"Hasan al Bana cuma ustadz yang bukunya sekelas buku
tahlilan,” demikian pendapat Zuhairi Misrawi dalam seminar yang bertema Arab
Spring dan Kebangkitan Politik Syariah, yang diadakan di gedung PP.
Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya No.62, Jakarta Pusat, kemarin (9/5).
Menurutnya, ketika ditanyakan tentang kriteria ulama, ia menjawab
bahwa Hasan al-Banna tidak bisa disejajarkan dengan ulama-ulama sekelas Imam
Syafii, Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Abdul Qadir al-Jaelani, Imam al-Ghazali,
dan lain-lain. “Buku-buku al-Banna hanya manifesto politik seperti buku Karl
Marx,” jelasnya.
Pendapat Zuhairi ini dikemukan berkaitan dengan
keherannnya terhadap Ikhwanul Muslimin, mengapa yang dijadikan marjaiyah atau
rujukan dari Ikhwanul Muslimin ini hanya berakhir sampai Sayyid Qutb dan Hasan
al-Banna, “padahal al-Bana bukanlah seorang ulama, dan pemikiran-pemikiran
al-Banna terkait dengan kondisi Mesir ketika itu,” tegasnya. (http://www.sabili.co.id/indonesia-kita/zuhairi-misrawi-hasan-al-banna-bukan-ulama)
Sahabatku, ada tiga hal yang patut dicermati dari perkataan orang
yang tidak beradab ini. Pertama, seorang muslim yang berilmu selain memiliki
ilmu juga harus memiliki adab. Tanpa adab, orang yang berilmu akan merusak
ketimbang memperbaiki. Dia tidak beradab kepada orang yang lebih tua darinya.
Tidak beradab kepada orang yang lebih berilmu darinya. Tidak beradab kepada
orang yang hari-harinya dihabiskan untuk jihad di jalan Allah. Tidak beradab
kepada ayah-ibunya. Tidak beradab kepada kitab sucinya. Tidak beradab kepada
gurunya. Dan sebagainya. Tanpa adanya adab itu, bersemayam kesombongan dalam
dirinya. Dia merasa lebih hebat, lebih suci, dan pemikirannya lebih berbobot
ketimbang orang lain.
Itulah mengapa seorang ilmuwan dan cendikiawan muslim kaliber
internasional, Syed Naquib Al-Attas mengatakan bahwa terjadinya kerusakan ilmu
disebabkan karena tidak adanya adab bagi si pemilik ilmu tersebut. Dalam hal
ini, Zuhairi Misrawi tidak punya adab terhadap orang yang ilmu dan amalnya
melebihi dia. Tidak punya adab terhadap orang yang menghabiskan waktunya dengan
amal saleh. Tidak punya adab karena telah menghina seorang yang telah berkarya
nyata melebihi sebuah buku tahlilan.
Jadi, alangkah sombongnya orang ini. Dia menganggap dirinya lebih
hebat daripada Imam Hasan Al-Banna. Sesungguhnya perkataan yang buruk keluar
dari lisan orang yang tidak memiliki iman atau imannya sangat rendah.
Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw., “Barangsiapa beriman
kepada negeri akhirat, berkatalah yang baik atau diam.”
Kedua, seorang alumni al-azhar bukan berarti akidahnya juga hanif.
Banyak orang berilmu tapi ilmunya tidak bermanfat bagi dirinya maupun umat.
Bahkan dia menjadi orang yang menyesatkan umat. Dia lebih berbahaya daripada
orang awam yang dengan keawamannya diam dihadapan umat. Ketiadaannya lebih baik
bagi umat ketimbang keberadaannya. Buruk sekali pemahaman Zuhairi Misrawi bila
yang dimaksud dengan ulama adalah orang-orang sekelas Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad. Siapa yang membatasi pengertian ulama pada
keempat Imam Madzhab itu? Ternyata hanya seorang Zuhairi. Seorang alumni
Al-Azhar yang karya-karyanya sangat sedikit dan tidak berbobot bila
dibandingkan para ulama yang telah banyak berkarya dan karyanya itu menjadi
rujukan hingga kini. Saya tidak tahu apakah Zuhairi hafal Al-Qur'an atau tidak.
Hafal puluhan ribu hadits atau tidak. Mampu menjawab masalah-masalah fikih atau
tidak. Di atas Zuhairi ada ulama yang bergelar profesor doktor, sedangkan dia
hanya mampu kuliah S1 di Al-Azhar. Itu bukan suatu yang membanggakan bagi umat
kecuali mungkin kebanggaan bagi dirinya sendiri.
Maka, definisi ulama yang paling benar adalah definisi yang
dijelaskan para salafus shalih. Karena, jiwa mereka telah menyatu dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Merekalah tentara Allah dan sebaik-baik umat manusia.
Saya telah menjelaskan dalam artikel saya di sini yang berjudul "Orang
yang Berilmu adalah Orang yang Takut Kepada Allah."
Ketiga, benarkah Imam Hasan Al-Banna hanya menulis buku sekelas
tahlilan? Ini fitnah yang diucapkan oleh seorang pendengki. Orang yang teracuni
kedustaan para orientalis. Orang yang dicekoki oleh hawa nafsu pemikirannya
sendiri. Orang yang tidak membaca karya-karya Imam Hasan Al-Banna kecuali
mungkin hanya Al-Ma'tsurat yang populer baik dimata cendikiawan maupun orang
awam.Saya yakin, meskipun Imam Hasan Al-Banna sangat sedikit menulis tapi karya
tulisnya jauh lebih banyak daripada karya tulis Zuhairi Misrawi. Mengapa?
Karena Imam Hasan Al-Banna adalah seorang kolumnis. Beliau telah menulis
artikel-artikel agama, politik, sosial, dan masalah-masalah lain yang memang
betul-betul beliau kuasai. Beliau biasa menulis di majalah-majalah yang
diterbitkan Ikhwan. Kadang dalam satu edisi beliau menulis banyak rubrik di
majalah tersebut. Sehingga majalah tersebut sangat kental dengan pemikiran Imam
Hasan Al-Banna. Salah satu jurnal ilmiah terkenal di mana Hasan Al-Banna
terlibat aktif di dalamnya adalah Majalah Al-Manar. Majalah ini adalah cikal
bakal lahirnya Tafsir Al-Manar karya Sayyid Muhammad Rashid Ridha dan Syaikh
Muhammad Abduh. Hasan Al-Banna adalah alumni madrasah Rashid Ridha. Beliau
banyak berguru pada Sayyid Rashid Ridho. Ketika Rashid Ridha wafat, keluarga
besar Rashid Ridha berharap kepada Hasan Al-Banna untuk menerbitkan kembali
Majalah Al-Manar yang sempat vakum. Akhirnya Hasan Al-Banna pun
menyetujuinya.Majalah yang terkenal itu tidak mungkin dilanjutkan kecuali
dilanjutkan oleh seorang ulama besar yang kepakarannya sebanding dengan Imam
Rashid Ridha. Semoga Allah merahmati keduanya.
Banyak orang yang tercerahkan karena perkataannya. Banyak yang
tergerakan oleh buah penanya. Lahirlah kemudian para ulama-ulama dan pemikir
kaliber internasional, sebagian di antaranya saya sebutkan di artikel saya yang
berjudul "Tujuh
Pendekar Pena Ikhwanul Muslimin". Apakah ulama dan
pemikir-pemikir tersebut lahir dari orang biasa? Yang hanya bisa menulis buku
tahlilan? Mereka mengakui bahwa mereka adalah hasil didikan madrasah Hasan
Al-Banna. Mereka menjalankan marhalah-marhalah yang sudah dijelaskan Hasan
Al-Banna padahal mereka adalah para ulama besar. Ulama besar tidak mungkin
dilahirkan bila gurunya juga bukan ulama besar. Hasan Al-Banna bukanlah ulama
biasa tetapi ulama luar biasa.
Syaikh Hasanain Makhluf Rahimahullah (mantan Mufti Mesir) berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah
Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang
tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan
jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar,
meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan
ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah,
hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh
penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah
bendera da'wahnya."
Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan
Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad
bin Su'ud, Saudi Arabia, Syaikh Manna Al-Qaththan berkata, "Gerakan
Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang
sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun
dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan
kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala
potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya,
meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya.
Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi atas jamaah
ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun
juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi
Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris?
Siapa Khwarij?, hal. 316-317)
Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang
memberikan kesaksian positif seperti Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh
Hajj Amin Al-Husaini, Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadawi, Sayyid Quthb, Syaikh Muhammad
al Ghazaly, Syaikh Muhammad al Hamid, Syaikh Abu Zahrah, Syaikh Musthafa al
Maraghi.Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Muhibuddin al Khathib,Syaikh Yusuf al Qaradhawy, Syaikh Said Ramadhan Al
Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Syaikh Bahi al Khuli, KH. Agus Salim,
Muhammad Natsir, dan lain-lain. Bahkan seorang Thaha Husein, tokoh sekuler Mesir, memuji Hasan Al-Banna.
Kita bukanlah termasuk orang-orang yang fanatik terhadap seorang
tokoh atau ulama sebagaimana orang-orang seperti Zuhairi fanatik terhadap
kesekuleran dan keliberalannya. Tetapi kita berdiri di atas kebenaran yang
dengan kebenaran itu kita berjalan di jalannya. Yang dengan kebenaran itu kita
mengetahui mana kawan dan mana lawan. Yang dengan kebenaran itu para aktivis
Ikhwan berusaha mewujudkan cita-citanya hingga ajal menjemputnya. Ikhwanul
Muslimin bertabur bintang cendikia. Ulamanya telah berkarya. Oleh karena itu, alangkah
bodoh bila seorang Zuhairi bila mengatakan bahwa pemikiran Ikhwan mandeg sampai
Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb. Bila mandeg, Ikhwan sudah berhenti sejak kematian
keduanya. Tapi kini Ikhwan tetap berkembang, dinamis, dan terus melahirkan
karya-karya dan tokoh-tokoh gemilang.
kalo menurutku, lebih baik anda mengundang Zuhairi Misrawi dalam satu dialog, atau di akomudir dalam satu forum. kalo seperti ini caranya kan kurang mengesankan. jangan jangan hal itu hanya sekedar isu. dan jika hal itu memang benar. anda bisa menghantam dengan pendapat pendapat anda kepada zUHAIRI. Siapa yang gak bisa menulis seperti anda? anak kecil berusia SMP pun aku yakin bisa. tapi jika anda mengadakan interaksi langsung dengan Zuhairi yang diakumudir dalam satu forum. saya dan kaum muslimien lainnya akan mengajungi jempol.
BalasHapusBanyak yang mendukung anda.
Anak anak bisa melakukan apa yang anda lakukan pada Blog ini.
Trims.
Terimakasih atas masukannya dan saya siap berdiskusi dengan zuhairi. Punya link ke zuhairi? Tapi maaf, saya sanksi kalau dia mau. Teman saya Akmal Sjafril saja mereka remehkan dan ajakan diskusi itu tidak pernah mereka sanggupi. Yang ada malah lempar tanggung jawab. Hal ini bisa dikonfirm langsung ke Akmal Sjafril aktivis Indonesia Tanpa JIL.
HapusMasalah anak kecil bisa menulis seperti saya, itu bagus. Apalagi kalau yang nulisnya anak mas edy. Saya pasti acungi jempol dari kedua tangan sampai kedua kaki saya. Sudah punya anak kan? Kalau belum punya anak, silahkan tanya anak saudara atau anak tetangga anda.
Subhanallah bahasa Akh Abu, semoga anda senantiasa diberi kesehatan dan perlindungan Allah SWT. Mari membentengi diri dari serbuan liberalis, orientalis dan sejenisnya. Teruskan menulis, menulis ada senjata, karena dengan tulisan pula-lah mereka merusak Islam.
Hapusbeliau sangat mudah ditemui di twitter, silahkan cari dan follow saja akunnya untuk dapat berdiskusi.
Hapuskalau mas edy lebih pintar dari mas abu, silahkan pertembukan mas abu dengan "si dia", kalau anda menganggap tulisan mas abu seperti tulisan smp, logika anda terlalu mengecilkan arti tulisan yang bagus ini, apakah pak edy punya blog ? saya pengin melihat tulisan-tulisan anda pak.
Hapussepertinya si Edy itu gak jauh beda dengan si Zuhai yang sesat itu.. hhheee piss
BalasHapusJazakumullah atas tulisan dan bahasannya, mencerahkan menjadi penyeimbang pemikiran tidak semua orang dapat menulis seperti ini perlu wawasan yang luas..dan kemauan, teruskan berkarya untuk mencerahkan ummat..!! jangan hiraukan komentar yg kurang pantas!!!
BalasHapuszuairi misrawi saya baru tahu namanya..biasanya kalau mau terkenal cari sensasi.
BalasHapussayang, si zuhairi terkenal krn hal yg jeleknya. baru2 ini di twitter dia bikin ulah lagi, krn ulahnya itu lah saya sampai ke blog ini..
BalasHapushttp://www.bersamadakwah.com/2013/07/zuhairi-misrawi-islamis-di-indonesia.html
biasalah si zuhai dan konco2nya kan nyari makan dari bikin sensasi kontroversial (dengan menjelk2an umat islam) dengan demikian majikan mereka (israel & AS beserta pasukan zionisnya laknatulloh) akan mengucurkan $$$ buat ngebulin dapurnya sizuhei dan konco2nya.
BalasHapuszuhairi itu CUMA MENCARI MAKAN dengan MENJUAL AGAMA dengan PEMIKIRAN2 KAFIR. jadi anggaplah Zuhairi itu BURUNG BEO...yg cuma meniru ucapannya orang kafir. tolong luruskan kalau sy salah,,wahai Zuhairi.
BalasHapustapi dia munafik juga.. dia gak mungkin menyuruh Ibu atau saudara perempuannya atau anak perempuannya utk ikut pergaulan bebas / seks bebas. padahal menurut 'Hukum Liberal' ayat sekian, " DIBOLEHKAN HIDUP BEBAS DALAM BERPENDAPAT DAN BERTINDAK (termasuk berganti2 pasangan) SELAMA ITU TIDAK MENGGANGGU KETERTIBAN UMUM & BS MEMBUAT HATI SENANG...dst....,, Nah knp dia gk nyuruh ibu atau sdrnya itu utk hdup bebas sperti hewan ???namun walau dia gak mngkin rela anaknya /saudaranya jd pelacur,,setidaknya dirinya sendiri telah njd PELACUR dan menghianati ilmunya...krn TELAH MENODAI ksucian wahyu (agama).. bukankah itu lebih berat drpd dosa menodai ibunya sendiri? tp syg... pikiran dia gak sampai k sini,, atau sampai tp..sgaja d tutupi...atau berpura2 bloon...pdhl memng nyata bloon ..., naudzubillah...
BalasHapusga diragukan lagi, hanya orang bodohlah yang bisa bersikap sombong.....
BalasHapusharap sdr2 maklum akan kondisi zuhairi,dari profilx kt sdh tahu siapa dia sekarang...skalipun dl sy tau siapa dia waktu di pesantren..andaikan pak kyai msh hidup..mungkin beliau akan berkomentar sama dengan komentar kyai Gontor...ketika diminta komentarnya tenatng Nur kholis majid
BalasHapusSubhanallah... Saya suka tulisan ini. Saya baru mengenal Zuhairi Misrawi sejak membaca novelnya berjudul 'Pelangi Melbourne'. Dalam novel itu saya sempat dibuat penasaran seperti apa sosok si penulis yg begitu fanatiknya terhadap pemikiran liberalismenya. Terkesan pula kesombongan si penulis yg terlalu banyak berbasa-basi seperti ingin dibilang sok pintar padahal segala wawasannya tidak terlalu berguna, hanya membuat alur cerita novelnya menjadi sangat lambat dan ceritanya pun menyesatkan. Dan setelah saya telusuri ruang web, akhirnya saya menemukan banyak info tentang Zuhairi. Rasa penasaran saya akhirnya terbayar, dan nyatanya memang Zuhairi Misrawi adalah pribadi yg jauh dari akhlak yg baik, terlalu sombong dengan pemikirannya, seperti novelnya pelangi Melbourne yg hanya merusak pemikiran generasi muda muslim. Ya, kita memang harus selalu berdiri di atas kebenaran, berilmu sekaligus beradab. Kesombongan itu hanya milik Allah semata. Semoga Allah merahmatimu. Teruslah menulis dan saling nasehat-menasehati. :)
BalasHapus