu, walaupun kamu hanya sekedar melintangkan sesuatu di atasnya, dan sebutlah nama Allah”." (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad)
“Janganlah kalian melepas hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian apabila matahari telah tenggelam hingga berlalu fahmah isya karena para setan keluar/berjalan cepat apabila matahari tenggelam sampai berlalu fahmah isya.” (HR. Muslim)
Kalimat (fahmah isya) dalam hadits di atas maknanya adalah gelap dan hitamnya malam, atau datangnya malam dan awal gelapnya. (Syarah Shahih Muslim 14/186).
Apa yang terjadi di saat maghrib?
Simak penuturan Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi sebagaimana di muat di majalah Qiblati Edisi 7 Th.VIII:
Sebenarnya yang terjadi di saat maghrib, setan bersamaan dengan datangnya kegelapan mulai menyebar mencari tempat tinggal, karena mereka tersebar dengan pemandangan luar biasa dan jumlah yang tidak ada yang tahu kecuali Allah. Sebagaian setan takut dari kejahatan setan yang lain karena itu dia harus memiliki sesuatu yang di jadikannya tempat berlindung dan mencari tempat aman. Maka ia bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia dengan kecepatan berlipat-lipat.
Beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, berlindung ke rumah kosong, berlindung kepada sekelompok manusia yang sedang duduk-duduk. Mereka tentu tidak merasakannya, mereka ikut menimbrung supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan. Setan yang sekarang berkeliaran seperti angin di bumi karena yang boleh hidup hanya yang kuat saja, dan itulah sifat setan. Mereka ingin tinggal di tempat kotoran sehingga kita dapati mereka suka sekali tempat-tempat pembuangan kototan manusia, dan mencari perlindungan ke tempat sampah.
Kadangkala setan itu memangsa anak kecil untuk di jadikan tempat berlindung. Kadang ia mengganggunya dan kemudian ia keluar, terkadang tinggal beberapa waktu. Sehingga anda akan menemukan anak kecil dalam suasana hati yang tidak menentu. Terkadang ia menangis lama tanpa diketahui orang tuanya, alasannya tidak jarang mereka membentaknya. Padahal mereka telah melupakan perintah nabi shallallahu alaihi wa sallam agar tidak membiarkan anak-anak mereka pada saat setan bergentayangan atau berkeliaran. Banyak kaum ibu-ibu saat ini lupa mengganti popok bayi yang sudah kotor, karena kesukaan setan pada tempat kotoran. Maka anda dapatkan mereka lebih memilih popok bayi, karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.
Kami menemukan beberapa anak menjerit tiba-tiba dan beberapa yang menggelepar dalam tidurnya, karena gangguan setan yang merasukinya saat dijadikan tempat berlindung. Kecepatan jin dalam mencari tempat tinggal, perumahaan atau tempat aman yang lain terkadang menimpa orang tua. Tetapi karena orang tua lebih banyak melakukan penjagaan, maka nabi Muhammad memerintahkan para orang tua untuk memberikan penjagaan dan tidak membiarkan mereka tetap bermain pada waktu berkeliaran/bergentayangannya jin.
Sebab mereka masih polos, tidak bisa membentengi diri, sedangkan jin datang dengan cepat mencari tempat tinggal. Karena terlalu cepat bisa jadi ia menabarak tubuh orang tua, anak kecil, bahkan tidak jarang mengganggunya. Anda akan menemukan beberapa orang tiba-tiba dilanda depresi mendadak, atau ketakutan dan sebagainya yang disebabkan oleh jin. Semoga kita dan semua kaum muslimin di jaga oleh Allah dari gangguan jin.
Oleh karena itu do’a/dzikir pagi dan sore hari senantiasa dibaca dan bentengi anak anda dengan do’a/dzikir pagi dan sore kemudian berhati-hati dari waktu maghrib. Tugas kita pada waktu maghrib adalah menjauh dari hewan, seperti kucing, burung dan mengurangi kecepatan saat mengemudi, karena di khawatirkan menabrak anjing atau hewan lain yang bisa jadi telah dirasuki setan. Tidak boleh jalan-jalan ditempat atau duduk di tempat itu, atau melempar batu kedalam kamar mandi (sumur), kebun dan laut.
Sayangnya, kebanyakan orang tua membiarkan anak-anak mereka bermain sampai matahari terbenam, mereka tidak memperhatikan bahaya yang mengintai diwaktu maghrib.
Oleh karena itu, membaca do’a/dzikir pagi dan sore hari harus terus diamalkan, jangan sampai lengah menjaga anak-anak kita. Marilah meminta kepada Allah utnuk melindungi kita, dan anak-anak kita. Aamiin (sumber http://albashirah.com/2013/12/ apa-yang-terjadi-di-saat-maghri b/)
Ternyata apa yang diperintahkan ayah dan ibu kepada saya benar adanya walaupun mungkin ayah dan ibu tidak tahu dalilnya. Semua itu bertujuan agar saya terjaga dari pengaruh setan yang terkutuk.
Jawaban atas pertanyaan diatas saya temukan ketika saya membaca sebuah buku pendidikan anak dalam islam. Di dalam buku itu tercantum sebuah hadits Nabi yang berbunyi: "Apabila malam mulai gelap atau bila malam telah tiba, tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya setan saat itu sedang bertebaran. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, maka lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu rumah dan sebutlah nama Allah dan padamkanlah lampu-lampu kamu dan sebutlah nama Allah dan tutup tempat minum serta tutup pula bejana (tempat makanan) kamu, walaupun kamu hanya sekedar melintangkan sesuatu di atasnya, dan sebutlah nama Allah”." (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad)
“Janganlah kalian melepas hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian apabila matahari telah tenggelam hingga berlalu fahmah isya karena para setan keluar/berjalan cepat apabila matahari tenggelam sampai berlalu fahmah isya.” (HR. Muslim)
Kalimat (fahmah isya) dalam hadits di atas maknanya adalah gelap dan hitamnya malam, atau datangnya malam dan awal gelapnya. (Syarah Shahih Muslim 14/186).
Apa yang terjadi di saat maghrib?
Simak penuturan Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi sebagaimana di muat di majalah Qiblati Edisi 7 Th.VIII:
Sebenarnya yang terjadi di saat maghrib, setan bersamaan dengan datangnya kegelapan mulai menyebar mencari tempat tinggal, karena mereka tersebar dengan pemandangan luar biasa dan jumlah yang tidak ada yang tahu kecuali Allah. Sebagaian setan takut dari kejahatan setan yang lain karena itu dia harus memiliki sesuatu yang di jadikannya tempat berlindung dan mencari tempat aman. Maka ia bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia dengan kecepatan berlipat-lipat.
Beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, berlindung ke rumah kosong, berlindung kepada sekelompok manusia yang sedang duduk-duduk. Mereka tentu tidak merasakannya, mereka ikut menimbrung supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan. Setan yang sekarang berkeliaran seperti angin di bumi karena yang boleh hidup hanya yang kuat saja, dan itulah sifat setan. Mereka ingin tinggal di tempat kotoran sehingga kita dapati mereka suka sekali tempat-tempat pembuangan kototan manusia, dan mencari perlindungan ke tempat sampah.
Kadangkala setan itu memangsa anak kecil untuk di jadikan tempat berlindung. Kadang ia mengganggunya dan kemudian ia keluar, terkadang tinggal beberapa waktu. Sehingga anda akan menemukan anak kecil dalam suasana hati yang tidak menentu. Terkadang ia menangis lama tanpa diketahui orang tuanya, alasannya tidak jarang mereka membentaknya. Padahal mereka telah melupakan perintah nabi shallallahu alaihi wa sallam agar tidak membiarkan anak-anak mereka pada saat setan bergentayangan atau berkeliaran. Banyak kaum ibu-ibu saat ini lupa mengganti popok bayi yang sudah kotor, karena kesukaan setan pada tempat kotoran. Maka anda dapatkan mereka lebih memilih popok bayi, karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.
Kami menemukan beberapa anak menjerit tiba-tiba dan beberapa yang menggelepar dalam tidurnya, karena gangguan setan yang merasukinya saat dijadikan tempat berlindung. Kecepatan jin dalam mencari tempat tinggal, perumahaan atau tempat aman yang lain terkadang menimpa orang tua. Tetapi karena orang tua lebih banyak melakukan penjagaan, maka nabi Muhammad memerintahkan para orang tua untuk memberikan penjagaan dan tidak membiarkan mereka tetap bermain pada waktu berkeliaran/bergentayangannya jin.
Sebab mereka masih polos, tidak bisa membentengi diri, sedangkan jin datang dengan cepat mencari tempat tinggal. Karena terlalu cepat bisa jadi ia menabarak tubuh orang tua, anak kecil, bahkan tidak jarang mengganggunya. Anda akan menemukan beberapa orang tiba-tiba dilanda depresi mendadak, atau ketakutan dan sebagainya yang disebabkan oleh jin. Semoga kita dan semua kaum muslimin di jaga oleh Allah dari gangguan jin.
Oleh karena itu do’a/dzikir pagi dan sore hari senantiasa dibaca dan bentengi anak anda dengan do’a/dzikir pagi dan sore kemudian berhati-hati dari waktu maghrib. Tugas kita pada waktu maghrib adalah menjauh dari hewan, seperti kucing, burung dan mengurangi kecepatan saat mengemudi, karena di khawatirkan menabrak anjing atau hewan lain yang bisa jadi telah dirasuki setan. Tidak boleh jalan-jalan ditempat atau duduk di tempat itu, atau melempar batu kedalam kamar mandi (sumur), kebun dan laut.
Sayangnya, kebanyakan orang tua membiarkan anak-anak mereka bermain sampai matahari terbenam, mereka tidak memperhatikan bahaya yang mengintai diwaktu maghrib.
Oleh karena itu, membaca do’a/dzikir pagi dan sore hari harus terus diamalkan, jangan sampai lengah menjaga anak-anak kita. Marilah meminta kepada Allah utnuk melindungi kita, dan anak-anak kita. Aamiin (sumber http://albashirah.com/2013/12/
Ternyata apa yang diperintahkan ayah dan ibu kepada saya benar adanya walaupun mungkin ayah dan ibu tidak tahu dalilnya. Semua itu bertujuan agar saya terjaga dari pengaruh setan yang terkutuk.
4 Muhasabah Hari Ini
1. IMAM HASAN AL BASHRI suatu saat melalui halaqah hadits Imam At Thawus di Masjid Al Haram yang dihadiri oleh banyak pencari ilmu. Akhirnya Imam Hasan Bashri mendekat dan berbisik di telinga Imam Thawus, "Jika hatimu merasa ta’ajub terhadap dirimu sendiri maka tinggalkan majelis ini.” Akhirnya Imam Thawus pun segera berdiri meninggalkan majelis. (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 9)
Komentar:
Subhanallah, begitu waranya para ulama kita. Mereka berusaha menjaga diri mereka dari perbuatan maksiat sekecil apapun maksiat itu. Bila mereka menemukan dalam diri mereka penyakit hati, maka mereka akan berusaha membersihkannya.
2. IMAM HASAN AL BASHRI sering mengghibah diri sendiri dengan mengatakan, "Engkau berkata-kata dengan perkataan orang-orang shalih yang selalu berqunut dan beribadah, sedangkan engkau melakukan perbuatan orang-orang fasiq, munafiq dan mereka yang suka pamer!” (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 9)
Komentar:
Subhanallah, saya berkata dalam hati, "Orang sesaleh Imam Hasan Al-Bashri saja sudah berkata seperti itu, apalagi aku yang berlumur dosa? Apakah yang aku tulis dan setiap perkataanku sudah sesuai dengan apa yang aku perbuat? Apakah aku mengajak orang lain pada kebaikan sementara diriku sendiri masih berbuat maksiat? Apakah aku lebih memedulikan orang lain untuk berbuat baik sementara aku tidak begitu peduli pada diriku sendiri? Apakah aku lebih peduli pada orang yang jauh denganku sementara aku tidak peduli pada orang yang dekat denganku?"
3. IMAM IBNU QASIM salah satu murid senior Imam Malik menyatakan, "Aku telah mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku mempelajari adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu". (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 12)
Komentar:
Kerusakan ilmu banyak disebabkan oleh tidak adanya adab. Para ulama telah membuktikan bahwa diri mereka sangat menjaga adab. Bahkan adab adalah salah satu dari tiga pilar ilmu pengetahuan. Tanpa adanya adab maka ilmu akan rusak dan umat akan tersesat. Orang-orang liberal tidak punya adab sehingga dengan mudah mereka melecehkan Islam. Saya berkata dalam hati, "Wahai diri, sudahkah engkau menjaga adab sebagaimana para ulama dan orang-orang saleh menjaga adab mereka dihadapan Allah, Rasul-Nya, orang beriman, guru, dan kaum muslimin pada umumnya?"
4. IMAM AL QAFFAL AS SAGHIR adalah seorang ulama As Syafi'yah yang baru memulai belajar saat berumur 30 tahun. Suatu saat beliau pernah mengatakan,"Saya mulai belajar sedangkan saya belum bisa membedakan 'ikhtshartu' dengan 'ikhtsharta'".
Namun walau demikian karena keberkahan dari Allah Ta'la, beliau menjadi seorang yang paling faqih di zamannya. (Thabaqat As Syafi'yah Al Kubra, 5/45)
Komentar:
Subhanallah, tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu! Banyak sekali saya temukan kisah-kisah seperti di atas, baik dari kalangan kaum muslimin maupun orang-orang kafir. Hal ini dapat menjadi cambuk bagi kita; tidak ada alasan untuk terlambat menuntut ilmu, meraih gelar dibidang ilmu pengetahuan, atau menghasilkan karya yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat!
Komentar:
Subhanallah, begitu waranya para ulama kita. Mereka berusaha menjaga diri mereka dari perbuatan maksiat sekecil apapun maksiat itu. Bila mereka menemukan dalam diri mereka penyakit hati, maka mereka akan berusaha membersihkannya.
2. IMAM HASAN AL BASHRI sering mengghibah diri sendiri dengan mengatakan, "Engkau berkata-kata dengan perkataan orang-orang shalih yang selalu berqunut dan beribadah, sedangkan engkau melakukan perbuatan orang-orang fasiq, munafiq dan mereka yang suka pamer!” (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 9)
Komentar:
Subhanallah, saya berkata dalam hati, "Orang sesaleh Imam Hasan Al-Bashri saja sudah berkata seperti itu, apalagi aku yang berlumur dosa? Apakah yang aku tulis dan setiap perkataanku sudah sesuai dengan apa yang aku perbuat? Apakah aku mengajak orang lain pada kebaikan sementara diriku sendiri masih berbuat maksiat? Apakah aku lebih memedulikan orang lain untuk berbuat baik sementara aku tidak begitu peduli pada diriku sendiri? Apakah aku lebih peduli pada orang yang jauh denganku sementara aku tidak peduli pada orang yang dekat denganku?"
3. IMAM IBNU QASIM salah satu murid senior Imam Malik menyatakan, "Aku telah mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku mempelajari adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu". (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 12)
Komentar:
Kerusakan ilmu banyak disebabkan oleh tidak adanya adab. Para ulama telah membuktikan bahwa diri mereka sangat menjaga adab. Bahkan adab adalah salah satu dari tiga pilar ilmu pengetahuan. Tanpa adanya adab maka ilmu akan rusak dan umat akan tersesat. Orang-orang liberal tidak punya adab sehingga dengan mudah mereka melecehkan Islam. Saya berkata dalam hati, "Wahai diri, sudahkah engkau menjaga adab sebagaimana para ulama dan orang-orang saleh menjaga adab mereka dihadapan Allah, Rasul-Nya, orang beriman, guru, dan kaum muslimin pada umumnya?"
4. IMAM AL QAFFAL AS SAGHIR adalah seorang ulama As Syafi'yah yang baru memulai belajar saat berumur 30 tahun. Suatu saat beliau pernah mengatakan,"Saya mulai belajar sedangkan saya belum bisa membedakan 'ikhtshartu' dengan 'ikhtsharta'".
Namun walau demikian karena keberkahan dari Allah Ta'la, beliau menjadi seorang yang paling faqih di zamannya. (Thabaqat As Syafi'yah Al Kubra, 5/45)
Komentar:
Subhanallah, tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu! Banyak sekali saya temukan kisah-kisah seperti di atas, baik dari kalangan kaum muslimin maupun orang-orang kafir. Hal ini dapat menjadi cambuk bagi kita; tidak ada alasan untuk terlambat menuntut ilmu, meraih gelar dibidang ilmu pengetahuan, atau menghasilkan karya yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat!
Kebangkitan Islam Di Turki: Dari Erbakan hingga Erdogan
Erdogan pernah menjadi anak didik Erbakan. Bisa juga orang mengatakan Erdogan itu Erbakan yunior. Erdogan banyak belajar dari pendahulunya itu; bagaimana agar tidak mengalami kudeta seperti yang pernah dialami Erbakan dan juga bagaimana mengendalikan militer yang dipenuhi orang-orang sekuler.
Dulu, ketika Erbakan memerintah, walau seumur jagung, telah membuat gebrakan yang spektakuler. Dia mengkoordinir negara-negara besar muslim. Salah satunya adalah Indonesia. Dia membuat semacam Uni Islam yang mungkin menyaingi Uni Eropa. Dan juga membuat peraturan-peraturan yang islami. Barat ketakutan. Dengan menggunakan tangan kanannya, yaitu militer Turki, Erbakan dikudeta dan banyak pengikutnya dipenjara termasuk di dalamnya Erdogan.
Setelah keran demokrasi dibuka lagi, Erdogan tampil membuat partai baru, AKP. Partai ini menjelma menjadi partai yang paling populer di Turki dan mampu memenangkan pemilu parlemen. Secara otomatis pemenang pemilu berhak mengajukan diri menjadi presiden. Di pemilu kedua AKP semakin populer dengan memenangkan lebih dari 50% suara diparlemen. Kekuasaan islamis semakin menancapkan pengaruhnya.
Meskipun kekuasaan sudah begitu besar di tangan Erdogan dkk, tapi mereka tampak lebih sabar dan berhati-hati dalam menerapkan kebijakan yang Islami ketimbang pendahulunya, Erbakan. Tapi jangan tanyakan komitmen Islam Erdogan, karena apa yang dilakukannya hanya siyasah belaka, bukan sebagai target utama. Islam bagi dirinya sudah mendarah daging sebagaimana juga yang dirasakan pada diri Erbakan. Bagi mereka, sebagaimana Ikhwanul Muslimin di Mesir, keinginan untuk menegakkan Islam dan mendirikan daulah khilafah sangat kuat. Terbukti dengan seiring berjalannya waktu, Erdogan mensahkan undang-undang Islami, di antaranya mencabut pelarangan jilbab.
Apakah Erdogan lebih baik daripada Erbakan? Tidak. Masing-masing adalah tokoh terbaik di zamannya. Erbakan adalah sang pembuka jalan. Sedangkan Erdogan adalah sang suksesor.
Meminta Maaf
Orang yang pemarah menjadi hina karena kemarahannya. Di saat emosinya mereda, dia menyadari kesalahannya kemudian dia meminta maaf kepada orang yang dimarahinya. Bila hal itu terjadi terus menerus, si pemarah menjadi rendah dan hina dihadapan orang lain. Namanya juga meminta maaf, bukan memberi maaf. Kadang peminta maaf itu harus menghiba dan mengemis agar orang yang dimintai maaf mau memaafkannya.
Sedangkan orang yang penyabar akan mulia dan disegani. Karena dialah yang memberi maaf kepada orang yang menyakitinya. Tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Orang yang penyabar lebih mulia daripada orang yang pemarah meskipun kemudian dia meminta maaf atas kemarahannya itu.
Sedangkan orang yang penyabar akan mulia dan disegani. Karena dialah yang memberi maaf kepada orang yang menyakitinya. Tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Orang yang penyabar lebih mulia daripada orang yang pemarah meskipun kemudian dia meminta maaf atas kemarahannya itu.
Kiat Berceramah Efektif: Sampaikanlah Apa yang Anda Pahami
Saya teringat pengalaman pertama berceramah di sebuah masjid. Awalnya saya ingin menyampaikan sebuah materi yang belum saya kuasai dengan baik. Saya menulis panjang lebar. Tapi saya merasa tulisan itu membebani saya. Tulisan itu baru sebatas teori yang berhenti pada teori itu sendiri, belum sampai pada interaksi saya lebih lanjut dengan apa yang saya tulis. Sehingga saya pun merasa kesulitan menjelaskannya dengan nalar saya.
Sewaktu akan bersiap berangkat ke masjid, saya simpan kertas tulisan saya itu. Saya tidak jadi membawanya ke masjid. Sudah saya putuskan, saya berceramah tanpa teks. Saya berceramah berdasarkan apa yang saya pahami dan apa yang bisa saya jelaskan dengan nalar saya. Alhamdulillah, ketika saya merubah hal itu, dengan mudah saya berceramah; tanpa teks dan tidak mengalami demam panggung. Saya berceramah mengalir saja sehingga saya lupa dengan kesulitan yang pernah saya alami sebelumnya.
Ini penting, karena kemampuan belajar paling sempurna adalah ketika kita terlibat sepenuhnya dalam sesuatu yang sedang kita kerjakan.
Bagi siapa saja yang baru belajar dan baru pertama kali berceramah, coba saja cara sederhana ini. Mudah-mudahan dapat membantu anda.
Sewaktu akan bersiap berangkat ke masjid, saya simpan kertas tulisan saya itu. Saya tidak jadi membawanya ke masjid. Sudah saya putuskan, saya berceramah tanpa teks. Saya berceramah berdasarkan apa yang saya pahami dan apa yang bisa saya jelaskan dengan nalar saya. Alhamdulillah, ketika saya merubah hal itu, dengan mudah saya berceramah; tanpa teks dan tidak mengalami demam panggung. Saya berceramah mengalir saja sehingga saya lupa dengan kesulitan yang pernah saya alami sebelumnya.
Ini penting, karena kemampuan belajar paling sempurna adalah ketika kita terlibat sepenuhnya dalam sesuatu yang sedang kita kerjakan.
Bagi siapa saja yang baru belajar dan baru pertama kali berceramah, coba saja cara sederhana ini. Mudah-mudahan dapat membantu anda.
Meneguhkan Kualitas Diri
Apapun yang datangnya dengan cara yang mudah, tidak akan berumur lama. Di China membutuhkan waktu empat puluh tahun untuk mencetak sebuah mangkuk, sementara di Baghdad, mereka membakar seratus buah setiap hari. Dan, kamu tahu perbedaannya terletak pada harga dan kualitasnya. Seekor anak ayam, begitu ia lahir akan segera dapat mencari sendiri makanannya. Sementara bayi manusia, bodoh (tidak mengerti) tentang tujuan dan alasan (ia) dilahirkan. Tetapi akal anak ayam tidak pergi lebih jauh daripada makanannya, sementara kebijaksanaan manusia dapat menyingkap seluk beluk keabadian. Perbedaan jelas antara kaca dan mutiara adalah yang kedua (mutiara) jarang di dapat.
Demikianlah kata-kata yang indah dari Sa'di Syirazy, salah seorang sastrawan besar muslim. Ketekunan, kerjakeras, kesungguhan kita dalam berkarya hingga penderitaan kita di dalamnya, adalah kemenangan dimasa yang akan datang. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Semuanya akan berakhir manis pada akhirnya.
Sementara mereka yang dibentuk dari kesenangan sebelum penderitaan, santai-santai sebelum kerjakeras dan kesungguhan, mudah terjatuh ketika menderita, dan berputus asa ketika apa yang dimilikinya hilang dari genggaman.
Orang yang berjuang lebih rendah hati karena dia telah mengetahui sulitnya medan perjuangan. Sementara mereka yang memperoleh kesenangan dengan cara mudah dan murah, menjadi orang yang sombong karena tidak pernah merasakan perjuangan yang sesungguhnya.
Orang yang berjuang lebih tabah dan sabar karena ia telah merasakan getirnya kehidupan. Sehingga hatinya lembut, penuh cinta dan kasih sayang. Penderitaan menempa karakternya menjadi insan yang mulia. Sementara mereka yang jauh dari medan perjuangan, mudah marah bila mendapat peristiwa yang tidak mengenakkan hatinya.
Maka, hiduplah dalam perjuangan, karena mereka yang terbakar awalnya, pasti akan berkilau akhirnya.
Demikianlah kata-kata yang indah dari Sa'di Syirazy, salah seorang sastrawan besar muslim. Ketekunan, kerjakeras, kesungguhan kita dalam berkarya hingga penderitaan kita di dalamnya, adalah kemenangan dimasa yang akan datang. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Semuanya akan berakhir manis pada akhirnya.
Sementara mereka yang dibentuk dari kesenangan sebelum penderitaan, santai-santai sebelum kerjakeras dan kesungguhan, mudah terjatuh ketika menderita, dan berputus asa ketika apa yang dimilikinya hilang dari genggaman.
Orang yang berjuang lebih rendah hati karena dia telah mengetahui sulitnya medan perjuangan. Sementara mereka yang memperoleh kesenangan dengan cara mudah dan murah, menjadi orang yang sombong karena tidak pernah merasakan perjuangan yang sesungguhnya.
Orang yang berjuang lebih tabah dan sabar karena ia telah merasakan getirnya kehidupan. Sehingga hatinya lembut, penuh cinta dan kasih sayang. Penderitaan menempa karakternya menjadi insan yang mulia. Sementara mereka yang jauh dari medan perjuangan, mudah marah bila mendapat peristiwa yang tidak mengenakkan hatinya.
Maka, hiduplah dalam perjuangan, karena mereka yang terbakar awalnya, pasti akan berkilau akhirnya.
Ahli Multidisiplin Ilmu: Pelajaran dari Ulama Zaman Keemasan Islam
Hampir tidak mungkin orang yang belajar ilmu ekonomi tidak mengenal Paul A. Samuelson. Dialah penulis buku Economics yang kesohor itu. Tapi mungkin banyak orang yang tidak tahu jika dia adalah seorang profesor matematika dan bekerja di Laboratorium Radiasi universitas paling terkemuka saat ini, MIT.
Sejarah penulisan buku Economics dimulai saat Samuelson berusia 30 tahun. Saat itu atasannya menyuruhnya untuk menulis buku teks ilmu ekonomi mahasiswa MIT. Ilmu matematika sangat membantunya untuk menguasai ilmu ekonomi. Justru berkat pendekatan matematika dalam ilmu ekonomi, Samuelson berhasil meraih hadiah nobel ekonomi pada tahun 1975, menyingkirkan ilmuwan ekonomi lainnya yang notabene adalah guru besar "asli" ekonomi.
Jika Samuelson mampu menguasai dua bidang ilmu sekaligus, di zaman keemasan Islam, para ulama mampu menguasai lebih dari itu. Imam Abu Hanifah pernah berkata, "Bila memakai sandal adalah ilmu pengetahuan, maka aku akan mempelajarinya." Seperti itulah semangat kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka akan mempelajari seluruh cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu.
Imam Syafi'i selain ahli dibidang fikih, ushul fikih, dan hadits, ternyata ahli juga dibidang sastra, ilmu firasat, hingga ilmu kedokteran. Untuk mempelajari sastra Arab, tak segan-segan ia berguru pada orang-orang Arab Badui dan bermukim bersama mereka selama beberapa bulan lamanya. Karena baginya, orang suku badui masih menguasai bahasa Arab yang murni (fushah). Bila menguasai bahasa Arab yang murni dengan sendirinya mudah memahami nash-nash agama yang notabene berbahasa Arab murni. Untuk masalah penguasaan ilmu kedokteran, seorang tabib pernah berdiskusi dengan Imam Syafi'i. Dia kaget, ternyata Imam Syafi'i sangat menguasai ilmu kedokteran yang berkembang saat itu.
Ahli fikih lain semisal Imam Al-Ghazali adalah pakar filsafat, mantiq, psikologi, politik, hingga ekonomi. Yang lain seperti Imam Ibnu Rusyd yang di Barat dikenal Averous, selain ahli fikih mazhab Maliki dan penulis Kitab Fikih Bidayatul Mujtahid, beliau juga dikenal ahli fisika, kimia, matematika, filsafat, dan kedokteran. Begitupun juga seperti Imam Ibnu Khaldun yang di Barat lebih dikenal sebagai pakar sosiologi, ternyata adalah seorang ulama dan ahli fikih di zamannya. Para ahli fikih itu banyak menguasai ilmu pengetahuan agar mereka dapat menjelaskan masalah-masalah keagamaan dengan jawaban yang benar dan tepat.
Mengapa para ulama itu begitu bersemangat dalam mempelajari ilmu pengetahuan tak terkecuali? Jawabannya: awalnya mereka belajar ilmu agama. Mereka menghafal Al-Qur'an dan hadits. Mereka dapatkan di dalamnya banyak sekali keutamaan seputar menuntut ilmu. Jadilah mereka bersemangat karenanya. Semakin menjalankan syariat-Nya, semakin kuat dorongan untuk menuntut ilmu.
Imam Ibnu Al-Jauzy berkata, "Orang-orang salaf pada zaman dulu, jika mempunyai anak, mereka mengajari anak-anak mereka dengan menghafal Al-Qur'an dan mendengarkan hadits. Jadilah iman anak-anak itu kokoh dan kuat. Akan tetapi, kini manusia tidak lagi demikian. Anak-anaknya banyaknya disibukkan dengan ilmu-ilmu orang kuno dan menjauhi hadits Rasulullah."
Rasulullah Saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur'an. Sebab, orang-orang yang ahli Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang yang disucikan-Nya." (HR. Thabrani)
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan kandungan hadits ini dalam buku Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 1, "Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka; agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya; dan juga agar mereka terikat dengan Al-Qur'an baik semangat, metode maupun bacaannya."
Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash juga berkata, "Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw. sebagaimana kami mengajarkan surah Al-Qur'an kepada mereka."
Filsuf muslim kenamaan, Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, memberikan wasiat sebagai berikut, "Dengan mengajarkan Al-Qur'an Al-Karim kepada anak-anak, hadits-hadits, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama."
Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur'an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Qur'an merupakan salah satu syiar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.
Ahli kedokteran muslim terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al-Qur'an. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur'an serta tertanam dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.
Oleh karena itu, masa keemasan Islam tidak bisa dilepaskan dari pendidikan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebagaimana hasil penelitian Dr. Osman Bakar -- filsuf dan ilmuwan Malaysia -- dalam bukunya yang berjudul Tauhid dan Sains, "Tak diragukan bahwa, secara relijius dan historis, asal-usul dan perkembangan semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal-usul dan perkembangan hal yang sama di Barat. Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan sumber relijius semangat ilmiah dalam Islam ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat dalam ilmu-ilmu agama."
Sejarah penulisan buku Economics dimulai saat Samuelson berusia 30 tahun. Saat itu atasannya menyuruhnya untuk menulis buku teks ilmu ekonomi mahasiswa MIT. Ilmu matematika sangat membantunya untuk menguasai ilmu ekonomi. Justru berkat pendekatan matematika dalam ilmu ekonomi, Samuelson berhasil meraih hadiah nobel ekonomi pada tahun 1975, menyingkirkan ilmuwan ekonomi lainnya yang notabene adalah guru besar "asli" ekonomi.
Jika Samuelson mampu menguasai dua bidang ilmu sekaligus, di zaman keemasan Islam, para ulama mampu menguasai lebih dari itu. Imam Abu Hanifah pernah berkata, "Bila memakai sandal adalah ilmu pengetahuan, maka aku akan mempelajarinya." Seperti itulah semangat kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka akan mempelajari seluruh cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu.
Imam Syafi'i selain ahli dibidang fikih, ushul fikih, dan hadits, ternyata ahli juga dibidang sastra, ilmu firasat, hingga ilmu kedokteran. Untuk mempelajari sastra Arab, tak segan-segan ia berguru pada orang-orang Arab Badui dan bermukim bersama mereka selama beberapa bulan lamanya. Karena baginya, orang suku badui masih menguasai bahasa Arab yang murni (fushah). Bila menguasai bahasa Arab yang murni dengan sendirinya mudah memahami nash-nash agama yang notabene berbahasa Arab murni. Untuk masalah penguasaan ilmu kedokteran, seorang tabib pernah berdiskusi dengan Imam Syafi'i. Dia kaget, ternyata Imam Syafi'i sangat menguasai ilmu kedokteran yang berkembang saat itu.
Ahli fikih lain semisal Imam Al-Ghazali adalah pakar filsafat, mantiq, psikologi, politik, hingga ekonomi. Yang lain seperti Imam Ibnu Rusyd yang di Barat dikenal Averous, selain ahli fikih mazhab Maliki dan penulis Kitab Fikih Bidayatul Mujtahid, beliau juga dikenal ahli fisika, kimia, matematika, filsafat, dan kedokteran. Begitupun juga seperti Imam Ibnu Khaldun yang di Barat lebih dikenal sebagai pakar sosiologi, ternyata adalah seorang ulama dan ahli fikih di zamannya. Para ahli fikih itu banyak menguasai ilmu pengetahuan agar mereka dapat menjelaskan masalah-masalah keagamaan dengan jawaban yang benar dan tepat.
Mengapa para ulama itu begitu bersemangat dalam mempelajari ilmu pengetahuan tak terkecuali? Jawabannya: awalnya mereka belajar ilmu agama. Mereka menghafal Al-Qur'an dan hadits. Mereka dapatkan di dalamnya banyak sekali keutamaan seputar menuntut ilmu. Jadilah mereka bersemangat karenanya. Semakin menjalankan syariat-Nya, semakin kuat dorongan untuk menuntut ilmu.
Imam Ibnu Al-Jauzy berkata, "Orang-orang salaf pada zaman dulu, jika mempunyai anak, mereka mengajari anak-anak mereka dengan menghafal Al-Qur'an dan mendengarkan hadits. Jadilah iman anak-anak itu kokoh dan kuat. Akan tetapi, kini manusia tidak lagi demikian. Anak-anaknya banyaknya disibukkan dengan ilmu-ilmu orang kuno dan menjauhi hadits Rasulullah."
Rasulullah Saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur'an. Sebab, orang-orang yang ahli Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang yang disucikan-Nya." (HR. Thabrani)
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan kandungan hadits ini dalam buku Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 1, "Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka; agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya; dan juga agar mereka terikat dengan Al-Qur'an baik semangat, metode maupun bacaannya."
Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash juga berkata, "Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw. sebagaimana kami mengajarkan surah Al-Qur'an kepada mereka."
Filsuf muslim kenamaan, Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, memberikan wasiat sebagai berikut, "Dengan mengajarkan Al-Qur'an Al-Karim kepada anak-anak, hadits-hadits, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama."
Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur'an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Qur'an merupakan salah satu syiar agama yang dapat menguatkan akidah dan keimanan.
Ahli kedokteran muslim terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al-Qur'an. Hal ini dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur'an serta tertanam dalam hati mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.
Oleh karena itu, masa keemasan Islam tidak bisa dilepaskan dari pendidikan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebagaimana hasil penelitian Dr. Osman Bakar -- filsuf dan ilmuwan Malaysia -- dalam bukunya yang berjudul Tauhid dan Sains, "Tak diragukan bahwa, secara relijius dan historis, asal-usul dan perkembangan semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal-usul dan perkembangan hal yang sama di Barat. Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan sumber relijius semangat ilmiah dalam Islam ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat dalam ilmu-ilmu agama."
Senin, 23 Desember 2013
Raja Faishal: Raja Berhati Mulia dari Arab Saudi
Apa yang membedakan raja-raja Arab dengan sosok Raja Faishal? Pertama, lihat saja perawakannya. Raja Arab rata-rata gembul alias gendut, sedangkan Raja Faishal kurus. Hal ini saja sudah memunculkan sebuah pemikiran besar tentang semangat perjuangan Raja Faishal dibanding raja-raja Arab Saudi lainnya. Raja Faishal dikenal senang berpuasa dan berpikir, dekat dengan ulama dan rakyatnya, mencintai agamanya, sangat kuat keinginannya untuk merebut kembali Al Aqsha dari tangan kafir Zionis.
Raja Faishal juga dekat dengan kalangan aktivis pergerakan Islam. Dimasanya, khususnya dibulan Ramadhan, radio Arab Saudi menyiarkan pembacaan Tafsir Fizhilalil Quran karya Sayyid Quthb. Beliau juga menekan Gamal Abdun Naser untuk membatalkan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb. Walaupun upaya itu gagal tapi semangat beliau dalam membebaskan Sayyid Quthb patut diacungi jempol.
Raja Faishal memfasilitasi dan memprakarsai berdirinya OKI (Organisasi Konfrensi Islam), lembaga Islam internasional seperti Rabithah Alam Islami dan lembaga-lembaga islam sejenis yang menampung ulama-ulama dan tokoh-tokoh Islam internasional seperti DR. Muhammad Natsir, DR. Said Ramadhan, DR. Yusuf Al-Qaradhawi, dll, yang kebanyakan mereka dari kalangan aktivis pergerakan Islam. Beliau juga mmberikan award yang dikemudian hari diteruskan oleh raja-raja Arab Saudi selanjutnya.
Beberapa tokoh dan ulama yang pernah mendapat award ini, di antaranya: Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Syaikh Ahmad Deedat, Syaikh Nashiruddin Al-Albani, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, DR. Muhammad Natsir, dan Erdogan. Award ini dikemudian hari juga diberikan kepada ilmuwan-ilmuwan berprestasi dari seluruh penjuru dunia. Award ini dapat disejajarkan dengan nobel di dunia Barat. Karena selain mendapatkan award, mereka juga mendapatkan hadiah yang cukup besar. Di antara hadiahnya adalah emas murni 200 gram dan uang sebesar $200.000.
Salah satu upaya perlawanan Raja Faishal kesewenang-wenangan Amerika Serikat dan Israel terhadap kaum muslimin Palestina adalah dengan mengembargo minyak untuk Amerika Serikat. Embargo itu dilakukan karena AS, melalui Presiden Nixon, memberi batuan gila gilaan kepada Israel, berupa 566 pesawat tempur, 22 000 ton bahan peledak, yang dikirim ke Israel.
Embargo minyak ini sangat berpengaruh bagi perekonomian Amerika Serikat. Embargo ini terbukti efektif untuk menghentikan kebiadaban Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat. Seorang pengamat ekonomi memperkirakan embargo tersebut akan membekukan rumah rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan ekonomi AS tidak akan pulih hingga sepuluh tahun kemudian. Ini mengingat bahwa AS adalah pengkonsumsi minyak terbesar di dunia. AS mengkonsumsi sekitar 22,4% minyak dunia, disusul oleh China (9%) dan Jepang (7%). Pada gilirannya Amerika Serikat mendorong terjadinya perundingan damai agar minyak itu mengalir kembali kepada mereka.
Perlawanan Raja Faishal ini ternyata membuat Israel dan sekutunya tidak senang. Upaya pembunuhan terhadap Raja Faishal pun dilakukan. Beberapa kali gagal. Hingga akhirnya sang raja ini dibunuh oleh orang terdekatnya sendiri, yakni keponakannya. Setelah diselidiki ternyata peran Israel terhadap pembunuhan itu sangat besar. Pacar dari keponakan Raja Faishal ternyata seorang wanita berdarah Yahudi. Raja Faishal syahid bersimbah darah setelah ditembak dari jarak dekat. Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun!
Umat islam merindukan Raja Arab Saudi pemberani seperti Raja Faishal. Bukan raja yang mementingkan kepentingannya sendiri. Bila diibaratkan Raja Faishal dibanding raja-raja Arab Saudi lainnya seperti mutiara di antara bebatuan. Sumbangsih Raja Faishal baik dari segi pemikiran, finansial, hingga nyawa sekalipun sangat besar. Seperti perawakan tubuhnya memunculkan kegesitan, kerja keras, dan semangat juang yang tinggi.
Manusia Lebih Kejam Daripada Binatang
Sepekan terakhir ini saya membaca dan menonton banyak berita tentang orangtua yang menyiksa anaknya. Salah satu contohnya adalah berita tentang ayah ibu yang menyiksa anaknya hingga babak belur. Melihat wajahnya yang rusak, saya benar-benar tak tega melihatnya. Saya sedih bercampur marah. Ada saja orangtua yang memperlakukan anaknya seperti itu.
Saya sendiri pernah menonton tayangan bagaimana induk binatang memperlakukan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi manusia malah memperlakukan anak-anaknya lebih kejam daripada binatang. Padahal manusia punya hati yang merasa, sedangkan hewan hanya punya insting semata. Bila manusia tidak punya hati dan insting mau disebut apa? Manusia bukan. Binatang juga bukan. Tepatnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, mereka lebih bodoh daripada binatang ternak. Aduhai betapa buruk julukan itu dan betapa buruk orang yang mendapatkannya.
Kisah di atas membuat saya kembali membuka buku tentang Pendidikan Anak dalam Islam karya DR. Abdullah Nashih Ulwan yang tebalnya 2 jilid. Saya juga membaca buku Tahapan Mendidik Anak karya DR. Jamal Abdurrahman. Saya dapati di dalamnya, kelembutan Rasulullah dalam mendidik anak-anak. Bila ada anak yang meninggal dunia, baik itu anak beliau sendiri, cucu beliau, maupun anak sahabat-sahabatnya, tak segan-segan beliau menangisi, sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada anak-anak tersebut. Itulah hati yang hidup, mudah merasakan penderitaan orang lain.
Semoga Allah memberi kelembutan ke dalam hati kita sehingga kita dapat mendidik anak-anak kita dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Saya sendiri pernah menonton tayangan bagaimana induk binatang memperlakukan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi manusia malah memperlakukan anak-anaknya lebih kejam daripada binatang. Padahal manusia punya hati yang merasa, sedangkan hewan hanya punya insting semata. Bila manusia tidak punya hati dan insting mau disebut apa? Manusia bukan. Binatang juga bukan. Tepatnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, mereka lebih bodoh daripada binatang ternak. Aduhai betapa buruk julukan itu dan betapa buruk orang yang mendapatkannya.
Kisah di atas membuat saya kembali membuka buku tentang Pendidikan Anak dalam Islam karya DR. Abdullah Nashih Ulwan yang tebalnya 2 jilid. Saya juga membaca buku Tahapan Mendidik Anak karya DR. Jamal Abdurrahman. Saya dapati di dalamnya, kelembutan Rasulullah dalam mendidik anak-anak. Bila ada anak yang meninggal dunia, baik itu anak beliau sendiri, cucu beliau, maupun anak sahabat-sahabatnya, tak segan-segan beliau menangisi, sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada anak-anak tersebut. Itulah hati yang hidup, mudah merasakan penderitaan orang lain.
Semoga Allah memberi kelembutan ke dalam hati kita sehingga kita dapat mendidik anak-anak kita dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Mengapa Kopi dapat Mencegah Step?
Saya ingat waktu kecil, ibu sering memberi beberapa sendok air kopi untuk saya minum. Alasannya, ibu khawatir jika saya terkena step seperti yang pernah dialami kakak saya. Alhamdulillah saya tidak pernah step hingga kini. Mengapa kopi sangat manjur bagi penderita step?
Apa itu step? Mengapa kopi dapat mencegah step? Ibu saya mungkin tidak tahu secara ilmiah mengapa kopi bisa mencegah datangnya step pada anak-anaknya. Yang ibu tahu bahwa cara itu adalah sebuah kebiasaan yang sangat manjur di masyarakat. Jadi, tidak ada salahnya digunakan untuk anak-anaknya.
Step atau kejang pada anak sering terjadi ketika anak mengalami kenaikan suhu tubuh di atas normal. Anak yang sudah punya bakat genetik step, suhu tubuh 37-38 derajat C bisa kena step. Sedangkan anak yang tidak punya bakat step, suhu tubuh 40 derajat C bisa aman-aman saja. Hanya saja tidak boleh dibiarkan hanya gara-gara anak belum step.
Anak yang sudah demam tinggi harus segera diobati, misalnya dikasih minum madu atau obat kimia seperti Paracetamol. Bukan dengan cara dikasih kopi. Kopi diberi sebagai upaya pencegahan agar step tidak terjadi (lagi) pada anak. Bagaimana cara kerja kopi dalam mencegah terjadinya step pada anak?
Dari segi gizi, kopi mengandung senyawa kaffein yang dapat merangsang kinerja sel syaraf. Setelah minum kopi, sel syaraf membesar sehingga mempelancar peredaran darah. Sedangkan step terjadi karena terjadinya penyempitan pada sel syaraf. Memberi anak kopi dengan takaran tertentu, kafein dapat memberikan hasil yang positif. Sementara kebalikannya, pada takaran yang berlebihan juga dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
Jadi, mungkin seperti inilah mengapa ibu saya memberi kopi kepada saya saat kecil. Ibu tidak menginginkan saya terkena step seperti yang dialami kakak saya. Terimakasih ibu, sekarang saya baru tahu mengapa ibu memberi saya kopi.
Apa itu step? Mengapa kopi dapat mencegah step? Ibu saya mungkin tidak tahu secara ilmiah mengapa kopi bisa mencegah datangnya step pada anak-anaknya. Yang ibu tahu bahwa cara itu adalah sebuah kebiasaan yang sangat manjur di masyarakat. Jadi, tidak ada salahnya digunakan untuk anak-anaknya.
Step atau kejang pada anak sering terjadi ketika anak mengalami kenaikan suhu tubuh di atas normal. Anak yang sudah punya bakat genetik step, suhu tubuh 37-38 derajat C bisa kena step. Sedangkan anak yang tidak punya bakat step, suhu tubuh 40 derajat C bisa aman-aman saja. Hanya saja tidak boleh dibiarkan hanya gara-gara anak belum step.
Anak yang sudah demam tinggi harus segera diobati, misalnya dikasih minum madu atau obat kimia seperti Paracetamol. Bukan dengan cara dikasih kopi. Kopi diberi sebagai upaya pencegahan agar step tidak terjadi (lagi) pada anak. Bagaimana cara kerja kopi dalam mencegah terjadinya step pada anak?
Dari segi gizi, kopi mengandung senyawa kaffein yang dapat merangsang kinerja sel syaraf. Setelah minum kopi, sel syaraf membesar sehingga mempelancar peredaran darah. Sedangkan step terjadi karena terjadinya penyempitan pada sel syaraf. Memberi anak kopi dengan takaran tertentu, kafein dapat memberikan hasil yang positif. Sementara kebalikannya, pada takaran yang berlebihan juga dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
Jadi, mungkin seperti inilah mengapa ibu saya memberi kopi kepada saya saat kecil. Ibu tidak menginginkan saya terkena step seperti yang dialami kakak saya. Terimakasih ibu, sekarang saya baru tahu mengapa ibu memberi saya kopi.
Minggu, 22 Desember 2013
Inspirasi Tiada Henti
"Seperti listrik, inspirasi tak pernah berhenti mengalir. Kalau lampu dalam diri kita tidak menyala, itu karena saluran yang terganggu atau memang putus sama sekali. Maka, jika engkau ingin inspirasi itu hidup, siapkan jiwamu untuk menyambutnya." (Mohammad Fauzil Adhim)
Ya, mempersiapkan jiwa. Itulah kata kuncinya agar kita terus menerus memperoleh inspirasi. Tanpa kesiapan jiwa, sebanyak apapun informasi yang kita terima, tidak akan membekas dalam benak kita. Seperti halnya apa yang masuk telinga kiri keluar ke telinga kanan.
Jiwa yang siap ibarat tanah yang luas. Ia dapat menampung berbagai macam hal yang bermanfaat. Batas dan tepinya tidak kita ketahui karena saking luasnya. Bila benar apa yang dikatakan Einstein, kita baru menggunakan 5% saja dari kemampuan otak kita, maka kita akan menyadari betapa besarnya kapasitas otak kita dan betapa luasnya pengetahuan yang ada di alam semesta ini. Lalu, bagaimana dengan orang yang malas menggunakan otaknya?
Bagi jiwa yang selalu siap, situasi dan kondisi apapun bisa sangat menguntungkan bagi dirinya. Penderitaan dan sempitnya penjara bukanlah hambatan untuk menghasilkan sebuah maha karya. Bahkan, situasi dan kondisi itu adalah stimulan untuk menulis buku-buku hebat dan bermakna kuat. Imam Ibnu Taimiyah, misalnya, menulis sebagian besar buku Majmu Fatawa yang tebalnya 30 jilid ketika berada di dalam penjara. Prof. HAMKA menulis sebagian besar Tafsir Al Azhar ketika berada di dalam penjara. Begitupun dengan Sayyid Quthb yang menulis Tafsir Fi Zhilalil Quran, menulisnya ketika berada di dalam penjara.
Syaikh Muhammad Al Ghazali menulis buku Fiqh Sirah ketika berada dalam pengasingan di Madinah akibat diusir oleh pemerintah Mesir yang zalim pada saat itu. Begitupun dengan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi menulis buku Fiqh Zakat ditempat pengasingannya di Qatar.
Dahsyatnya, semua buku yang mereka tulis itu menjadi karya fenomenal dan rujukan berjuta-juta kaum muslimin. Majmu Fatawa adalah buku berisi kumpulan fatwa terbesar yang pernah ada. Tafsir Al Azhar, menurut seorang orientalis, adalah kitab tafsir terbaik yang pernah ditulis ulama asal Indonesia. Kitab ini menjadi rujukan kaum muslimin di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Thailand. Bahkan di beberapa pusat pendidikan Islam, kitab ini menjadi buku wajib bagi para santrinya.
Tafsir Fi Zhilalil Quran adalah tafsir Al Quran yang paling banyak dibaca aktivis pergerakan Islam saat ini. Sayyid Quthb menulis tafsirnya dengan bahasa yang sangat indah. Kemampuan sastranya mengalir bersama dengan semangat juangnya yang tinggi. Banyak kalangan menyebutkan, belum pernah ada orang menulis tafsir seperti yang dilakukan oleh Sayyid Quthb.
Kitab Fiqh Sirah karya Syaikh Muhammad Al Ghazali begitu khas. Dalam buku itu, beliau memadukan antara sejarah Nabi Muhammad dan pergerakan Islam saat ini. Sehingga karyanya ini menjadi salah satu rujukan utama aktivis Islam dalam disiplin ilmu Sirah Nabawiyah. Buku beliau ditulis di depan makam Rasulullah. Setiap kali mulai menulis, beliau menangis mengenang perjuangan agung Rasulullah Saw. Tulisannya mengalir deras bersamaan dengan derasnya airmata yang keluar. Membentuk kalimat-kalimat indah dan bermakna.
Sedangkan buku Fiqh Zakat karya Syaikh Yusuf Al Qaradhawi dinobatkan oleh pemikir besar Islam, Imam Abul A'la Al Maududi, sebagai buku terbaik di abad ke-20. Dikalangan pemerhati zakat, buku ini menjadi buku rujukan wajib bagi mereka. Lihat saja buku-buku zakat yang ada sekarang pasti menjadikan Fiqh Zakat sebagai salah satu sumber rujukan utamanya.
Penderitaan bagi mereka adalah tambang kearifan dan kebijaksanaan. Dari sana muncul kata-kata yang tulus, makna yang mendalam, dan hakikat sebuah pengorbanan. Karena ia muncul dari jiwa yang merdeka. Jiwa yang tanpa dusta di dalamnya. Penderitaan mereka dalam berjuang adalah bukti pengorbanan yang sesungguhnya.
Kebalikannya bagi si pemilik jiwa yang sempit. Meskipun tinggal di dalam istana yang luas dan mewah, tidak membuatnya merasa nyaman dan tentram. Selalu saja baginya membuat-buat alasan untuk berhenti berkarya. Padahal alasan-alasan itu hanya diciptakan oleh dirinya sendiri. Alasan-alasan itu pada akhirnya memenjarakan dirinya pada penjara yang hakiki. Penjara yang membuatnya tidak bisa berimajinasi dan berpikir merdeka.
Jangan katakan tidak ada inspirasi. Tapi evaluasilah diri ini, sudahkah kita siap menyambut datangnya inspirasi. Jangan sampai gara-gara jiwa tidak siap, inspirasi itu menghilang begitu saja. Bukankah ini sama dengan kesia-siaan? Ketika jiwa kita sudah siap, insya Allah inspirasi yang kita peroleh tidak ada habis-habisnya. Nah!
Ya, mempersiapkan jiwa. Itulah kata kuncinya agar kita terus menerus memperoleh inspirasi. Tanpa kesiapan jiwa, sebanyak apapun informasi yang kita terima, tidak akan membekas dalam benak kita. Seperti halnya apa yang masuk telinga kiri keluar ke telinga kanan.
Jiwa yang siap ibarat tanah yang luas. Ia dapat menampung berbagai macam hal yang bermanfaat. Batas dan tepinya tidak kita ketahui karena saking luasnya. Bila benar apa yang dikatakan Einstein, kita baru menggunakan 5% saja dari kemampuan otak kita, maka kita akan menyadari betapa besarnya kapasitas otak kita dan betapa luasnya pengetahuan yang ada di alam semesta ini. Lalu, bagaimana dengan orang yang malas menggunakan otaknya?
Bagi jiwa yang selalu siap, situasi dan kondisi apapun bisa sangat menguntungkan bagi dirinya. Penderitaan dan sempitnya penjara bukanlah hambatan untuk menghasilkan sebuah maha karya. Bahkan, situasi dan kondisi itu adalah stimulan untuk menulis buku-buku hebat dan bermakna kuat. Imam Ibnu Taimiyah, misalnya, menulis sebagian besar buku Majmu Fatawa yang tebalnya 30 jilid ketika berada di dalam penjara. Prof. HAMKA menulis sebagian besar Tafsir Al Azhar ketika berada di dalam penjara. Begitupun dengan Sayyid Quthb yang menulis Tafsir Fi Zhilalil Quran, menulisnya ketika berada di dalam penjara.
Syaikh Muhammad Al Ghazali menulis buku Fiqh Sirah ketika berada dalam pengasingan di Madinah akibat diusir oleh pemerintah Mesir yang zalim pada saat itu. Begitupun dengan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi menulis buku Fiqh Zakat ditempat pengasingannya di Qatar.
Dahsyatnya, semua buku yang mereka tulis itu menjadi karya fenomenal dan rujukan berjuta-juta kaum muslimin. Majmu Fatawa adalah buku berisi kumpulan fatwa terbesar yang pernah ada. Tafsir Al Azhar, menurut seorang orientalis, adalah kitab tafsir terbaik yang pernah ditulis ulama asal Indonesia. Kitab ini menjadi rujukan kaum muslimin di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Thailand. Bahkan di beberapa pusat pendidikan Islam, kitab ini menjadi buku wajib bagi para santrinya.
Tafsir Fi Zhilalil Quran adalah tafsir Al Quran yang paling banyak dibaca aktivis pergerakan Islam saat ini. Sayyid Quthb menulis tafsirnya dengan bahasa yang sangat indah. Kemampuan sastranya mengalir bersama dengan semangat juangnya yang tinggi. Banyak kalangan menyebutkan, belum pernah ada orang menulis tafsir seperti yang dilakukan oleh Sayyid Quthb.
Kitab Fiqh Sirah karya Syaikh Muhammad Al Ghazali begitu khas. Dalam buku itu, beliau memadukan antara sejarah Nabi Muhammad dan pergerakan Islam saat ini. Sehingga karyanya ini menjadi salah satu rujukan utama aktivis Islam dalam disiplin ilmu Sirah Nabawiyah. Buku beliau ditulis di depan makam Rasulullah. Setiap kali mulai menulis, beliau menangis mengenang perjuangan agung Rasulullah Saw. Tulisannya mengalir deras bersamaan dengan derasnya airmata yang keluar. Membentuk kalimat-kalimat indah dan bermakna.
Sedangkan buku Fiqh Zakat karya Syaikh Yusuf Al Qaradhawi dinobatkan oleh pemikir besar Islam, Imam Abul A'la Al Maududi, sebagai buku terbaik di abad ke-20. Dikalangan pemerhati zakat, buku ini menjadi buku rujukan wajib bagi mereka. Lihat saja buku-buku zakat yang ada sekarang pasti menjadikan Fiqh Zakat sebagai salah satu sumber rujukan utamanya.
Penderitaan bagi mereka adalah tambang kearifan dan kebijaksanaan. Dari sana muncul kata-kata yang tulus, makna yang mendalam, dan hakikat sebuah pengorbanan. Karena ia muncul dari jiwa yang merdeka. Jiwa yang tanpa dusta di dalamnya. Penderitaan mereka dalam berjuang adalah bukti pengorbanan yang sesungguhnya.
Kebalikannya bagi si pemilik jiwa yang sempit. Meskipun tinggal di dalam istana yang luas dan mewah, tidak membuatnya merasa nyaman dan tentram. Selalu saja baginya membuat-buat alasan untuk berhenti berkarya. Padahal alasan-alasan itu hanya diciptakan oleh dirinya sendiri. Alasan-alasan itu pada akhirnya memenjarakan dirinya pada penjara yang hakiki. Penjara yang membuatnya tidak bisa berimajinasi dan berpikir merdeka.
Jangan katakan tidak ada inspirasi. Tapi evaluasilah diri ini, sudahkah kita siap menyambut datangnya inspirasi. Jangan sampai gara-gara jiwa tidak siap, inspirasi itu menghilang begitu saja. Bukankah ini sama dengan kesia-siaan? Ketika jiwa kita sudah siap, insya Allah inspirasi yang kita peroleh tidak ada habis-habisnya. Nah!
Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin Sebagai Common Enemy
Kebijakan Mursi ini kabarnya membuat kalangan militer Mesir yang dekat dengan Bashar Al-Asad Asy Syi'i meradang. Sementara itu negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, & Uni Emirat Arab yang sangat mendukung kudeta terhadap Mursi hanya omdo saja. Dukungan mereka terhadap oposisi Suriah tidak kongkrit. Kemungkinan besar ketidakkongkritan ini terjadi karena ternyata di medan perlawanan Suriah yang banyak berjihad adalah para aktivis Ikhwanul Muslimin.
Arab Saudi-UEA-Kuwait tidak fokus membantu umat Islam di Suriah. Mereka malah sibuk mengurus bagaimana merebut pengaruh perlawanan dari tangan Ikhwanul Muslimin. Caranya adalah, mengganti pimpinan oposisi dari kalangan ikhwan dengan tokoh yang dekat dengan mereka. Sedangkan tokoh itu jauh sekali dari medan perjuangan.
Selama ini dukungan negara-negara Barat terhadap kelompok oposisi Suriah juga nonsense. Pengiriman senjata mereka untuk oposisi Suriah hanya gosip belaka. Biasanya yang menggembor-gemborkannya adalah kaum Syiah Rofidhoh. Pengakuan komandan tempur gerakan perlawanan menyebutkan bahwa pengiriman senjata hanya dusta belaka. Meskipun mereka sendiri mengakui sangat mengharapkan bantuan senjata itu. Dan juga menurut Menlu Rusia, Amerika Serikat lebih setuju mempertahankan rezim Bashar ketimbang mendukung kelompok perlawanan yang mayoritasnya adalah aktivis pergerakan Islam.
Maka tidaklah heran, salah satu tokoh yang paling senang dengan kudeta terhadap Mursi adalah Bashar Al-Asad. Dia mengatakan lengsernya Mursi merupakan berakhirnya kekuatan politik Islam. Karena dukungan Mursi terhadap oposisi sangat kuat pengaruhnya untuk menggulingkan Bashar Al-Asad dari tampuk kekuasaan. Tampaknya pula Bashar mengirim sinyal-sinyal ke negara-negara tetangga jika musuh besar yang kini mereka hadapi sesungguhnya adalah Ikhwanul Muslimin, bukan Suriah, Iran atau bahkan Israel.
Kesimpulannya, kudeta terhadap Muhammad Mursi oleh militer Mesir adalah tragedi demokrasi, tragedi kemanusiaan, dan tragedi keadilan yang disaksikan oleh dunia. Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin telah menjadi target serangan besar-besaran oleh berbagai kepentingan dunia yang congkak dan zalim. Oleh karena itu, seluruh kaum muslimin harus mendukung Mursi dan gerakan Ikhwanul Muslimin. Sebagai dukungan untuk kemaslahatan umat yang lebih besar. Semoga Allah menyelamatkan Mursi, kaum muslimin Mesir, dan menghancurkan rezim kudeta.
Kamis, 19 Desember 2013
Nahnu Duat Qobla Kulli Syai
Guru saya pernah berkata kepada saya, kita adalah seorang da'i sebelum menjadi yang lain.
Dalam posisi dan spesialisasi pekerjaan apapun setiap muslim mempunyai kewajiban amar ma'ruf nahi munkar, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, dan menjadi teladan yg baik bagi lingkungannya.
Hakikat seorang da'i tidak melulu pandai bicara, walaupun kemahiran bicara itu penting. Tapi yg lebih penting adalah dakwahnya dalam perbuatan (dakwah bil hal). Karena hal itu jauh lebih kuat pengaruhnya daripada dakwah dengan perkataan (dakwah bil lisan). Bila dakwah bil lisan lebih baik daripada dakwah bil hal, maka tentu Nabi Musa lebih baik daripada Nabi Harun. Pada kenyataannya Nabi Harun mengikuti syariat Nabi Musa.
Teman-teman saya yang berprestasi di sekolahnya, pada umumnya tidak banyak bicara. Tapi anehnya banyak orang menyukainya, mendekat kepadanya, dan meneladaninya. Jarang berbicara tapi bila berbicara, benar-benar di perhatikan lawan bicaranya. Karena dia telah berkata dengan prestasinya. Dan banyak orang lebih menginginkan bukti, bukan janji belaka.
Maka tak ada yang perlu dicemaskan tentang ketidakmampuan kita dalam berbicara baik secara lisan maupun tulisan, walaupun keduanya sangat baik kita pelajari dan kuasai. Awal yang harus kita lakukan dalam hal ini adalah, menjadi pribadi muslim yang baik dari hari ke hari. Dari sana akan terpancar cahaya ke sekeliling kita dan akan semakin membesar seiring berjalannya waktu.
Dalam posisi dan spesialisasi pekerjaan apapun setiap muslim mempunyai kewajiban amar ma'ruf nahi munkar, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, dan menjadi teladan yg baik bagi lingkungannya.
Hakikat seorang da'i tidak melulu pandai bicara, walaupun kemahiran bicara itu penting. Tapi yg lebih penting adalah dakwahnya dalam perbuatan (dakwah bil hal). Karena hal itu jauh lebih kuat pengaruhnya daripada dakwah dengan perkataan (dakwah bil lisan). Bila dakwah bil lisan lebih baik daripada dakwah bil hal, maka tentu Nabi Musa lebih baik daripada Nabi Harun. Pada kenyataannya Nabi Harun mengikuti syariat Nabi Musa.
Teman-teman saya yang berprestasi di sekolahnya, pada umumnya tidak banyak bicara. Tapi anehnya banyak orang menyukainya, mendekat kepadanya, dan meneladaninya. Jarang berbicara tapi bila berbicara, benar-benar di perhatikan lawan bicaranya. Karena dia telah berkata dengan prestasinya. Dan banyak orang lebih menginginkan bukti, bukan janji belaka.
Maka tak ada yang perlu dicemaskan tentang ketidakmampuan kita dalam berbicara baik secara lisan maupun tulisan, walaupun keduanya sangat baik kita pelajari dan kuasai. Awal yang harus kita lakukan dalam hal ini adalah, menjadi pribadi muslim yang baik dari hari ke hari. Dari sana akan terpancar cahaya ke sekeliling kita dan akan semakin membesar seiring berjalannya waktu.
Mengkambinghitamkan Ibnu Taimiyah
Saya
kembali terlibat diskusi dengan orang Syiah. Kali ini semakin terlihat
betapa dangkalnya pemikiran orang syiah. Hanya karena mengutip perkataan
Imam Ibnu Taimiyah, saya kemudian dituduh Wahabi oleh mereka.
Pertama, mereka seperti pepatah yang mengatakan, gajah dipelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Mereka meributkan perkataan Imam Ibnu Taimiyah yang hanya satu kutipan, tapi anehnya tidak meributkan perkataan ulama-ulama lainnya seperti Imam Syafi'i, Imam Malik, dan Imam Ahmad.
Mengapa? Karena mereka takut kalau mereka menyerang para Imam Madzhab itu belang syiah mereka akan terlihat. Mereka menyadari psikologis kaum muslimin saat ini yang sangat kuat berpegang kepada imam madzhab yang empat. Menyerang 4 imam sama saja dengan menyerang ahlus sunnah yang hakiki, meskipun pada dasarnya ahlus sunnah itu bukan dari empat imam saja.
Akhirnya mereka menyerang ulama yang paling besar perbedaan pendapatnya dengan kalangan penganut akidah asyariyah dan maturidiyah. Yaitu Imam Ibnu Taimiyah. Dengan demikian,serangan mereka terhadap orang-orang yang anti syiah seolah dilancarkan oleh kaum ahlus sunnah sendiri. Pada akhirnya sesama ahlus sunnah saling bentrok sendiri. Sementara akar permasalahan tentang pemikiran Syiah tidak dikemukakan lebih lanjut. Sampai disini, orang syiah berhasil membelokkan masalah yang sesungguhnya. Di satu sisi, mereka tetap mengemukakan pemikirannya yang sesat, di sisi lain mereka mengadu domba sesama kalangan ahlus sunnah.
Kedua, orang syiah memberi gelar orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah dengan sebutan wahabi. Saya heran, apa hubungan langsung antara Ibnu Taimiyah dengan wahabi? Seolah Ibnu Taimiyah itu penganut wahabi. Padahal Ibnu Taimiyah hidup sebelum pendiri "wahabi" itu hidup.
Kalau memang orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah disebut wahabi, tentu orang-orang Islam Liberal seperti Prof. Fazlur Rahman dan Prof. Nurcholis Majid adalah penganut wahabi. Prof. Fazlur Rahman pernah memuji Ibnu Taimiyah dengan sebutan "neo sufism" dan Prof. Nurcholis Majid menulis desertasi doktoralnya tentang pemikiran Ibnu Taimiyah.
Orang-orang Jamaah Tabligh dengan tokohnya seperti Syaikh Maulana Kandahlawi dalam bukunya banyak mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Bahkan tokohnya yang lain, yakni Syaikh Abul Hasan An-Nadwi menulis buku biografi tentang Imam Ibnu Taimiyah. Sementara itu dikalangan wahabi itu sendiri, Jamaah Tabligh sering dikritik sebagai jamaah yang banyak bid'ahnya.
Begitupun dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin yang banyak dikritik dan dihujat oleh kalangan wahabi, banyak mengutip pemikiran Imam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya.
Kesimpulannya, Imam Ibnu Taimiyah adalah milik kaum muslimin. Bukan milik orang-orang wahabi semata. Murid-murid Imam Ibnu Taimiyah di antaranya: Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Rajab, dan Imam Adz Dzahabi. Banyak karya-karya Imam Ibnul Qayyim condong pada tasawuf seperti kitab Madarijus Salikin, Ighatsul Lahfan dan Al Jawabul Kafi. Imam Ibnu Katsir terkenal dengan karyanya Tafsir Ibnu Katsir dan Al Bidayah wan Nihayah yang dijadikan rujukan seluruh kaum ahlussunnah tidak terkecuali. Begitupun Imam Adz Dzahabi dikenal sebagai ahli hadits yang diakui oleh para ulama ahlussunnah.
Pertama, mereka seperti pepatah yang mengatakan, gajah dipelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Mereka meributkan perkataan Imam Ibnu Taimiyah yang hanya satu kutipan, tapi anehnya tidak meributkan perkataan ulama-ulama lainnya seperti Imam Syafi'i, Imam Malik, dan Imam Ahmad.
Mengapa? Karena mereka takut kalau mereka menyerang para Imam Madzhab itu belang syiah mereka akan terlihat. Mereka menyadari psikologis kaum muslimin saat ini yang sangat kuat berpegang kepada imam madzhab yang empat. Menyerang 4 imam sama saja dengan menyerang ahlus sunnah yang hakiki, meskipun pada dasarnya ahlus sunnah itu bukan dari empat imam saja.
Akhirnya mereka menyerang ulama yang paling besar perbedaan pendapatnya dengan kalangan penganut akidah asyariyah dan maturidiyah. Yaitu Imam Ibnu Taimiyah. Dengan demikian,serangan mereka terhadap orang-orang yang anti syiah seolah dilancarkan oleh kaum ahlus sunnah sendiri. Pada akhirnya sesama ahlus sunnah saling bentrok sendiri. Sementara akar permasalahan tentang pemikiran Syiah tidak dikemukakan lebih lanjut. Sampai disini, orang syiah berhasil membelokkan masalah yang sesungguhnya. Di satu sisi, mereka tetap mengemukakan pemikirannya yang sesat, di sisi lain mereka mengadu domba sesama kalangan ahlus sunnah.
Kedua, orang syiah memberi gelar orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah dengan sebutan wahabi. Saya heran, apa hubungan langsung antara Ibnu Taimiyah dengan wahabi? Seolah Ibnu Taimiyah itu penganut wahabi. Padahal Ibnu Taimiyah hidup sebelum pendiri "wahabi" itu hidup.
Kalau memang orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah disebut wahabi, tentu orang-orang Islam Liberal seperti Prof. Fazlur Rahman dan Prof. Nurcholis Majid adalah penganut wahabi. Prof. Fazlur Rahman pernah memuji Ibnu Taimiyah dengan sebutan "neo sufism" dan Prof. Nurcholis Majid menulis desertasi doktoralnya tentang pemikiran Ibnu Taimiyah.
Orang-orang Jamaah Tabligh dengan tokohnya seperti Syaikh Maulana Kandahlawi dalam bukunya banyak mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Bahkan tokohnya yang lain, yakni Syaikh Abul Hasan An-Nadwi menulis buku biografi tentang Imam Ibnu Taimiyah. Sementara itu dikalangan wahabi itu sendiri, Jamaah Tabligh sering dikritik sebagai jamaah yang banyak bid'ahnya.
Begitupun dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin yang banyak dikritik dan dihujat oleh kalangan wahabi, banyak mengutip pemikiran Imam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya.
Kesimpulannya, Imam Ibnu Taimiyah adalah milik kaum muslimin. Bukan milik orang-orang wahabi semata. Murid-murid Imam Ibnu Taimiyah di antaranya: Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Rajab, dan Imam Adz Dzahabi. Banyak karya-karya Imam Ibnul Qayyim condong pada tasawuf seperti kitab Madarijus Salikin, Ighatsul Lahfan dan Al Jawabul Kafi. Imam Ibnu Katsir terkenal dengan karyanya Tafsir Ibnu Katsir dan Al Bidayah wan Nihayah yang dijadikan rujukan seluruh kaum ahlussunnah tidak terkecuali. Begitupun Imam Adz Dzahabi dikenal sebagai ahli hadits yang diakui oleh para ulama ahlussunnah.
Ketika Syiah di Bantu Rusia dan Amerika Melawan Ahlussunnah
Beberapa kali saya berdebat dengan orang syiah
dan mereka yang bersimpati kepada syiah. Salah satu perdebatan saya
seputar kondisi Suriah saat ini. Kata mereka, Amerika dan sekutunya
telah mengadu domba antara orang Sunni dan Syiah.
Saya tanyakan, darimana Anda tahu?
Jawabnya, orang-orang Sunni yang menyerang pemerintahan Bashar Al-Asad dibantu oleh Amerika. Amerika dan sekutunya mengirimkan persenjataan untuk para pemberontak itu.
Saya katakan, analisa Anda itu tidak terbukti sama sekali. Hingga saat ini Amerika hanya membual saja memberikan persenjataan. Bukti yang ada dilapangan, para pejuang pembebasan memodali persenjataan mereka dari apa yang sanggup mereka miliki dan yang sanggup mereka buat. Kalaupun mereka memiliki persenjataan dari Amerika, pasti daya gempur mereka jauh lebih kuat daripada yang ada pada saat ini.
Apa yang terjadi di Suriah adalah kezaliman sebuah rezim yang sama dari generasi yang berbeda. Kezaliman Bashar Al-Asad tidak jauh beda dengan kezaliman Hafez Al-Asad. Bahkan lebih kejam lagi. Di zaman Hafez Al-Asad (bapaknya Bashar), di awal tahun 80 an, rezim ini telah membunuh lebih dari delapan puluh ribu orang dan meratakan ratusan masjid kaum sunni. Syaikh Said Hawwa, ulama Suriah, saat itu mendatangi Ali Khomaini agar membantu revolusi Islam Suriah. Tapi beliau pulang dari Iran dengan tangan hampa.
Apa yang bisa diharapkan dari seorang Syiah tatkala ada orang Syiah lainnya akan dilawan? Tidak mungkin orang Syiah membantu kaum Sunni melawan orang Syiah lainnya. Seperti yang terjadi saat ini, Syiah Iran dan Syiah Libanon membantu rezim Bashar yang Syiah. Mereka terang-terangan membantu Bashar dengan persenjataan. Ditambah lagi bantuan dari negara ateis Rusia. Jadi anggapan yang terjadi pada saat ini karena perbuatan dan campur tangan Amerika Serikat belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Gejolak saat ini ibarat bom waktu dari kezaliman yang sudah ada sebelumnya. Saat terjadi Revolusi Musim Semi Arab, para pejuang menjadikannya sebagai momentum untuk melakukan perubahan. Sama seperti yang terjadi di Tunisia, Yaman, Maroko, Mesir, dan di beberapa negara Arab lainnya. Pada awalnya mereka melakukan melakukan demonstrasi damai. Karena tindakan represif rezim bashar, banyak pendemo yang mati. Kezaliman ini menyulut perlawanan bersenjata.
Jadi, siapa yang mengangkat senjata untuk pertama kali? Tidak bolehkah orang yang terzalimi membela diri? Tapi orang seperti Anda kemudian menuduh Amerika berada dibelakang semua ini. Padahal tuduhan itu seharusnya Anda arahkan kepada kezaliman teman-teman Anda sesama Syiah di Suriah.
Lalu, orang syiah ini kembali berkata, Anda boleh berpendapat seperti itu. Tidakkah Anda lihat penggulingan Muammar Khadafi di Libya? Bukankah dibantu Amerika dan sekutunya?
Saya menjawab, Bagaimana dengan Irak? Bukankah Saddam Husein juga digulingkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya? Setelah itu siapa yang paling mendapat keuntungan sesudah penggulingan itu? Orang syiah! Mengapa Anda melihat Libya tetapi buta dari melihat Irak?
Orang syiah ini kembali berkata, negara Iran adalah negara yang paling keras permusuhannya kepada Amerika dan Israel. Sementara negara lain lembek.
Saya menjawab, Anda bisa saja berkata seperti itu. Tapi ucapan harus dibuktikan dengan tindakan agar tidak disebut omong kosong. Apakah Iran pernah menembakkan roketnya ke arah Israel, seperti yang dilakukan oleh Saddam Husein? Apakah Iran pernah mengembargo minyak untuk Amerika Serikat dan sekutunya seperti yang dilakukan Raja Faishal dari Arab Saudi? Justru yang ada saat ini Iran semakin mesra dengan Amerika dan sekutunya. Jumlah orang Yahudi di Iran semakin meningkat, sementara kaum ahlussunnah ditindas dan tidak mendapat tempat yang layak untuk beribadah.
Saya khawatir dugaan saya orang syiah sedang bertaqiyah bahwa mereka bersekutu dengan Amerika, Israel, Rusia, dan kaum kafirin lainnya, benar adanya. Dan kalaupun dugaan itu benar, saya tidak menganggapnya sebagai sebuah keanehan.
Berikut ini senjata bantuan Amerika Serikat untuk Mujahidin Suriah.
Saya tanyakan, darimana Anda tahu?
Jawabnya, orang-orang Sunni yang menyerang pemerintahan Bashar Al-Asad dibantu oleh Amerika. Amerika dan sekutunya mengirimkan persenjataan untuk para pemberontak itu.
Saya katakan, analisa Anda itu tidak terbukti sama sekali. Hingga saat ini Amerika hanya membual saja memberikan persenjataan. Bukti yang ada dilapangan, para pejuang pembebasan memodali persenjataan mereka dari apa yang sanggup mereka miliki dan yang sanggup mereka buat. Kalaupun mereka memiliki persenjataan dari Amerika, pasti daya gempur mereka jauh lebih kuat daripada yang ada pada saat ini.
Apa yang terjadi di Suriah adalah kezaliman sebuah rezim yang sama dari generasi yang berbeda. Kezaliman Bashar Al-Asad tidak jauh beda dengan kezaliman Hafez Al-Asad. Bahkan lebih kejam lagi. Di zaman Hafez Al-Asad (bapaknya Bashar), di awal tahun 80 an, rezim ini telah membunuh lebih dari delapan puluh ribu orang dan meratakan ratusan masjid kaum sunni. Syaikh Said Hawwa, ulama Suriah, saat itu mendatangi Ali Khomaini agar membantu revolusi Islam Suriah. Tapi beliau pulang dari Iran dengan tangan hampa.
Apa yang bisa diharapkan dari seorang Syiah tatkala ada orang Syiah lainnya akan dilawan? Tidak mungkin orang Syiah membantu kaum Sunni melawan orang Syiah lainnya. Seperti yang terjadi saat ini, Syiah Iran dan Syiah Libanon membantu rezim Bashar yang Syiah. Mereka terang-terangan membantu Bashar dengan persenjataan. Ditambah lagi bantuan dari negara ateis Rusia. Jadi anggapan yang terjadi pada saat ini karena perbuatan dan campur tangan Amerika Serikat belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Gejolak saat ini ibarat bom waktu dari kezaliman yang sudah ada sebelumnya. Saat terjadi Revolusi Musim Semi Arab, para pejuang menjadikannya sebagai momentum untuk melakukan perubahan. Sama seperti yang terjadi di Tunisia, Yaman, Maroko, Mesir, dan di beberapa negara Arab lainnya. Pada awalnya mereka melakukan melakukan demonstrasi damai. Karena tindakan represif rezim bashar, banyak pendemo yang mati. Kezaliman ini menyulut perlawanan bersenjata.
Jadi, siapa yang mengangkat senjata untuk pertama kali? Tidak bolehkah orang yang terzalimi membela diri? Tapi orang seperti Anda kemudian menuduh Amerika berada dibelakang semua ini. Padahal tuduhan itu seharusnya Anda arahkan kepada kezaliman teman-teman Anda sesama Syiah di Suriah.
Lalu, orang syiah ini kembali berkata, Anda boleh berpendapat seperti itu. Tidakkah Anda lihat penggulingan Muammar Khadafi di Libya? Bukankah dibantu Amerika dan sekutunya?
Saya menjawab, Bagaimana dengan Irak? Bukankah Saddam Husein juga digulingkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya? Setelah itu siapa yang paling mendapat keuntungan sesudah penggulingan itu? Orang syiah! Mengapa Anda melihat Libya tetapi buta dari melihat Irak?
Orang syiah ini kembali berkata, negara Iran adalah negara yang paling keras permusuhannya kepada Amerika dan Israel. Sementara negara lain lembek.
Saya menjawab, Anda bisa saja berkata seperti itu. Tapi ucapan harus dibuktikan dengan tindakan agar tidak disebut omong kosong. Apakah Iran pernah menembakkan roketnya ke arah Israel, seperti yang dilakukan oleh Saddam Husein? Apakah Iran pernah mengembargo minyak untuk Amerika Serikat dan sekutunya seperti yang dilakukan Raja Faishal dari Arab Saudi? Justru yang ada saat ini Iran semakin mesra dengan Amerika dan sekutunya. Jumlah orang Yahudi di Iran semakin meningkat, sementara kaum ahlussunnah ditindas dan tidak mendapat tempat yang layak untuk beribadah.
Saya khawatir dugaan saya orang syiah sedang bertaqiyah bahwa mereka bersekutu dengan Amerika, Israel, Rusia, dan kaum kafirin lainnya, benar adanya. Dan kalaupun dugaan itu benar, saya tidak menganggapnya sebagai sebuah keanehan.
Berikut ini senjata bantuan Amerika Serikat untuk Mujahidin Suriah.
Langganan:
Postingan (Atom)