Saya melihat perubahan yang begitu besar pada diri sahabat saya. Dia dulu pemuda yang jauh dari agama, jarang melaksanakan kewajiban agama, dan sering berkata kasar pada orang lain termasuk teman-temannya. Tapi kini, yang saya lihat adalah pemuda saleh dengan pancaran cahaya kekhusyuan dan kelembutan di wajahnya. Saat azan berkumandang malah dia yang pertama kali mengajak saya untuk shalat berjamaah di masjid. Tampaknya dia selalu seperti itu; bergegas memenuhi kebaikan ketika Allah memanggilnya. Ketika saya bertanya, mengapa dia begitu cepat memenuhi panggilan Allah? Apa jawabnya? "Hidayah itu mahal. Maka harus dijaga baik-baik."
Subhanallah, kata-kata itu sering terngiang dalam benak saya. Betapa banyak orang yang paginya ahli taat, sorenya berubah menjadi ahli maksiat lantaran tidak segera memenuhi panggilan Allah.Tidak segera mengisi waktu-waktunya dengan kebaikan agar ia mampu berbuat kebaikan di menit-menit, jam-jam, dan hari-hari berikutnya.
Ketika kita sudah masuk ke dalam hidayah itu maka hidup yang kita jalani terasa lebih bermakna, mudah, dan indah. Kita akan merasakan manisnya iman ketika kita istiqomah di dalamnya. Walaupun kadang k,ita perlu kerja keras untuk melawan tuntutan hawa nafsu. Tapi setelahnya adalah nikmat yang dirasakan. Berbeda bila hawa nafsu yang dikerjakan, awalnya senang tapi akhirnya menyedihkan dan menyengsarakan.
Allah Swt. berfirman, “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)
Artinya, tidak semua manusia meraih hidayah itu. Di sekeliling kita ada orang Nasrani, Yahudi, dan agama-agama kafir lainnya. Bersyukurlah kepada Allah Dia telah memasukkan kita dalam agama-Nya. Di sekeliling kita juga ada orang-orang yang jauh dari agama, senang berbuat maksiat, bersyukurlah kepada Allah hingga kini, dan kita berharap sampai mati, kita berada di jalan yang lurus walau memiliki kekurangan yang ada pada diri kita sendiri.
Allah Swt. dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya kita berada dalam hidayah-Nya. Di dalam shalat, minimal kita 17 kali memohon hidayah kepada Allah. Bila ditambah shalat sunnah, maka akan lebih dari itu. Bunyinya:
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
“Tunjukilah (berilah hidayah) kami kepada jalan yang lurus.” (Al-Fatihah: 6)
Dalam QS. Ali Imran: 8 juga disebutkan doa agar kita tetap berada dalam hidayah Allah:
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
Rabbana laa tuzigh qulubana ba'da idz hadaitana wahablana mil ladunka rahmah innaka antal wahhab. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi karunia."
Rasulullah Saw. sering membaca doa ini:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Ya Muqollibal qulub tsabbit qolbi alaa diinik. "Wahai Tuhan Yang Membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini di atas agama-MU."
Imam Ibnu Katsir berkata: "Allah Swt. membimbing hamba-hamba-Nya untuk meminta hidayah, karena setiap insan membutuhkannya siang dan malam. Seorang hamba butuh kepada Allah setiap saat untuk mengokohkannya di atas hidayah, agar hidayah itu bertambah dan terus-menerus dimilikinya. Karena seorang hamba tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak dapat menolak kemudaratan dari dirinya, kecuali apa yang Allah kehendaki. Allah pun membimbing si hamba agar di setiap waktu memohon kepada-Nya pertolongan, kekokohan, dan taufik. Orang yang bahagia adalah orang yang diberi taufik oleh Allah untuk memohon hidayah, karena Allah telah memberikan jaminan untuk mengabulkan permintaan orang yang berdoa kepada-Nya di sepanjang malam dan di pengujung siang. Terlebih lagi bila si hamba dalam kondisi terjepit dan sangat membutuhkan bantuan-Nya. Ini sebanding dengan firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya…” (An-Nisa’: 136)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang telah beriman agar tetap beriman. Ini bukanlah perintah untuk melakukan sesuatu yang belum ada, karena yang dimaukan dengan perintah beriman di sini adalah hasungan agar tetap tsabat (kokoh), terus-menerus dan tidak berhenti melakukan amalan-amalan yang dapat membantu seseorang agar terus di atas keimanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar