“Ceritakan padaku siapa temanmu, niscaya aku dapat
mengetahui siapa kamu.”
Untuk menarik benang merah dari perkataan di atas, kita
juga dapat berkata, “Hidup bersama orang yang berbahagia, maka kita akan berbahagia.”
Hal itu terjadi karena kebahagiaan atau kesedihan dapat
menular atau menyebar pada orang lain dan mempengaruhinya. Ini adalah kebenaran
yang nyata, sebab orang yang bahagia adalah orang yang yakin, optimis, damai,
dan memancarkan kegembiraan. Dengan demikian ia memberi suatu kesan kesenangan
dan kebahagiaan. Lebih dari itu, kapan Anda mempunyai teman orang-orang saleh,
niscaya pancaran kesalehan itu akan mengenai Anda dan Anda menjadi bersemangat
dalam mengikuti arus kesalehan.
Anda tidak pantas bergaul dengan jiwa-jiwa tanpa
mewaspadainya, karena ia sering berubah-ubah. Tak ada pilihan bagi Anda kecuali
harus selalu berhati-hati dalam memilih teman. Anda juga harus mengambil
kebaikan-kebaikan dari orang lain dan teman Anda dengan melepaskan rasa tamak
dari dalam dada.
Yang aneh adalah orang yang mudah melibatkan diri dalam
pergaulan dengan mereka yang tidak serius, padahal ia mengetahui bahwa bergaul
dengan mereka hanya akan menyebabkan ”kecurian” tabiat baiknya secara tidak
terasa. Sesungguhnya pergaulan yang paling utama adalah pergaulan seseorang
dengan orang-orang yang lebih berilmu dan lebih saleh ketimbang dirinya.
Di zaman ini, jika kita bergaul dengan sembarang orang,
yang akan terjadi hanyalah kegelapan hati. Menjadi tidak aneh ketika seorang
anak kecanduan narkoba karena teman bermainnya sendiri adalah orang-orang yang
kecanduan narkoba. Tidak aneh juga jika kita suka bercanda, karena orang-orang
disekeliling kita tidak menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
Rasulullah SAW. bersabda, “Seseorang itu
berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian
melihat siapa yang menjadi temannya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)
Imam Ibnu Qudamah berkata, “Apabila
kita berbaur dengan orang-orang yang tidak sehat hatinya penyakit menyebar
kemana-mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-sama
dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah-ibadah zhahir, sedangkan di
dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda sumber penyakit.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar