Afiyah
bin Yazid merupakan seorang hakim yang terkenal adil, meski demikian beliau
akhirnya memilih mengundurkan diri dari jabatannya setelah mengalami suatu
kejadian.
Suatu
saat hakim yang juga merupakan faqih madzhab Hanafi ini telah mantap dalam memutuskan
suatu perkara, kemudian pihak yang terlibat dalam perkara memberi hadiah korma
kepada beliau. Beliau pun menolak bahkan marah besar terhadap orang tersebut.
Namun keesokan harinya di waktu beliau menyampaikan keputusannya, beliau
menjadi ragu hingga batal menyampaikan apa yang beliau yakini sebelumnya.
Akhirnya
Afiyah pun menghadap Khalifah Al Mahdi dan menceritakan apa yang beliau alami
dan menyampaikan,”Demikianlah keadaan hatiku meski aku menolak hadiah itu. Jika
demikian, bagaimana jika aku menerimanya?” Dan khalifah pun mengizinkan Afiyah
mengundurkan diri dari jabatannya. (Siyar A’lam An Nubala’, 6/399)
Begitu
waranya para ulama itu. Tidak heran bila mereka dijuluki pewaris para Nabi.
Yaitu pewaris dalam keimanan,kebenaran, keberanian, ketegasan, keadilan, dan
kebaikan lainnya. Kita akan menemukan dalam sejarah, dari waktu demi waktu,
perhiasan yang indah ini.
Bukanlah
indahnya dunia ini karena malaikat yang senantiasa bersujud kepada-Nya, tetapi
karena keberadaan orang-orang yang beriman dan bertakwa. Itulah perhiasan dunia
yang sesungguhnya, karena hal itulah manusia lebih istimewa daripada malaikat.
Kisah
ini seolah hidup walau orangnya telah mati. Ia akan hidup karena ada orang yang
meneladaninya. Seperti sebuah wakaf atas kesalehannya yang tercatat dalam
sejarah atau seperti ilmu yang bermanfaat. Maka ia akan terus hidup,melekat
dalam ingatan, menjadi inspirasi dan motivasi orang-orang beriman.
Sebagai
umat, sudah seharusnya kita mengambil kisah ideal agar lebih termotivasi dalam
beramal. Jika kita mengambil kisah-kisah yang tidak jelas sumbernya dan jauh
dari ruh keimanan, motivasi pun akan ikut melemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar