Judul buku : Al-Adzkar: Kitab Induk dan Pedoman Lengkap Doa dan Dzikir yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Penulis : Imam Nawawi
Tebal : XXXI + 522 halaman
Cetakan : Pertama, Maret 2010
Harga : Rp. 85.000
Salah satu nama Allah yang baik (asmaul husna) adalah Ash-Shamad. Maknanya, Allah adalah tempat bergantung seluruh makhluk ciptaan-Nya. Doa dan dzikir adalah sarana untuk selalu melibatkan Allah dalam kehidupan kita. Karena hidup yang lepas dari Allah adalah hidup yang tersesat dan jauh dari kebahagiaan.
Manusia yang tidak berdoa adalah manusia yang sombong. Karena pada hakikatnya manusia diciptakan lemah dan memerlukan bantuan. Bila kita menadahkan tangan meminta bantuan kepada orang lain, mengapa kita tidak mengingat Zat yang memberi kita nafas, memberi kita indera yang sempurna, memberi kita waktu untuk bertaubat, memberi kita segala sesuatu melebihi apa yang diberikan orang tersebut. Bila kita berterimakasih atas pemberian bantuan orang tersebut, mengapa kita tidak juga berterimakasih kepada Allah. Atas izin-Nya bantuan itu terjadi. Atas karunia-Nya kita memperoleh apa yang kita inginkan.
Salah satu kelebihan kaum muslimin dibandingkan umat agama lain adalah intensitas yang tinggi dalam berdoa dan berdzikir. Tidak heran bila ada seorang mualaf mengatakan bahwa umat Islam itu bersih lahir maupun batin. Karena setiap hari minimal lima kali berwudhu dan mengerjakan shalat. Sementara pemeluk agama yang sebelumnya dia anut hanya seminggu sekali beribadah, dan itu pun sangat sedikit sekali yang melakukannya.
Doa dan dzikir adalah anugerah besar yang diberikan kepada kaum muslimin. Banyak sekali keutamaan yang ada dibaliknya. Sehingga umat pun berlomba-lomba dalam kebaikan ini. Para ulama pun banyak yang menyusun buku-buku tentang doa dan dzikir baik yang ringkas maupun yang tebal. Sebagai contoh, misalnya, Imam Hasan Al-Banna menulis doa dan dzikir dalam versi ringkas, yang dikenal dengan nama "Al-Ma'tsurat." Sementara versi tebal adalah yang ditulis oleh Imam Nawawi dalam bukunya yang berjudul Al-Adzkar. Sebagian besar doa dan dzikir Al-Ma'tsurat merujuk pada karya Imam Nawawi ini. Banyak juga ulama-ulama menyusun doa merujuk pada kitab Al-Adzkar. Tidak heran bila ada yang menganggap buku ini sebagai buku induk doa dan dzikir. Di dalamnya terdapat doa dari A sampai Z, dari bangun tidur hingga tidur lagi, doa dan dzikir dalam berbagai situasi dan kondisi, doa jihad, puasa, haji, dan sebagainya.
Para ulama telah sepakat bahwa berdoa dan berdzikir dengan mengikuti Sunnah Rasulullah itu lebih utama dan lebih mudah dikabulkan oleh Allah daripada dengan perkataan sendiri atau perkataan orang-orang saleh. Al-Adzkar buku induk tentang doa dan dzikir yang berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.
Buku ini tidak diragukan lagi ditulis oleh ulama ahli hadits dan ahli fikih. Tidak hanya itu, Imam Nawawi juga dikenal sebagai ahli ibadah, zuhud, sangat rajin menuntut ilmu dan menggunakan waktunya untuk kebaikan. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, "Beliau adalah profil manusia yang berpola hidup sangat sederhana dan anti kemewahan. Beliau adalah sosok manusia yang bertakwa, merasa cukup dengan apa yang ada, menjaga diri dari yang haram, memiliki perasaan selalu merasa di awasi Allah baik di saat sepi maupun ramai. Beliau tidak menyukai kesenangan pribadi seperti berpakaian indah, makan-minum lezat, dan tampil mentereng. Makanan beliau adalah roti dengan lauk seadanya. Pakaian beliau adalah pakaian yang seadanya, dan tempat tidur beliau hanyalah kulit yang disamak."
Abul Abbas bin Faraj berkata, "Syaikh (An-Nawawi) telah berhasil meraih tiga tingkatan yang mana satu tingkatan saja jika orang biasa berusaha untuk meraihnya, tentu akan merasa sulit. Tingkatan pertama adalah ilmu yang dalam dan luas. Tingkatan kedua adalah zuhud yang sangat. Tingkatan ketiga adalah keberanian dan kepiawaiannya dalam beramar ma'ruf nahi munkar."
Ibnu Al-Aththar berkata, "Guru kami, An-Nawawi, di samping selalu bermujahadah, menjaga diri dari yang diharamkan, senang mendekatkan diri kepada Allah, dan mensucikan jiwanya, beliau adalah seorang yang hafal banyak hadits, bidang-bidangnya, rijalnya, dan ma'rifat shahih dan dhaif-nya. Beliau juga seorang imam dalam madzhab fikih."
Ibnu Al-Aththar juga berkata, "Guru kami, An-Nawawi, menceritakan kepadaku bahwa beliau tidak pernah sama sekali menyia-nyiakan waktu, tidak di waktu malam atau di waktu siang bahkan sampai di jalan, beliau terus dalam menelaah dan menghafal."
Rasyid bin Muallim berkata, "Syaikh Muhyiddin An-Nawawi sangat jarang masuk kamar kecil, sangat sedikit makan dan minumnya, sangat takut mendapat penyakit yang menghalangi kesibukannya, sangat menghindari buah-buahan dan mentimun karena takut membasahkan jasadnya dan membawa tidur. Beliau sehari semalam makan sekali dan minum seteguk air di waktu sahur."
Quthbuddin Al-Yuniny berkata, "Beliau adalah teladan zamannya dalam ilmu, menjaga diri dari yang diharamkan, ahli ibadah, dan zuhud."
Syamsuddin bin Fakhruddin Al-Hanbaly berkata, "Beliau adalah seorang imam yang menonjol, hafidz yang mutqin, sangat menjaga diri dari yang diharamkan dan zuhud."
Demikianlah pujian para ulama tentang sosok Imam Nawawi penulis buku Al-Adzkar ini. Hal ini menjadi bukti bahwa kitab ini memang disusun oleh hamba-Nya yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Hal ini menambah keberkahan tersendiri atas karya-karyanya. Hal ini menambah kecintaan umat akan dirinya dan apa yang disampaikannya. Sesungguhnya setiap buku mengandung kelemahan kecuali Kalamullah. Tetapi Allah menutup kekurangan yang ada dalam buku ini dengan kemuliaan penulisnya dan kandungan isinya yang sangat bermanfaat bagi umat. Mungkin tidak semua doa dan dzikir yang ada dalam buku ini kita baca karena kesibukan kita. Imam Nawawi memberikan banyak alternatif doa dan dzikir. Utamakan yang shahih baru kemudian yang berderajat hasan.
Dengan selalu mendekatkan diri melalui doa dan dzikir, mudah-mudahan Allah selalu melindungi kita dari godaan setan yang terkutuk, selalu merahmati, memberkahi, dan meridhai setiap langkah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar