Kitab ini berjudul "Shaidul Khathir" yang berarti lintasan pikiran. Ia seperti catatan harian yang penuh kebaikan. Gaya kepenulisannya indah, singkat, padat, dan berbobot. Mengalir deras penuh muatan ilmu. Banyak ulama menjadikannya sebagaiKitab rujukan dari Kitab yang mereka tulis, di antaranya La Tahzan karya DR. Aidh Abdullah Al-Qarni. Tak sungkan-sungkan, beliau berkata, kitab Shaidul Khathir adalah kitab terbaik yang pernah beliau baca. Termasuk saya, juga ingin memujinya, banyak mengulang kalimat-kalimatnya, dan banyak mengutipnya untuk saya jadikan renungan sehari-hari.
Siapakah penulis kitab ini? Tak ada salahnya bagi yang belum membaca buku ini, untuk mengenal beliau terlebih dahulu. Beliau dikenal dengan panggilan "Imam Ibnu Al-Jauzy". Silsilah beliau sampai kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau adalah salah seorang ulama besar, mubaligh yang handal dan penulis yang sangat produktif. Beliau memiliki bakat yang sangat menonjol dalam hal pidato dan khotbah yang tidak banyak dimiliki oleh orang-orang semasanya. Yang hadir dalam majelisnya mencapai puluhan ribu orang. Setiap minggu sekali beliau mengkhatamkan membaca Al-Qur'an. Ditangan beliau lahir 2000 jilid buku, telah bertobat seratus ribu orang, dua puluh ribu orang di antaranya masuk Islam.
Al-Muwaffiq Abdul Latif berkata, Ibnu Al-Jauzy sangat tampan wajahnya, manis perangainya, merdu suaranya, teratur gerak-geriknya dan penuh pesona, suka humor. Majelisnya dihadiri seratus ribu orang lebih. Waktu-waktunya tidak pernah terbuang. Dia menulis empat puluh halaman sehari. Dia hampir tahu segala ilmu. Dalam bidang tafsir, dia termasuk ulama barisan depan; dalam bidang hadits pun dia termasuk Al-Huffadz; dalam bidang sejarah termasuk yang sangat luas cakrawalanya, di samping ahli fikih yang mumpuni, sedangkan dalam hal nasehat-nasehat berpantun tak diragukan lagi kekuatan kata-katanya.
Dalam kitab Tatimmatul Mukhtashor fi Akhbaril Basyar, Ibnul Warid mengatakan: “Bila lembaran-lembaran buku yang berhasil ditulis oleh Ibnul Jauzi dikumpulkan, lalu dikalkulasi dengan umur yang beliau miliki, maka ditetapkan bahwa beliau menulis dalam sehari sebanyak sembilan buah buku seukuran buku tulis.” Diceritakan juga bahwa bekas rautan pena Ibnul Jauzi dapat digunakan untuk memanasi air yang dipakai untuk memandikan mayat beliau, itupun masih tersisa.
Di antara tulisannya, Durratul Ikliil (buku sejarah 4 jilid), Fadhailul Arab, Syudud Al-Uquud, Al-Amtsal, Al-Manfaat fi al-Madzahib Al-Arba'ah (2 jilid), Al-Mukhtar min Al-Asy'ar (10 jilid), At-Tabshirah (berisi nasehat-nasehat 3 jilid), Ru'us Al-Qawariir (2 jilid), dan sebagainya. Selain ahli di bidang ilmu agama, sosial, dan humaniora, beliau juga pakar dibidang kedokteran dengan menulis kitab Al-Luqat sebanyak 2 jilid. Beliau sangat menjaga kesehatan dan dengan seksama memelihara perangainya serta menjaga kekuatan akalnya dan ketajaman otaknya dengan makanan-makanan bergizi.
Saat wafatnya, beliau di antar dengan iring-iringan ribuan manusia. Beliau meninggal pada hari jumat 13 Ramadhan 597 H.
Dari biografi singkat di atas, tidak mengherankan bila karya-karya beliau mempesona, sangat terasa ruhnya. Karena apa yang beliau katakan telah menyatu dalam diri beliau. Semoga Allah merahmati beliau dan memasukkannya ke dalam jannah-Nya.
Ya Allah, jadikanlah kami menjadi bagian orang yang mencintai para kekasih-Mu, membaca karya-karya mereka, merenungkan dan mengamalkan isinya. Jadikanlah ilmu yang telah mereka ajarkan kepada kami sebagai amal jariyah mereka di alam barzah dan alam akhirat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar