Kepemimpinan nasional mencerminkan keadaan masyarakat kita. Berdasarkan data yang disampaikan sesneg, 3 partai terkorup adalah Golkar, demokrat, dan PDIP. Tiga partai ini adalah partai nasionalis sekuler. Sedangkan Partai Islam seperti PPP, PKB, PAN, dan PKS justru sangat sedikit korupsi. PKS boleh dibilang yang terbersih dibanding partai lain. Tapi nyatanya masyarakat kita lebih memilih partai yang jelas-jelas korupsi dibandingkan partai islam.
Saya mencatat ada beberapa penyebab kemunduran politik Islam yang terkait dengan internal umat Islam dan eksternal umat sekuler liberal. Keduanya terbagi lagi dalam beberapa poin. Pertama, banyak umat Islam ketika membaca berita sesneg itu lebih melihat partai Islam ketimbang partai nasionalis sekuler. Karena mereka memandang partai Islam seharusnya tidak korupsi sekecil apapun. Tapi kenyataannya berlawanan dengan realitas.
Solusinya, umat islam harus mulai berpikir terbalik. Yaitu melihat keunggulan dan kebaikan Islam serta melihat keburukan sistem yang didominasi kaum nasionalis sekuler. Bila sudah menjalankan solusi ini, insya Allah umat Islam akan lebih dewasa dalam menyikapi keberadaan partai Islam. Bila tidak, nila setitik bisa merusak susu sebelanga. Kebaikan yang selama ini dilakukan partai Islam, dipandang sebelah mata sehingga kerja keras partai Islam malah dihancurkan oleh umat Islam itu sendiri.
Kedua, masalah yang terkait eksternal. Kekuatan musuh-musuh Islam yang saat ini memegang kendali media. Kebaikan partai Islam disembunyikan, sedangkan kebaikan partai nasionalis sekuler digembor-gemborkan. Namun bila partai Islam melakukan sedikit kesalahan, mulailah media-media itu membesar-besarkannya. Dan, apabila partai nasionalis sekuler melakukan kesalahan yang besar dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Sehingga hampir disetiap lini kehidupan masyarakat tergiring ke arah penyesatan opini ini. Padahal kejahatan musuh lebih besar daripada kejahatan yang dilakukan partai Islam. Pencitraan partai nasionalis sekuler begitu hebat padahal tidaklah seperti itu adanya. Sedangkan partai yang selama ini bekerja keras malah dianggap tidak ada apa-apanya.
Umat Islam harus mulai introspeksi diri. Sebab, yang menjadi pokok masalah terjadi pada diri umat Islam sendiri. Imunitas Partai Islam berasal dari umat Islam itu sendiri. Misalnya, bila umat islam bersatu pada PILKADA DKI kemarin, maka tak akan ada yang bisa mengalahkan apa yang menjadi pilihan partai Islam. Nyatanya, keberpihakan umat Islam pada agamanya sangat kurang sehingga akhirnya politik Islam semakin hari semakin lemah. Ini adalah sinyal yang berbahaya karena kepekaan umat Islam pada agamanya dan keberpihakan kepada saudaranya sendiri semakin melemah. Percaya atau tidak, Izzah umat dengan simbol-simbol dan maknanya yang luhur akan dipandang sebelah mata. Maka, jangan heran bila suatu hari nanti, kita akan kembali ke era orde kegelapan seperti masa Soeharto dan Soekarno.
Umat Islam harus mulai introspeksi diri. Sebab, yang menjadi pokok masalah terjadi pada diri umat Islam sendiri. Imunitas Partai Islam berasal dari umat Islam itu sendiri. Misalnya, bila umat islam bersatu pada PILKADA DKI kemarin, maka tak akan ada yang bisa mengalahkan apa yang menjadi pilihan partai Islam. Nyatanya, keberpihakan umat Islam pada agamanya sangat kurang sehingga akhirnya politik Islam semakin hari semakin lemah. Ini adalah sinyal yang berbahaya karena kepekaan umat Islam pada agamanya dan keberpihakan kepada saudaranya sendiri semakin melemah. Percaya atau tidak, Izzah umat dengan simbol-simbol dan maknanya yang luhur akan dipandang sebelah mata. Maka, jangan heran bila suatu hari nanti, kita akan kembali ke era orde kegelapan seperti masa Soeharto dan Soekarno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar