Sering kita mendapati di zaman ini pemimpin negeri yang berakhlak sangat buruk dan zalim. Dia melakukan berbagai tindak kekejaman dan kekejian seperti berkata-kata keji, membunuh, merampas harta yang bukan haknya, menyiksa, dan memfitnah lawannya. Lalu kita berharap orang itu segera mendapatkan hukuman dari Allah Swt. Tapi hukuman itu tidak juga datang hingga kini. Lantas kita pun mulai mereka-reka dan bertanya-tanya, mungkinkah orang yang zalim itu pada hakikatnya orang yang baik sehingga Allah tidak menghukumnya hingga saat ini? Lama kelamaan pemikiran kita bisa menjadi, dia pasti orang yang baik.
Apakah hukuman Allah harus datang seketika itu juga bersamaan dengan apa yang kita harapkan atau harus datang sesuai dengan keinginan kita? Bila kita berdoa, "Ya Allah hukumlah orang zalim itu!" Kemudian kita berpikir, sudah seharusnya pada saat berakhirnya doa, hukuman itu langsung terjadi. Entah ditabrak mobil, dibunuh, pesawat yang ditumpangi jatuh, dan sebagainya. Bukankah doa orang yang teraniaya itu dikabulkan Allah? Pasti Allah langsung mengabulkannya! Begitulah yang ada dalam pikiran kita.
Namun hukuman Allah bagi orang yang zalim datang pada waktu yang tepat dan seringkali datang bukan pada waktu yang kita inginkan. Dan, hukuman itu bisa jadi lebih dahsyat daripada yang kita bayangkan.
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (QS. Ibrahim: 42)
Dikisahkan, pada dies natalis ke-5 sebuah perguruan tinggi yang cukup terkenal di Arab Saudi, seorang mahasiswa berdiri di depan aula kampus sambil memperhatikan jarum jamnya seraya berteriak: "Jika Allah itu ada, maka matikanlah aku pada jam setelah jam ini." Ia seorang mahasiswa yang sangat dikagumi di kalangan para mahasiswa dan para dosen karena kecerdasannya.
Tanpa terasa detik demi detik berganti menjadi menit, dan menit demi menit beralih menjadi jam, sehingga jam yang dinantikannya akhirnya tiba juga. Kemudian ketika jam itu berlalu tanpa kematian dirinya, maka dengan sombongnya ia berkata kepada teman-temannya dengan nada suara mencemooh: "Bukankah kalian lihat sendiri, bahwa jika Allah itu ada, niscaya Dia akan mematikanku pada jam tadi, tetapi ternyata aku masih hidup."
Mendengar perkataannya yang ngawur itu, akhirnya sejumlah mahasiswa pergi dari hadapannya. Di antara para mahasiswa itu ada yang terbujuk rayuan setan sehingga di dalam hatinya timbul keragu-raguan. Ada juga kelompok yang berkomentar: "Allah Ta'ala menangguhkan kematiannya semata-mata karena ada suatu hikmah yang terkandung di dalamnya." Kemudian ada kelompok yang hanya menggeleng-gelengkan kepala dan mencemoohkannya.
Kemudian mahasiswa itu pulang ke rumahnya dengan wajah yang ceria serta langkah yang cepat, seakan-akan ia merasa yakin dan bangga dengan argumentasi logikanya tadi karena tidak ada seorangpun yang membantahnya ketika ia mengatakan bahwa: "Allah Ta'ala itu tidak ada, dan manusia ada dengan sendirinya sehingga ia tidak perlu mengenal Tuhan dan tidak akan ada tempat kembali dan perhitungan amal bagi manusia."
Ketika ia memasuki rumahnya, ia mendapati ibunya sedang menyiapkan hidangan makan siang, sementara bapaknya sedang duduk menghadapi hidangan yang tersaji di meja makan sambil menunggu kedatangannya. Melihat hal itu maka mahasiswa itu segera pergi ke kamar mandi, lalu ia mencuci muka dan tangannya sambil berdiri di hadapan ibunya. Pada saat ia sedang mengeringkan tangan dan mukanya dengan sapu tangan tiba-tiba ia jatuh terjerembab di lantai. Tubuhnya diam tidak bergerak sama sekali.
Melihat kejadian itu, kedua orangtuanya panik dan kaget, lalu mereka cepat-cepat membawanya ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata mahasiswa itu telah mati. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, penyebab kematiannya adalah air yang masuk ke dalam telinganya.
Sehubungan dengan kejadian itu tersebut DR. Abdurrazzaq Naufal berkomentar, "Mahasiswa itu mengingkari keberadaan Allah, di mana Allah tidak mematikannya, kecuali dalam keadaan seperti matinya seekor keledai."
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah bahwa keledai dan banteng akan mati bila telinganya kemasukan air. Kematian mahasiswa itu terjadi hanya selisih satu jam dari waktu yang dimintanya tadi. (Dikutip dari buku Akhir Hayat Orang yang Zalim karya Ibrahim Abdullah Hazami hlm. 76-77)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar