Judul : Shahih Sirah Nabawiyah
Penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
Tebal : XX + 648 hlm.
Cetakan : Ke-4 2011
Harga: 95.000
Pada
awalnya, kita mendengar orang-orang memujinya karena kebaikannya akhlaknya.
Kemudian timbullah keinginan yang besar untuk mengenalnya lebih dekat. Kita
mendengarkan para ulama bertutur tentang orang baik tersebut. Kita juga membaca
tulisan tentang perjalanan hidup beliau. Sehingga semakin dekatlah kita
kepadanya, dan kita merasa yakin bahwa apa yang disampaikannya adalah kebenaran
yang datangnya dari Allah Swt.
Orang
baik tersebut adalah Rasulullah Saw. Namanya disebut oleh berjuta-juta orang
sebagai nama orang yang terpercaya, berakhlak baik lagi terpuji. Hanya
orang-orang yang suka berbuat jahat dan berhati dengki saja yang tidak
menyukainya. Hal ini adalah sunnatullah. Karena, orang yang baik akan
dikumpulkan bersama orang yang baik pula. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Engkau
akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” Dan sabdanya yang lain
menyebutkan, “Umat Islam tidak mungkin bersepakat dalam kemungkaran.”
Di
dalam Al-Quran disebutkan bahwa Rasulullah adalah contoh teladan terbaik (qudwah
hasanah) umat manusia dan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
Aisyah r.a. menyebut beliau sebagai “Al-Quran yang berjalan.” Karena, beliau
telah mengaplikasikan seluruh isi Al-Quran dengan sempurna.
Di
dalam buku ini terlihat jelas betapa kehidupan Nabi Muhammad Saw. dipenuhi
dengan perjuangan. Seolah saya tidak melihat Nabi berleha-leha. Nabi terus
berjuang dan berjuang hingga maut memisahkan beliau. Inilah yang hebat dari
sosok Nabi. Saya pun bertanya di dalam hati, apakah yang menyebabkan Nabi
Muhammad begitu dan senantiasa bersemangat dalam berjuang? Dari satu perang ke
perang berikutnya sangat pendek jaraknya, belum lagi kesibukan beliau dalam
berdakwah dan memberi fatwa. Pertanyaan inilah yang seharusnya kita jawab. Perjuangan
adalah ujung dari sebuah proses. Bagaimana Nabi memulai proses itu?
Jika
seorang ulama atau orang saleh dijadikan teladan, itu baik bagi kita. Tapi,
tidak ada teladan yang lebih sempurna selain daripada Rasulullah Saw. Karena
Rasulullah Saw adalah utusan Allah, yang langsung mendapat bimbingan Allah.
Jika beliau melakukan tindakan yang keliru, maka Allah langsung menegurnya.
Selain itu, beliau juga terus-menerus dibimbing-Nya ke jalan yang lurus,
sehingga beliau banyak bertaqarub kepada Allah melalui ibadah amaliah dan setan
tidak mampu membelokkan ajarannya atau menyimpangkan pemikiran dan tingkah lakunya.
Orang-orang
dikenal karena kesalehannya karena mereka adalah pengikut setia Rasulullah Saw.
Kesalehan mereka bersumber dari risalah yang disampaikan Rasulullah Saw. Jika
tidak demikian, tentu banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai orang yang saleh.
Mereka mengatakan sebagai orang yang saleh, tetapi sangat sedikit yang ia
ketahui tentang diri Rasulullah Saw.
Jika tidak mengikuti (ittiba’) Rasulullah Saw, mereka pasti
mengambil ajaran selain yang beliau sampaikan. Sedangkan Rasulullah Saw
mengatakan bahwa keselamatan hidup di dunia dan akhirat hanya ada jika manusia
mengikuti Al-Quran dan Al-Hadits. Artinya, pemikiran, akhlak, dan ibadah mereka
menyimpang. Dan, kehidupan mereka pun jauh dari keselamatan.
Oleh
karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari sejarah kehidupan
Rasulullah Saw. Dengan cara itu, kita akan dapat mengambil pelajaran dan
gambaran yang utuh dari akhlak, dakwah, ibadah, dan syariat yang beliau
sampaikan. Buku ini mengajak pembaca untuk menelusuri jejak kehidupan Rasulullah.
Buku ini memiliki kelebihan di banding buku sejenis lainnya. Di antara
kelebihan itu adalah, buku ini meraih penghargaan tertinggi dari lembaga Islam
terkenal di Arab Saudi, Rabithah Alam Islami. Dengan penghargaan ini,
berarti telah mendapat pengakuan dari dunia internasional.
Kelebihan
lainnya dari buku ini adalah dimuatnya peta-peta penyebaran Islam, peta
pertempuran, dan peta Arab di zaman Rasulullah Saw. Peta-peta tersebut diambil
dari kitab Sirah Khatamil Mursalin karya Abdul Jamal Abdul Hadi Muhammad
Mas’ud dan buku Atlas Sejarah Islam karya Dr. Husain Mu’nas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar