“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan kebencian yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” [QS. Ali 'Imran 118]
Di dunia Barat banyak penduduknya menjadi ateis atau kalaupun percaya Tuhan, menolak menjalankan perintah agama. Hal itu terjadi karena memudarnya agama Kristen di tengah-tengah kehidupan mereka. Namun anehnya, ketika agama Kristen di rongrong oleh agama lain atau seorang Nasrani dirongrong oleh seorang muslim, maka keluarlah sifat asli mereka; kebencian terhadap Islam dan umatnya. Hal ini terjadi, misalnya, pada sosok Richard Dawkins, seorang ahli biologi yang selama ini menyerukan ateisme. Tapi ketika Islam mulai "mengancam" Eropa, dia tampil untuk menyatakan kebenciannya terhadap Islam di depan orang-orang Nasrani.
Hingga saat ini Turki adalah satu-satunya negara Eropa yang paling sulit masuk Uni Eropa. Hanya gara-gara ia berakar dari Islam, bukan berakar dari Kristen sebagaimana negara-negara Eropa dan Amerika pada umumnya. Kalangan pemikir Eropa sendiri menentang keanggotaan Turki di organisasi mereka. Huntington misalnya, mengungkapkan bahwa Uni Eropa menerapkan kebijakan mengulur waktu dalam menyikapi keanggotaan Turki di organisasi negara-negara Eropa itu. Tampaknya selama para intelektual Eropa memandang Turki memiliki perbedaan sejarah dan budaya yang tajam dengan mereka, maka selamanya Ankara tidak akan bisa menggolkan tujuan tersebut.
Musthafa Kamal, pemimpin sekuler Turki yang paling disegani telah melakukan sekularisme besar-besaran terhadap Turki dan penduduknya. Tujuannya adalah menjadi negara maju dan bergabung dengan Eropa. Meskipun sudah susah payah menghancurkan tatanan nilai masyarakat Turki, tetap saja negara-negara Eropa dan Amerika enggan menerimanya. Mungkin kalau penduduk Turki sudah murtad semua, bangsa Eropa dan Amerika baru maui mengakui Turki sebagai bagian dari mereka.
Seperti itulah pada umumnya garis pemikiran orang-orang Kristen. Walaupun pada gilirannya mereka mengakui ateis ataupun sekuler, tapi pada akhirnya mereka tetap menjadikan Islam sebagai musuh bersama. Akar sejarahnya tampak pada peristiwa perang salib sepuluh abad yang lalu. Pada awalnya seruan untuk menaklukan Yerusalem tidak digubris oleh raja-raja Eropa yang sedang mabuk dunia. Tapi kemudian dibangkitkanlah sentimen keagamaan. Maka bersatulah orang-orang Eropa itu untuk menyerang kaum muslimin.
Apa yang terjadi di Turki dan Yerusalem bisa juga terjadi di negeri kita. Saat ini saja sudah terlihat persengkongkolan busuk antara orang-orang Nasrani dan kaum sekuler di negeri ini. Mereka membuat kebijakan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Mereka beramai-ramai aktif dalam partai politik sekuler yang ada. Anehnya, sebagian kaum muslimin atau bisa dibilang kebanyakan kaum muslimin, lebih memilih mereka ketimbang orang-orang yang berada dalam partai Islam. Mungkin alasan mereka memilih partai sekuler seperti ini: partai sekuler sudah teruji dan lebih berpengalaman. Sedangkan memilih partai Islam sama saja kembali ke zaman kegelapan.
Apa yang dimaksud dengan zaman kegelapan? Apakah keadilan hukum yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya disebut sebagai zaman kegelapan? Apakah kemakmuran di zaman para khalifah disebut sebagai zaman kegelapan? Apakah lahirnya para ulama dan ilmuwan muslim sepanjang sejarah disebut sebagai zaman kegelapan? Apakah berdirinya bangunan bersejarah yang indah dan megah seperti masjid Cordoba, Taj Mahal, Istana Al-Hambra, Masjid Sulaiman di Turki disebut sebagai zaman kegelapan? Apakah kemenangan pasukan Islam terhadap pasukan kafir Romawi seperti yang terjadi di Yarmuk dan Qadisiya serta penaklukan Konstantinopel disebut sebagai zaman kegelapan? Apakah ribuan perpustakaan dan jutaan buku yang ditulis oleh para ulama dan ilmuwan muslim disebut sebagai zaman kegelapan? Dan orang-orang berakal pun menjadi bingung dibuatnya dengan alasan-alasan seperti ini. Islam dan segala kegemilangannya disebut sebagai zaman kegelapan.
Mungkin, lagi-lagi ini baru sebatas dugaan mereka, yang dimaksud oleh mereka sebagai zaman kegelapan adalah sebagai berikut: Zaman kegelapan adalah zaman keterbelakangan dan kebodohan. Di saat pendeta-pendeta berkuasa di abad pertengahan. Di mana pada saat itu tidak ada kebebasan, tidak ada keadilan, tidak ada kemajuan. Ketika mereka selalu mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah kehendak Tuhan, tapi di sisi lain mereka melakukan berbagai kejahatan dan kemaksiatan. Mereka menghukum orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka meskipun orang-orang itu berbicara tentang kebenaran. Seperti yang terjadi pada Galileo ketika mengatakan pendapat bahwa sesungguhnya bumi mengelilingi matahari (heliosentris).
Kedua, mungkin yang mereka maksud dengan zaman kegelapan adalah kemiskinan yang melanda kaum muslimin saat ini. Kata mereka, lihat saja Palestina, Afghanistan, Pakistan, Irak, dan Suriah.
Menanggapi poin kedua ini, maka tanggapannya sebagai berikut: Mengapa mereka hanya melihat di wilayah-wilayah Islam saja? Mengapa mereka tidak melihat belahan bumi lain yang miskin seperti di negara-negara Amerika Latin, negara-negara di benua Eropa, dan negara di Asia Tenggara seperti Timur Leste dan Filipina yang notabene adalah negara-negara kafir. Mengapa mereka tidak melihat negara-negara muslim yang kaya, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Brunei Darussalam, dan Turki? Mereka juga tidak menyadari atau pura-pura bodoh tentang penyebab negara-negara muslim itu menjadi negara miskin.
Jadi disini jelas, alasan memilih Islam berarti akan memasuki zaman kegelapan tidak terbukti kebenarannya. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, memilih Islam berarti memasuki zaman kemajuan dan kejayaan. Di negeri ini saja ketika partai Islam Masyumi memerintah, DR. Muhammad Natsir sebagai Perdana Menteri berhasil menyusun kabinetnya dengan para ahli dibidangnya sehingga disebut Zaken Kabinet. Keberhasilan Natsir lainnya, dengan "mosi integral"-nya, beliau telah menyatukan wilayah Nusantara yang telah terpecah belah ke dalam beberapa negara bagian hasil buatan Belanda. Menurut Arnold Mononutu, seorang tokoh PNI, sebagaimana dikutip dalam buku "Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia", berkata, "Tanpa M. Natsir, tidak akan ada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini." Oleh karena itu, tepat apabila Natsir disebut sebagai salah seorang "Negarawan" dan "Bapak Pendiri Negara Indonesia". Namun sayang, jasa besar Natsir dalam mempersatukan kembali Republik Indonesia ini, tidak dimasukkan dalam buku-buku Sejarah Indonesia yang menjadi bacaan dan panduan generasi muda bangsa. Keberhasilan ini ditenggelamkan oleh kaum sekuler dengan fitnah, penangkapan pemimpin partai Islam Masyumi termasuk di dalamnya Muhammad Natsir dan pembubaran partai ini pada masa orde lama.
Sementara itu, partai-partai sekuler adalah ujung tombak terjadinya tindak pidana korupsi. Jika diurutkan secara rangking, maka partai-partai sekuler berada diurutan teratas, dan partai Islam berada diurutan paling buncit. Jadi, dalam sejarah, apa yang patut dibanggakan dari partai sekuler? Oleh karena itu, mari kita memilih partai Islam saat pemilu nanti karena mereka lebih dekat pada kejayaan dan kegemilangan daripada memilih partai sekuler yang malah menjerumuskan manusia pada keterbelakangan dan kemunduran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar