AS SYAMS AL JAUJARI tatkala awal mula mencari ilmu, ia mendatangi para ulama besar di negerinya. Namun tidak satupun ulama yang membuat ia tertarik. Sampai akhirnya ia mendatangi Syeikh Al Islam Yahya Al Munawi dan duduk di majelisnya, dan saat itu ia mengira bahwa ia sedang berguru kepada ulama yang paling pandai.
Namun di majelis itu Al Munawi justru menegur Al Jaujari karena ia menghadiri majelis dalam keadaan kaki terbuka,”Engkau tidak memiliki adab, maka tidak akan datang kepadamu kenikmatan untuk mencari ilmu, tutuplah jari-jarimu, gunakanlah adab!”
Maka setelah itu hilanglah perasaan suka meremehkan orang lain, dan ia terus-menerus istiqamah duduk di majelis Al Munawi sampai menjadi ulama besar. (Faidh Al Qadir, 1/225)
Saya pernah menghadiri sebuah majelis ilmu seorang ulama. Saat sesi tanya jawab ada seorang pemuda yang dengan tajam mengkritik ulama tersebut. Mungkin lebih tepatnya menghina. Pemuda itu menganggap bahwa ulama itu tidak membaca kitab-kitab hadits mu'tabar. Karuan saja majelis menjadi ramai dengan perkataan pemuda tersebut. Padahal ulama yang dikritiknya itu ulama ahli hadits. Beliau juga profesor ilmu hadits dan murid salah seorang ulama hadits ternama asal Timur Tengah.
Salah seorang pemikir besar Malaysia, Syed Naquib Al-Attas mengatakan bahwa kerusakan ilmu disebabkan karena tidak adanya adab dalam diri penuntutnya. Mempelajari ilmu tidak hanya sebatas mentransfer ilmu, tetapi juga harus memperhatikan adab; adab seorang murid kepada gurunya, adab guru kepada muridnya, adab kepada Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, adab kepada kedua orangtua, kepada kakak, kepada adik, dan seterusnya.
Saya melihat pemuda itu jauh dari adab sehingga dijauhkan pula dari ilmu dan ahlinya. Sebagaimana kisah Al-Jaujari di atas. Semoga kita tetap menjaga adab di manapun kita berada. Apalagi dihadapan ulama saleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar