Hewan mempunyai pandangan yang lurus, terbuka, dan konsisten saat ia memandangmu. Pandangan yang jauh dari tipuan, kebohongan, dan kemunafikan. Meskipun hewan itu adalah seekor binatang buas di dalam hutan, niscaya kamu akan melihat di kedua matanya hasrat untuk menerkammu, ia tidak akan munafik atau menipumu.
Itulah kejujuran binatang buas, dan itu pula kejujuran yang sudah hilang dalam dunia manusia. Seandainya kebuasan seekor binatang adalah sebuah kejujuran, kepedihannya adalah lebih jujur dan tangisannya jauh lebih jujur lagi.
Manusia sering menangis sebagai sebuah taktik yang dibuat-buat, sementara hewan bila ia menangis, hal itu adalah rasa pedih yang sejujurnya dan mustahil bagi alam untuk tidak bergetar karena tangisan itu. (Ahmad Bahjat, Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur'an, hlm. XIII, GIP Cet. ke-2 2007)
Alangkah indah dan bermaknanya kata-kata yang disampaikan Syaikh Ahmad Bahjat. Seolah kata-kata itu menyentil dan menyindir orang-orang yang tidak jujur. Sebuah perbandingan yang cukup mengena antara manusia dengan hewan. Sebuah perbandingan yang menunjukkan ada diantara manusia yang lebih buruk daripada hewan.
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan.Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli (dari kebenaran) yang tidak mengerti apa-apapun." (QS. Al-Anfal: 20-22)
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqan: 43-44)
Namun anehnya orang semacam itu tidak merasa bahwa kelakuannya lebih buruk daripada hewan. Bahkan dengan bangga mereka mempertontonkan auratnya, membuat tato disekujur tubuhnya, mengambil uang rakyat, melihat apa yang dilarang-Nya, berzina, dan berbuat maksiat lainnya baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Karena hati mereka sudah mengeras sehingga terhalang dari memperoleh hidayah. Bisikan yang ada pada mereka adalah bisikan setan. Sementara malaikat tersingkir kalah.
Kita berlindung kepada Allah dari julukan "seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang." Kita hidup karena kemanusiaan atau fitrah yang melekat pada kita. Bukan karena terbelenggu oleh hawa nafsu kita.
Itulah kejujuran binatang buas, dan itu pula kejujuran yang sudah hilang dalam dunia manusia. Seandainya kebuasan seekor binatang adalah sebuah kejujuran, kepedihannya adalah lebih jujur dan tangisannya jauh lebih jujur lagi.
Manusia sering menangis sebagai sebuah taktik yang dibuat-buat, sementara hewan bila ia menangis, hal itu adalah rasa pedih yang sejujurnya dan mustahil bagi alam untuk tidak bergetar karena tangisan itu. (Ahmad Bahjat, Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur'an, hlm. XIII, GIP Cet. ke-2 2007)
Alangkah indah dan bermaknanya kata-kata yang disampaikan Syaikh Ahmad Bahjat. Seolah kata-kata itu menyentil dan menyindir orang-orang yang tidak jujur. Sebuah perbandingan yang cukup mengena antara manusia dengan hewan. Sebuah perbandingan yang menunjukkan ada diantara manusia yang lebih buruk daripada hewan.
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan.Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli (dari kebenaran) yang tidak mengerti apa-apapun." (QS. Al-Anfal: 20-22)
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqan: 43-44)
Namun anehnya orang semacam itu tidak merasa bahwa kelakuannya lebih buruk daripada hewan. Bahkan dengan bangga mereka mempertontonkan auratnya, membuat tato disekujur tubuhnya, mengambil uang rakyat, melihat apa yang dilarang-Nya, berzina, dan berbuat maksiat lainnya baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Karena hati mereka sudah mengeras sehingga terhalang dari memperoleh hidayah. Bisikan yang ada pada mereka adalah bisikan setan. Sementara malaikat tersingkir kalah.
Kita berlindung kepada Allah dari julukan "seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang." Kita hidup karena kemanusiaan atau fitrah yang melekat pada kita. Bukan karena terbelenggu oleh hawa nafsu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar