“Siapakah yang lebih
baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?’”
(QS. Fushshilat: 33).
Sebagian mufassir mengatakan,
barangsiapa menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara apapun, maka dia berhak
mendapat kehormatan dari ayat di atas. Misalnya, para Nabi As. berdakwah dengan
cara memperlihatkan mukjizat, para ulama berdakwah dengan hujjah dan dalil-dalil,
para mujahid berdakwah dengan pedangnya, para muadzin berdakwah dengan adzannya,
politisi berdakwah dengan kebijakan yang dibuatnya, penulis berdakwah dengan
penanya. Pendek kata, barangsiapa menyeru manusia kepada kebaikan, maka dia
berhak mendapatkan kehormatan seperti disebutkan ayat di atas.
Sebagian mufassir juga mengatakan,
ayat “Wa qalla innani minal muslimin” (dan berkata:
‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’) maksudnya adalah,
bahwa seorang muslim hendaknya merasa bangga dengan kehormatan yang
dikaruniakan Allah kepadanya, dan hendaknya dia menunjukkan kehormatan ini
dengan penuh kebanggaan.
Keutamaan Kedua
“Dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang
beriman.”
(QS. adz-Dzariyat: 55).
Keutamaan Ketiga
“Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Dalam ayat di atas,
dengan jelas Allah Swt. menunjukkan sebab-sebab keberuntungan, yaitu dengan
berdakwah; menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar. Artinya, barangsiapa yang ingin meraih keberuntungan, maka
hidupnya harus di arahkan pada jalan dakwah.
Keutamaan Keempat
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).
Kalimat, “Kuntum
khaira ummah” artinya kalian akan senantiasa menjadi umat terbaik di antara
umat-umat lainnya karena kalian mendakwahkan ajaran Islam, menyeru manusia
kepada kebaikan, serta mencegah dari kemungkaran.
Jika maksud utama dari
ayat di atas adalah menegaskan betapa pentingnya amar ma’ruf nahi munkar
bagi kita, sehingga perintah ini disebutkan terlebih dahulu. Dengan demikian,
syarat utama agar umat ini menjadi lebih mulia daripada umat lainnya, yaitu
kita harus melaksanakan perintah tersebut. Jika tidak, maka kita tidak berhak
memperoleh sebutan khaira ummah. Seperti pernah terjadi pada umat
terdahulu ketika mereka melalaikan tugas ini, maka Allah Swt. berfirman, “Falamma
nasuu maa dzukkiruubih…” (Ketika mereka lalai dari mengingatkan).
Peringatan seperti ini
banyak disebutkan dalam ayat-ayat lain. Perlu di ingat, bahwa tugas amar
ma’ruf nahi munkar tidak cukup diamalkan beberapa kali saja, tetapi harus
diamalkan terus-menerus setiap saat, karena amar ma’ruf nahi munkar adalah
tugas tetap, bukan tugas sementara.
Keutamaan Kelima
“Tidak ada kebaikan
pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. an-Nisa: 114).
Dalam ayat ini Allah Swt.
menjanjikan balasan yang besar bagi mereka yang mendakwahkan kebenaran.
Seberapa besarkah pahala yang dikatakan ‘besar’ oleh Allah itu? Dalam
menafsirkan ayat ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Kata-kata seseorang itu boleh
jadi merupakan dosa baginya, kecuali kata-kata yang diucapkan itu memberi
peringatan, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau berdzikir
kepada Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar