Senin, 30 Juli 2012

Allah Bersama Kita Apabila Kita Mengingat-Nya


Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman, 'Aku tergantung kepada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam hatinya maka Aku mengingat dia di dalam hati-Ku; dan jika dia mengingat-Ku dalam suatu majelis maka Aku mengingat dia di dalam majelis yang lebih baik dari mereka (yaitu dalam majelis para malaikat yang ma'shum dan tanpa dosa). Jika dia mendekati-Ku sejengkal maka Aku mendekatinya sehasta, jika dia mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku mendekatinya dengan berlari.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menerangkan beberapa pelajaran penting: Pertama, tentang sikap Allah kepada hamba-Nya tergantung sangkaan hamba tersebut kepada Allah. Artinya agar manusia senantiasa mengharapkan karunia dan rahmat Allah SWT dan jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat-Nya. Walaupun kita banyak berbuat dosa dan telah melampaui batas dan segala dosa dan kesalahan itu akan mendapatkan balasan, tetapi jangan sekali-kali putus harapan dari rahmat Allah SWT. Karena, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dapat saja mengampuni dosa kita melalui rahmat dan karunia-Nya, kecuali bagi mereka yang menyekutukan Allah.

Jika seorang hamba berdoa dan dia yakin bahwa doanya akan dikabulkan, niscaya Allah akan mengabulkan doanya itu. Sebaliknya, jika dia menyangka bahwa doanya tidak akan dikabulkan atau ada keraguan dalam hatinya maka jelas Allah pun tidak akan mengabulkan doanya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berbaik sangka (husnuzhan) kepada Allah.

Kedua, kalimat "Apabila seorang hamba mengingat-Ku, niscaya Aku akan selalu bersamanya." Hadis qudsi lain menyebutkan, "Jika hamba-hamba-Ku berdzikir kepada-Ku maka selama dia menggerakkan bibirnya, Aku akan selalu bersamanya, Aku akan benar-benar memperhatikannya, dan menurunkan rahmat khusus untuknya."

Ketiga, kalimat "Jika manusia datang mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku mendekati dia dengan berlari", yakni jika seorang hamba menuju kepada Allah SWT maka rahmat Allah akan lebih cepat menuju kepadanya dan Dia melimpahkan karunia kepadanya.

Kehidupan Hati Orang yang Berdzikir


Rasulullah Saw bersabda, "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Tuhannya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap manusia mencintai kehidupan dan takut kepada kematian. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa tidak mengingat Allah SWT, walaupun ia hidup maka keadaannya tidak berbeda dengan orang yang mati, kehidupannya adalah sia-sia."

Imam Hakim berkata, "Mengingat Allah itu melembutkan hati. Hati yang kosong dari dzikir akan menyebabkan hawa nafsu bergejolak, dan syahwat akan terbakar, sehingga hatinya menjadi keras, dan anggota badan lainnya turut menjadi keras. Dia tidak akan lagi taat kepada Allah. Jika anggota badan itu ditarik (untuk diperbaiki) maka pasti akan patah, seperti kayu yang kering yang tidak dapat bengkok, kecuali apabila dipotong atau dibakar."

Rasulullah Saw bersabda, "Perumpamaan rumah yang di dalamnya disebutkan nama Allah dan rumah yang di dalamnya tidak disebutkan nama Allah seperti orang yang hidup dan orang mati."

Beliau menganggap rumah orang yang berdzikir seperti rumah yang hidup dan semarak, sedangkan rumah orang yang lalai dan tidak berdzikir sama dengan rumah orang mati atau kuburan. Jika kita hubungkan dengan hadis pertama mencakup pengertian bahwa hati yang berdzikir seperti orang hidup yang berada di rumah orang-orang yang juga hidup, sedangkan orang yang lalai tidak mau berdzikir seperti orang mati yang berada di dalam kuburan. Tidak dapat diragukan bahwa tubuh orang-orang yang lalai merupakan kuburan bagi hati mereka dan hati mereka yang ada di dalam badannya seperti orang mati di dalam kuburan.

Dengan kata lain, mereka yang rajin berdzikir, hatinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman. Sebagaimana pohon yang tumbuh menghasilkan daun yang rindang dan buah-buahan yang melimpah; menyejukkan sekaligus dapat diambil manfaatnya. Sedangkan orang yang tidak berdzikir, hatinya penuh dengan kegelisahan, kesedihan, dan penderitaan. Sebagaimana pohon yang mati yang tidak memberikan manfaat apa-apa. 

Kamis, 26 Juli 2012

Kebencian Kelompok Liberal Terhadap Islam


Setelah menjadi sorotan publik karena tiba-tiba naik menjadi perdana menteri, padahal banyak tokoh lain di Mesir yang lebih populer dan dianggap mampu, Hisham Qandil kini menjadi sorotan karena rambut-rambut yang tumbuh di dagunya.


Sebagian kalangan menilai, janggut yang dipelihara Qandil merupakan identifikasi ideologinya.

Mereka meyakini Presiden Mursi, yang berjanji akan merangkul semua kelompok dalam pemerintahannya, memilih Qandil karena ideologinya itu tercermin pada janggutnya. Meskipun, Mesir memiliki tokoh-tokoh politik yang dipercaya lebih mampu menjadi perdana menteri, seperti penerima Nobel Mohamed ElBaradei dan tokoh politik Ahmed Zewail.

“Hanya di Mesir, memiliki janggut lebih baik daripada memenangi Nobel,” kata Hamdy Ibrahim di Twitter, menyindir keputusan Mursy seperti dikutip BBC (26/7/2012).

Sementara Ahmed Sarhan, juru kampanye Ahmad Shafik bekas orang dekat Husni Mubarak, menulis, “Pelajaran yang dipetik: tumbuhkan janggut!” Seakan ingin mengatakan bahwa jika ingin menjabat dalam pemerintahan pimpinan tokoh politik Islam, maka caranya mudah saja yaitu asal memiliki janggut.

Gamal Fahmy, seorang wartawan liberal dan aktivis politik mengatakan debat publik di situs media sosial sangat mencerahkan. “Ikhwanul Muslimin berhasil memuaskan Amerika dan Barat tetapi mereka gagal memuaskan rakyat Mesir," katanya kepada BBC. “Rakyat Mesir takut mengislamkan negara mereka.”

Sebagaimana diketahui, memelihara janggut dalam Islam diyakini sebagai kewajiban oleh sebagian kalangan. Dan secara umum publik menilai orang yang berjanggut lebih “kuat memegang” ajaran agamanya dibanding mereka yang tidak berjanggut. Seperti halnya kerudung pada wanita Muslim.

Qandil ditunjuk pertama kali menjadi menteri pengairan pada Juli 2011 dalam kabinet pimpinan Kamal Ganzouri di era Husni Mubarak. Ketika itu, dia juga menjadi pusat perhatian karena merupakan satu-satunya menteri yang memelihara janggut.

Saat itu banyak orang memandangnya sebagai simbol perubahan positif di Mesir, mengindikasikan bahwa Islamis tidak lagi diburu, tulis BBC.

Di Mesir yang sekuler, di mana rakyatnya trauma dengan kediktatoran Husni Mubarak dan lebih cenderung menginginkan kebebasan ala Barat, sementara kelompok-kelompok Islam banyak memenangi pemilihan umum menyusul Arab Spring, kemunculan janggut di jajaran pucuk pimpinan negara menjadi kekhawatiran tersendiri akan dominasi Islam atas mereka. (http://hidayatullah.com/read/23953/27/07/2012/mesir-%E2%80%9Ckhawatir%E2%80%9D-janggut-perdana-menteri.html)

Komentar:
Hanya karena memiliki janggut, Perdana Menteri Mesir yang baru ini dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan begitu besarnya kebencian kelompok liberal terhadap Islam dan umatnya yang menjalankan syariat Islam. Apalagi jika pemerintahan Mesir yang baru menyeru pelaksanaan syariat Islam, mereka pasti sangat membencinya dan mereka akan berupaya menggagalkannya. 

Apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka dengan ketakutan mereka itu? Ya, selama ini otak mereka dicekcoki pemikiran bahwa syariat Islam adalah penyebab keterbelakangan. Syariat Islam membunuh kebebasan. Syariat Islam membatasi ruang gerak mereka sehingga akhirnya mereka tidak ada sama sekali. Inilah yang berbahaya dari orang yang mengaku muslim tapi berpikiran liberal. Mereka ibarat musuh dalam selimut, mengaku muslim tetapi tidak mau menjalankan syariat Islam bahkan menentang pelaksanaannya. 

Tidakkah mereka sadari, sebelum-sebelumnya rezim yang menguasai mereka sama sekali tidak peduli dengan pelaksanaan syariat Islam, dan terbukti telah gagal, korup, dan zalim? Apakah mereka mengganggap Ikhwanul Muslimin yang berkuasa saat ini sama seperti orang-orang Taliban berkuasa atau penerapan syariat Islam ala Arab Saudi? Tidak! Bagaimana bisa ada dalam pikiran mereka hal-hal semacam itu. Kalaupun mereka ambil contohnya Arab Saudi, toh Mesir tidak lebih kaya daripada Arab Saudi. Ikhwanul Muslimin memiliki banyak tokoh yang berpendidikan, mulai dari pendidikan agama, sosial, hingga eksak. DR. Muhammad Mursi meraih doktor tekniknya dari Amerika. Prof. DR. Muhammad Badi adalah guru besar kedokteran hewan. DR. Isham Al-Uryan meraih doktor dalam ilmu kedokteran. Begitupun dengan DR. Hisham Qandil meraih gelar doktor di Amerika Serikat. Rata-rata tokoh-tokoh Ikhwan bergelar doktor dan mereka memimpin seluruh asosiasi keahlian yang ada di Mesir. Hal ini menunjukkan betapa profesionalnya mereka. Bila mereka memimpin Mesir, jangan dilupakan keilmuan mereka. 

Seperti inilah tipikal orang-orang liberal. Sama saja dengan di Indonesia atau di negara di manapun mereka berada. Sama-sama menghina Islam. Mereka mengatakan sedang melakukan perbaikan, padahal sesungguhnya mereka sedang menyeru pada kerusakan. Marilah kita berlindung diri kepada Allah dari orang-orang seperti mereka dan pemikiran yang mereka bawa itu. Mari kita jaga anak-anak kita dari pemikiran yang salah. Mari kita tanamkan kepada anak-anak kita kecintaan pada Islam. Karena siapa lagi yang dapat mengubah keadaan ini dan memutus mata rantai pemikiran sesat ini selain kita sebagai orangtua.

Memperingatkan Diri dalam Setiap Seruannya


Imam Abu Utsman menyampaikan nasihat kepada Abu Hafsh, "Jika engkau satu majelis dengan manusia maka jadilah engkau sebagai juru peringat terhadap dirimu dan hatimu sendiri. Janganlah engkau terkecoh dengan berkumpulnya manusia untukmu, sesungguhnya mereka hanya melihat yang nampak darimu, sedangkan Allah mengawasi batinmu.” (Ihya’ Ulumuddin, 15/2744 http://hidayatullah.com/read/23641/13/07/2012/manusia-hanya-melihat-dhahir.html)

Subhanallah, ini adalah nasehat yang sangat manis. Wahai diri, bila engkau berkata tentang kebaikan yang engkau publikasikan untuk orang banyak,  janganlah engkau tinggalkan dirimu hanya untuk kebaikan orang lain. Sesungguhnya dirimu lebih utama dari seruanmu daripada orang lain.

Janganlah terkecoh karena banyaknya orang yang membaca tulisanmu atau banyaknya orang yang menghadiri majelismu. Karena, Allah lebih mengetahui hatimu, apakah ilmu yang engkau sampaikan itu telah engkau amalkan atau belum, apakah ada kesombongan dalam dirimu atau tidak.

Takutlah dirimu jika kamu menjadi orang yang munafik. Karena sesungguhnya Allah benci kepada orang munafik. Bila Allah sudah benci maka hidup akan terasa sempit dan sulit. Meskipun seluruh makhluk bersatu membantumu agar terbebas dari kebencian itu, engkau tak akan pernah sanggup untuk melepaskan belenggu itu.

Ulama Manfaatkan Delay Penerbangan dengan Mengkaji Kitab


Al Muhaddits Abdul Fattah Abu Ghuddah setelah mengunjungi para guru beliau di Pakistan dan berencana terbang ke Syiria untuk pulang, beliau diberi hadiah oleh Mufti Pakistan Syeikh Muhammad Syafi’ sebuah buku yang berjudul Nuzul Al Masih karya muhaddits madzhab Hanafi Syeikh Anwar Syah Al Kasymiri.


Saat di bandara Karachi disampaikan pengumuman bahwa pesawat mengalamai delay selama dua jam. Meski demikian para ulama Pakistan yang mengantar Syeikh Abu Ghuddah enggan untuk kembali dan memilih menemani beliau hingga waktu penerbangan tiba.


Di kesempatan berharga itu, Syeikh Abu Ghuddah mengeluarkan kitab Nuzul Al Masih dan meminta kepada para ulama yang ikut serta dalam rombongan ini menyimaknya. Akhirnya para ulama besar yang terdiri dari Syeikh Muhammad Syafi’, Al Allamah Yusuf Al Banuri, Al Allamah Althifullah Al Kabir, Al Allamah Nur Ahmad Amin serta Syaikh Abu Ghuddah sendiri membuat halaqah di salah satu sudut ruangan di bandara.

Dalam halaqah tersebut, Syeikh Abu Ghuddah membaca muqadimah Nuzul Masih dan 3 hadits dari kitab itu, kemudian dilanjutkan Syeikh Yusuf Al Banuri melanjutkan dengan membaca 5 hadits dan para ulama lain yang hadir juga menyampaikan beberapa keterangan. Maka mendadak lahirlah sebuah majelis ilmu yang "hidup" di tempat itu. Para ulama yang hadir akhirnya memberikan ijazah periwayatan kitab karya ulama Kasymir itu kepada Syeikh Abu Ghuddah. Majelis itu berakhir sampai waktu berangkat pesawat tiba. (lihat muqadimah Syeikh Abu Ghuddah dalam Nuzul Al Masih, hal. 4 dan 5 http://hidayatullah.com/read/23743/18/07/2012/ulama-manfaatkan-delay-penerbangan.html)

Subhanallah, para ulama kita tidak membiarkan waktunya terbuang secara percuma. Mereka tetap mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Begitulah jika kita tidak mengisi kekosongan dengan kesibukan yang bermanfaat, maka ia akan diisi dengan kebatilan. 

Saya sendiri orang yang senang membaca buku. Ketika saya menunggu, misalnya, saya akan berusaha membaca buku atau jika tidak membawa buku, saya mainkan HP saya untuk mengetik sesuatu yang terlintas di benak saya. Jika saya tahu bahwa saya pasti menunggu, saya pasti membawa buku untuk kelak saya baca ditempat penungguan saya itu. Walau hanya sepuluh menit membaca, menambah wawasan dan membuat saya lebih bersemangat dalam beramal. Karena, pada hakikatnya ilmu mendorong kita untuk beramal. 

Waktu luang tidak mesti kita isi dengan membaca, kita bisa melakukan hal yang lainnya. Misalnya mengerjakan shalat sunah, berdzikir, berdiskusi dengan teman bila ada teman yang bisa kita ajak diskusi, dan kegiatan bermanfaat lainnya. Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang akan memberikan kita kekuatan, semangat, dan keyakinan diri untuk menjalani hidup ini lebih baik lagi. Jangan sia-siakan waktu Anda di saat-saat seperti itu!

7 Kebiasaan Rasulullah Di Bulan Ramadhan


Sungguh Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu besar pada bulan Ramadhan. Alangkah meruginya orang-orang yang tidak mau mengambilnya. Bulan ini adalah rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Tidak ada bulan yang dapat merangkum ketiga hal tersebut selain bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sudah semestinya kita memperbanyak dan memperbagus ibadah-ibadah kita di bulan ini. Berikut ini tujuh kebiasaan Rasulullah selama bulan Ramadhan:

Kebiasaan Pertama, mengerjakan amalan fardhu dengan sempurna.
Pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan ramadhan sama dengan 70 kali pahala yang dilakukan pada amalan di bulan lainnya. Alangkah besar pahala itu, alangkah meruginya orang yang meninggalkannya. Sudah semestinya kita mengerjakannya dengan sebaik mungkin, agar kita mendapatkan pahala itu dan keberkahan lainnya dari ibadah yang kita lakukan. Segeralah shalat apabila adzan memanggil, kemudian lakukanlah shalat berjamaah. Jika dihitung-hitung secara matematik, orang yang shalat berjamaah pada bulan ramadhan akan mendapatkan pahala sebesar 1890 pahala, yaitu hasil dari 27 x 70. Luar biasa besarnya. Dan, Allah bisa saja melipatgandakannya lagi sebagaimana yang Dia kehendaki. Semua itu hanya diberikan Allah pada bulan ini.

Kebiasaan Kedua, mengerjakan amalan sunah.
Pahala orang yang mengerjakan amalan sunah sama dengan pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan lain. Wahai orang-orang yang lalai dalam mengerjakan amalan fadhu di bulan lain, kini saatnya kalian mengejar ketertinggalan itu dari orang-orang saleh. Sesungguhnya waktu kita hanya sebentar. Entah kapan kita mati; esok atau lusa, itu adalah rahasia Allah. Tak ada yang menyelamatkan kita kecuali amal-amal yang mengantarkan pada rahmat Allah Swt. Jika shalat fardhu saja sudah ditinggalkan dibulan lain, ditambah ditinggalkannya shalat sunah di bulan ramadhan, entah amal apa yang dapat menyelamatkan kita dari siksa-Nya, sedangkan yang pertama kali di hisab adalah shalat kita. Apabila shalat kita bagus, maka bagus pula seluruh amalan kita. Apabila jelek, tunggulah siksaan itu begitu nyata.

Kebiasaan Ketiga, membayar zakat dan memperbanyak sedekah.
Rasulullah Saw. telah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Bulan ini (ramadhan) juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan inilah rezeki orang-orang beriman ditambah. Barangsiapa memberi makan (untuk berbuka puasa) kepada orang yang berpuasa maka kepadanya dibalas dengan keampunan dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka Jahannam dan dia juga memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”Yang dimaksud “memberi makan” di sini tidak hanya berbentuk satu porsi makanan, tetapi“walau hanya sebutir kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”

Rasulullah Saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi, al-Khatib, dan Tirmidzi).

Dan salah satu bentuk sedekah yang dianjurkan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau, “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan, para sahabat Ra. berkata, “Ya Rasulullah! Tidak semua orang di antara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.” Rasulullah Saw. menjawab, “Allah akan mengaruniakan balasan ini kepada seseorang yang memberi buka walaupun hanya dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”

Dengan zakat dan sedekah, kita dapat menolak bala’ bencana, doa-doa kita dikabulkan, harta kita dibersihkan, nikmat-nikmat kita ditambah, telah gugurnya kewajiban, dan besarnya pahala yang akan kita terima. Mungkin selama bulan-bulan lain Anda kurang bersedekah, maka inilah saatnya Anda banyak bersedekah. Selama bulan-bulan lain Anda bekerja keras mencari uang, maka inilah saatnya Anda sedekahkah sebagian uang itu kepada yang berhak. Jika ada orang yang meminta, berilah. Karena toh harta kita tidak berkurang. Apalah artinya jika Anda berpenghasilan dua juta sebulan, lalu Anda sedekahkan lima ratus ribu pada bulan ini. Semua itu tak ada artinya dibandingkan dengan pahala yang akan Anda terima. Harta Anda akan terus bertambah seiring dengan terus menerusnya Anda bersedekah. Ya Allah, karuniakanlah kami rezeki yang melimpah dan dengannya kami membayar zakat dan sedekah.

Kebiasaan Keempat, memperbanyak membaca Al-Quran.
Bulan yang penuh berkah ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Al-Quran. Karena secara umum Allah menurunkan kitab-kitab-Nya pada bulan ini. Begitu pula Al-Qur’an, telah diturunkan seluruhnya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada bulan ramadhan, kemudian dari sanalah diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kejadian yang ada dalam waktu 23 tahun. Selain itu, Shahifah Nabi Ibrahim diturunkan pada tanggal 3 ramadhan, Nabi Dawud As. mendapatkan kitab Zabur pada tanggal 12 atau 18 ramadhan, Nabi Musa As. diberi kitab Taurat pada tanggal 6 ramadhan, dan Nabi Isa As. mendapat Injil pada tanggal 12 atau 13 ramadhan.

Inilah yang membuat bulan Ramadhan mempunyai hubungan erat dengan firman Allah Swt., sehingga banyak riwayat yang menekankan tentang pentingnya membaca Al-Quran di bulan ini, dan yang demikian merupakan amalan para shalihin. Jibril As. dan Rasulullah Saw. biasa saling memperdengarkan dan mendengarkan seluruh isi Al-Quran pada bulan ini. Iman az-Zuhri pernah berkata, “Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran.”

Kesibukan Imam Malik di bulan ramadhan adalah membaca Al-Quran, bukan berceramah dan memberikan fatwa. Imam Syafi’i membaca Al-Quran 60 kali khatam di bulan ini. Rumah para sahabat Ra. dan tabi’in – di bulan ramadhan – terdengar bacaan Al-Quran, seorang pujangga mengibaratkannya “seperti dengungan lebah”, dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, hendaklah sedapat mungkin bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Quran. Apabila bulan sebelumnya hanya mampu membaca separuh juz, alangkah baiknya ditingkatkan menjadi satu juz. Yang penting adalah adanya peningkatan dan kesungguhan dalam membaca Al-Quran pada bulan ini.

Kebiasaan Kelima, memperbanyak doa dan dzikir.
Inilah bulan dimana doa-doa kita tidak ditolak-Nya. Dalam kitab Durrul Mantsur ada sebuah riwayat dari Aisyah Ra. bahwa apabila ramadhan tiba, berubahlah wajah Rasulullah Saw.. Beliau akan menambah shalatnya, lebih merendahkan diri dalam doa-doanya, dan lebih nampak rasa takutnya kepada Allah Swt.. Dalam satu riwayat diberitahukan bahwa di bulan ramadhan Allah Swt. memerintahkan para malaikat pemikul Arsy, “Tinggalkanlah ibadah kalian masing-masing dan amin-kanlah doa orang yang berpuasa.”

Kebiasaan Keenammemperbanyak membaca kalimat Thayyibah, Istighfar, dan memohon kepada Allah untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.

Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah di bulan ini empat perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua lagi kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu, hendaknya kalian membaca kalimat thayyibah dan istighfar sebanyak-banyaknya. Dan dua perkara yang kita pasti memerlukannya, yaitu hendaknya kamu memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka Jahanam.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Kalimat thayyibah (lailahaillallah) dan istighfar memiliki banyak sekali keutamaan. Jika dibaca dibulan yang lain memiliki keutamaan, apalagi dibaca dibulan Ramadhan, tentu keutamaannya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, mari kita memperbanyak membacanya! Rasulullah Saw. bersabda, “Dzikir yang paling utama adalah la ilahaillallah…” Rasulullah Saw. juga bersabda, “Barangsiapa beristighfar dengan sebanyak-banyaknya, Allah akan membuka jalan keluar dari segala kesempitan dan membebaskannya dari segala kesedihan, dan dia memperoleh rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Kebiasaan Ketujuhi’tikaf.
I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan I’tikaf adalah tetap tinggal di masjidtaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan. Dan inilah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits dari Aisyah Ra. berkata, “Rasulullah Saw.ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan, “Rasulullah Saw. bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”

Sedangkan dalam hadits Bukhari dikatakan, “Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”

Dalam riwayat Thabrani dari Ali bin Abi Thalib Ra. disebutkan, “Bahwasanya Rasulullah Saw. membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat.”

Demikianlah tujuh kebiasaan Rasulullah yang dilakukan dibulan Ramadhan. Mudah-mudahan dengan menjalankan kebiasaan-kebiasaan itu, Allah limpahkan rahmatnya kepada kita.Rasulullah Saw. bersabda, “Telah datang kepadamu bulan ramadhan, dimana Allah melimpahkan keberkahan, menurunkan rahmat dan mengampuni dosa-dosamu, menerima doa-doamu, melihat atas perlombaanmu (dalam kebaikan) dan membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah Swt. kebaikanmu. Sesungguhnya orang yang celaka adalah dia yang terhalang dari rahmat Allah pada bulan ini.” (HR. Thabrani). 

Bulan Ramadhan, Bulan Taubat


Seseorang bertanya kepada Imam Ibnu al-Jauzy, “Manakah yang lebih baik bagiku, bertasbih atau beristighfar?” Beliau menjawab, “Pakaian yang kotor lebih membutuhkan sabun daripada minyak wangi.”

Maksud dari perkataan Imam Ibnu al-Jauzy adalah, beristighfar lebih utama dilakukan untuk “mencuci pakaian yang kotor dari segala noda.” Sedangkan kita ketahui bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, baik sedikit maupun banyak. Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila seseorang melakukan sesuatu dosa, maka titik hitam itu akan terhapus. Jika tidak, titik hitam itu akan tetap melekat.” Apabila titik hitam itu sudah melekat ke dalam hati maka hati pun menjadi gelap dan keras sehingga menghalangi seseorang dari petunjuk-Nya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat baik bagi kita memperbanyak istighfar. Salah satu wasiat Nabi Saw. – sebagaimana diriwayatkan Ibnu Khuzaimah – pada hari terakhir bulan Sya’ban adalah hendaknya kita membaca istighfar sebanyak-banyaknya, karena hal itu akan mendatangkan keridhaan Allah.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat, di mana kita lihat orang-orang memperbanyak ibadah. Di saat bulan lain jauh dari Allah, pada bulan ini kita berusaha sedekat mungkin dengan-Nya.

Membaca istighfar sebanyak-banyaknya dapat menguatkan hati, mendorong beramal, memadamkan api kegelisahan, memberi rezeki dari arah yang tidak di duga-duga, dan memberikan cahaya pada hati dan wajah. Alangkah ruginya kita bila tidak memperolehnya pada bulan ini karena segala karunia itu menjadi begitu mudah didapat.

Partikel Tuhan: Bukan Tentang Tuhan

Pembahasan tentang partikel Tuhan sedang ramai-ramainya dibicarakan. Partikel Tuhan adalah nama yang diberikan oleh para ilmuwan karena partikel ini sulit sekali ditemukan. Bahkan ilmuwan sekelas Hawking pada awalnya menolak gagasan ini. Namun seiring berjalannya waktu, kebenaran adanya partikel ini mulai terbukti. Dan Hawking pun meralat ucapannya. Jadi, pembahasan partikel ini sebenarnya bukan tentang Tuhan. Ia hanya sebatas istilah.

Saya berpikir, istilah ini hanya menunjukkan betapa jauhnya falsafah ilmu di Barat dari Tuhan. Bagi mereka Tuhan hanya sebatas hubungan individu dengan Tuhannya. Sedangkan untuk memasuki ranah intelektual itu adalah sebuah kematian bagi sains itu sendiri. Di Barat hal itu dikenal dengan istilah saintisme. Sains telah merubah menjadi dogma. Sains adalah satu-satunya sumber kebenaran.

Mengapa kita harus jauh-jauh 'melihat' Tuhan jika tujuan penemuan partikel Tuhan itu bukan untuk mengagungkan Tuhan?

Rabu, 25 Juli 2012

Bulan Ramadhan, Bulan Al Qur’an


“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).

Ayat ini membawa misi yang jelas tentang eksistensi dari agama ini. Bahwa Allah memerintahkan kita untuk membaca, yaitu membaca ayat-ayat quraniyah dan ayat-ayat kauniyah, karena keduanya akan berujung dan bertitik temu pada Allah. Ayat yang berbicara tentang hamba-Nya yang takut kepada-Nya, sebelumnya didahului dengan ayat yang menjelaskan syariat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta. (QS. Fathir: 24-28).

Ayat ini juga tidak bisa dilepaskan dari bulan Ramadhan, karena ayat itu turun pada saat bulan Ramadhan. Ramadhan telah menjadi saksi permulaan diturunkannya al-Quran. Karena dengannyalah, bulan ini menjadi mulia di mata Allah, para malaikat, dan kaum muslimin sedunia.

“…bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Rasulullah Saw. membacakan kembali ayat-ayat al-Quran kepada malaikat Jibril pada bulan Ramadhan. Jibril mendengarnya dengan penuh seksama. Para sahabat Nabi berbondong-bondong mengikuti sunnah ini; mereka membacanya dengan penuh antusias.

Ada yang berhasil mengkhatamkan satu bulan, ada yang satu minggu, ada yang tiga hari dan bahkan ada yang setiap hari. Dr. Aidh al-Qarni dalam bukunya 30 Renungan Ramadhan, mengibaratkan suara-suara bacaan al-Quran pada saat itu seperti dengungan lebah karena saking ramai dibacakan.

Begitupun yang dilakukan generasi-generasi selanjutnya. Tidak ada pekerjaan yang lebih diprioritaskan Imam Malik, ketika bulan Ramadhan, kecuali membaca al-Quran. Imam asy-Syafi’i berhasil mengkhatamkan al-Quran sebanyak 60 kali selama bulan Ramadhan, ini artinya beliau mengkhatamkan al-Quran 2 kali  setiap hari. Kaum muslimin dari dulu hingga sekarang tak pernah putus dari membaca al-Quran, khususnya di bulan Ramadhan. Mereka membacanya di masjid-masjid, di rumah-rumah, di majelis-majelis, dan di tempat-tempat umum.

Bagi orang-orang yang tidak terlalu mahir membaca al-Quran, tidak menjadi masalah jika ingin membaca al-Quran, karena Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang membaca al-Quran, lagi pula ia mahir, kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan Rasul-Rasul yang mulia lagi baik; dan orang yang membaca al-Quran, tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sedangkan bagi mereka yang belum bisa membaca al-Quran, mereka dapat membaca surat-surat pendek yang telah mereka hafal atau mereka dapat saja mendengarkan al-Quran dari kaset-kaset rekaman.

“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204).

Al-Quran adalah kitab petunjuk, pengobat hati dan fisik, rahmat dan berkah. Ketika ia dibaca dibulan Ramadhan, efeknya semakin bertambah berlipat ganda. Orang-orang yang ingin segera mendapat petunjuk, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Orang-orang yang ingin hati dan pikirannya jernih, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Orang-orang yang ingin segera mendapat rahmat dan berkah, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Tak ada ibadah yang lebih besar intensitasnya dilakukan orang-orang shalih dalam bulan Ramadhan, dari dahulu hingga sekarang, selain membaca al-Quran.

Sabtu, 21 Juli 2012

Ikhwanul Muslimin "Ditipu" Syiah

Iran tidak mendukung Suriah karena syiah? Bukti menunjukkan dukungan itu ada karena syiah. Dalam mukadimah kitab Tazkiyatun Nufus, Said Hawwa mengatakan bahwa dia sudah menghadap Khomaini, agar Khomaini membantu revolusi rakyat suriah melawan rezim Hafez Al Asad (bapaknya Bashar), tetapi bantuan itu tak kunjung datang. Justru yang terjadi adalah pembiaran terhadap pembantaian terhadap aktivis Ikhwanul Muslimin di suriah pada saat itu, yaitu tahun 1982.

Inilah penghancuran kota Homs dan HAMA di masa bapaknya Bashar Al-Asad berkuasa

Dalam bukunya yang berjudul, Ikhwanul Muslimin Dibantai Syiria, Jabir Rizq menggambar pembantaian itu sangat mengerikan, tidak berprikemanusiaan. Ada sebuah masjid dimana berkumpul para ulama dan jamaahnya. Lalu masjid itu kemudian ditembaki oleh tentara Asad hingga semua orang yang ada di masjid itu mati. Pada saat itu lebih dari 30.000 orang tewas, 88 masjid dan 3 gereja hancur serta puluhan ribu warga mengungsi dari tempat tinggalnya.

Sepertinya isi buku itu persis menggambarkan kondisi yang sama pada saat ini. Tempat pergolakannya pun sama, Hama dan Homs. Dikedua tempat ini akar perjuangan gerakan Ikhwan sangat kuat. Saya berharap, kita harus berhati-hati terhadap syiah, karena bisa jadi mereka sedang ber-taqiyah. Mereka seperti mendukung palestina, padahal mereka tidak pernah membantu secara penuh perjuangan rakyat palestina. Tidak satupun rudal yang mereka hadiahi untuk israel. 


Adalah sangat aneh bila orang-orang syiah mengatakan tidak ada pembantaian di Suriah, padahal bukti sudah lebih dari cukup. Bahkan bukti sejarah masa lalu menggambarkan bahwa sebenarnya pembantaian di masa lalu dari rezim yang sama penah terjadi di tempat yang sama.

Nikmatnya Mentadabburi Al-Qur'an

Mulai membaca juz 3 Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Banyak ilmu dan hikmah yang saya peroleh sehingga saya dapat mencatatnya. Begitu lezatnya membaca dan menulis bila hati dan pikiran ini bersungguh-sungguh ingin memperbaiki diri.

Salah satu jenis buku yang saya senangi adalah tafsir Al-Qur'an. Hingga kini saya memiliki beberapa kitab tafsir mulai dari Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Jalalain, Fi zhilal, Al-Azhar, Tafsir Syaikh Muhammad Al-Ghazali, hingga tafsir ringkasnya Wahbah Zuhaili. Sebagian lengkap jilidnya, sebagian lagi masih nyicil belinya. Saya masih ingin memiliki kitab tafsir yang lain seperti Ath-Thabari dan Al-Asas-nya Said Hawwa. Mudah-mudahan kesampaian belinya. Amin

Mentadabburi kandungan Al-Qur'an terasa nikmat. Al-Qur'an tidak hanya memenuhi akal kita, tapi ia juga dapat memenuhi hati kita. Al-Qur'an menuntun kita dan memberi petunjuk kepada kita. Sungguh hebat mereka yang menguasai Al-Qur'an baik dari segi tajwidnya, hafalannya, nasikh dan mansukhnya, halal dan haramnya, asbabun nuzul-nya, dan ilmu-ilmu Al-Qur'an lainnya. Al-Qur’an itu luas tak bertepi dan kedalamannya hanya Dia yang mengetahui karena ia adalah kalam-Nya. Sudah berapa banyak orang menafsirkan Al-Qur'an di setiap zaman, seolah Al-Qur'an adalah mata air yang tak pernah kering untuk diambil manfaatnya.

Saya terkesan dengan perkataan Syaikh Abdullah Darraz, seorang ulama besar Mesir, yang mengatakan Al-Qur'an ibarat intan berlian, melihat dari sisi manapun, ia akan memancarkan kemilau. Oleh karena itu wahai kawan, sudahkah engkau membaca Al-Qur’an walau satu halaman atau sudahkah engkau mentadabburinya walau satu ayat?

Rabu, 18 Juli 2012

Hikmah Hidup Qona'ah

Kantor tempat kami bekerja memberikan uang belanja sebesar 350 ribu. Uang sebanyak itu harus dihabiskan pada saat itu juga di sebuah supermarket. Belanjanya harus pas kalau lebih harus bayar sendiri. Kalau kurang sisanya hangus. Jadi belanjanya kira-kira saja. Bagi saya lebih baik lebih daripada kurang. Kalau kurang sisanya hangus, kan sayang. seorang teman saya hanya membeli separuh dari uang belanja yang dikasih. Saya tanya kenapa? Dia jawab dengan lugu, hanya segitu kebutuhan saya pak. Ternyata permainan berubah diakhir.

Sisa uangnya dikembalikan. Teman saya itu mendapat kebaikan dari qonaahnya dan kembalian sisa uang. Sedangkan saya tidak mendapatkannya malah harus mengeluarkan uang tambahan.

Syarat Meraih Pertolongan Allah


DR. Majdi Al-Hilali dalam tulisannya yang berjudul “Syarat meraih pertolongan Allah” menjelaskan makna ayat "Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7) "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al Haj: 40)

Lalu, bagaimana cara kaum muslimin membela dan menolong agama Allah agar dia memperoleh pertolongan Allah? DR. Majdi mengaitkan ayat di atas dengan ayat berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan pada diri suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar Rad: 11) Lalu DR. Majdi menjelaskan maknanya: Allah menuntut kaum muslimin untuk membela agama-Nya dengan cara mengalahkan dirinya sendiri.

Dengan mengalahkan belenggu nafsunya, seorang muslim berhak dan layak menggapai pertolongan-Nya. Inilah bekal untuk mengalahkan musuh-musuh Islam, sehingga pantas sekiranya kelak ia diberi keteguhan kedudukan di muka bumi. Jika demikian, wahai sahabatku, marilah kita memperbaiki kualitas diri kita. karena dari sanalah pertolongan Allah itu bermula. 

Ketika kita bersemangat dan terus berusaha memperbaiki diri, maka pertolongan Allah akan datang menjumpai kita. Ketika shalat kita lebih baik daripada sebelumnya, pertolongan itu akan datang. Begitupun ketika amal-amal ibadah yang kita lakukan semakin baik dari waktu ke waktu, pertolongan itu semakin terasa.

Ketika pertolongan itu datang, tidak akan ada yang dapat mencegahnya meskipun seluruh makhluk bersatu untuk mencegahnya. Tidak akan ada yang sanggup menghinakan ketika Allah sudah membuatnya mulia. Maka mulai saat ini marilah kita bersemangat memperbaiki diri agar pertolongan itu datang kepada kita.

Senin, 16 Juli 2012

Pilar-Pilar Kemenangan

Sahabat-sahabat yang baik, janganlah terlalu memikirkan kekalahan yang kita alami, tetapi pikirkanlah bagaimana kita bangkit dari kekalahan.

Sahabat, rahasia kemenangan bukan hanya kemenangan itu sendiri tetapi apakah kemenangan itu membawa kita pada taqarrub kepada Allah atau tidak. Buktinya, Allah justru memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bertasbih, bertahmid, dan beristighfar meskipun pada saat itu Nabi dan kaum muslimin berhasil merebut Makkah dari tangan kafir Quraisy.

Saat kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran, justru Abu Darda Ra. menangis. Mengapa beliau menangis? Beliau mengatakan, yang ditakutkan bukanlah serbuan orang-orang kafir. Justru yang ditakutkan adalah ketika kaum muslimin terpesona dengan harta duniawi sehingga yang dipikirkan kemudian masalah duniawi ansich, dan ukhrowi pada akhirnya sedikit demi sedikit tercerabut dari akar dirinya.


Saya bertanya kepada seorang Ust. yang saya kenal baik karena ibadah dan akhlaknya, saya melihat telah terjadi kekalahan partai dakwah di beberapa kota besar di jakarta dan sekitarnya. sedangkan di daerah-daerah di Sumatera dan Sulawesi justru sebaliknya, kader solid dan banyak yang menang. Sebenarnya, apa yang terjadi? Ustadz menjawab singkat, telah terjadi dho'fur ruhiyah (lemahnya ruhiyah). Masya Allah nasehat singkat ustadz begitu menyentuh hati saya. Rasanya diri ini ingin menangis. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami.


Rasulullah, para sahabat dan para mujahid-Nya adalah orang-orang yang mempersiapkan ruhaninya sebelum bertempur. Tidak heran bila kita temukan sejarah bahwa banyak sekali peperangan menunjukkan betapa kuatnya ruhiyah Rasulullah. Mari kita tingkatkan amaliah yaumiyah kita apalagi menjelang puasa ini.

Syariat dan Kejayaan Islam

Jika kita rajin membaca kisah-kisah tentang mualaf, akan kita temukan fakta bahwa penyebab mereka masuk Islam dikarenakan mereka menyaksikan umat islam menjalankan syariat Islam bukan karena keliberalannya. Ada yang masuk Islam ketika mendengar suara azan, ada yang melihat rapi dan teraturnya umat islam dalam shalat, ada yang tertarik ketika menyaksikan muslim yang sering berdoa, ada yang tertarik dengan ajaran tauhid, dan sebagainya.

Para mualaf itu melihat Islam berbeda dari agama yang sebelumnya mereka anut. Dan perbedaan itu membuat mereka tertarik dan terkesima. Hal ini menunjukkan bahwa kejayaan dan kemajuan Islam bukan disebabkan oleh menjadi sama dengan orang Barat atau menjadi liberal, tetapi bagaimana kita menjalankan syariat dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. 

Minggu, 15 Juli 2012

Jangan Hanya Bisa Menuntut

Salah satu perbedaan yang nyata antara umat Islam dan Yahudi adalah: Bila umat Islam memberi, sedangkan Yahudi justru malah meminta. Umat Yahudi berkata kepada Nabi Musa, "Hai Musa, kami tidak bisa sabar dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi..." (QS.. 2: 61)

Sedangkan umat Islam dalam perang Khandaq misalnya, tetap berjihad meskipun mereka dalam kondisi sulit dan kelaparan. Bahkan di antara mereka ada yang memberikan makanan yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhannya. Di zaman ini sebagian orang banyak menuntut orang lain tetapi dia sendiri tidak pernah memberi. Saya khawatir orang seperti ini akan "ditimpakan kepada mereka nista & kehinaan" seperti yang terjadi pada kaum Yahudi.

Kiat Membina Keluarga yang Harmonis dan Langgeng

‎"Jika kamu tidak menyukai mereka (istrimu), maka bersabarlah karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS.. 4: 19) Penggalan ayat ini menyedot perhatianku sehingga membuatku merenungkannya. Seringkali terjadi perselisihan di antara suami istri karena masing-masing pihak merasa tidak ada kebaikan sedikitpun pada pasangan hidupnya, sehingga yang muncul adalah kebencian.

Ternyata kiatnya sederhana: sabar dan ingat-ingatlah kebaikan istrimu yang pernah dia lakukan untukmu, ingat-ingatlah kelebihan yang ada padanya. Tutuplah sejenak segala kekurangannya karena cukup sudah bagimu atas kemarahanmu itu kepadanya. Ya Allah, ampunilah dosa kami dan berikanlah kami kesabaran. Jadikan kami keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.

Kamis, 12 Juli 2012

Mubahalah? Why Not?!

Seorang kafirun menulis tentang mubahalah dirinya dengan seorang muslim. Memang sudah sejak lama orang kafir ini menghina Islam. Sehingga tidak heran bila ada yang mengajaknya untuk bermubahalah.

Beberapa waktu setelah acara mubahalah itu di internet. Orang kafir ini mengirim email kepada muslim itu. Sekali dikirim tidak ada jawaban. Dua kali dikirim tidak ada juga. Hingga kemudian dia mengirim email berikutnya tidak ada jawaban. Lalu dia berkesimpulan, mungkin muslim itu sudah mati duluan. Artinya, muslim itu tertimpa mubahalah yang diucapkannya sendiri. Menurut orang kafir ini, pengertian mubahalah adalah siapa yang mati duluan maka dialah yang salah. Padahal belum tentu muslim itu mati.

Benarkah pendapat orang kafir itu tentang mubahalah? Disini saya mencoba sedikit menjelaskan tentang definisi mubahalah berikut contoh-contohnya mubahalah yang pernah terjadi dalam sejarah.

Definisi Mubahalah
Mubahalah terdiri dari akar kata Al-BaAl-Ha, dan Al-Lam atau Al-Bahlu yang maknanya Al-La'nu (laknat), "Bahalahullah Bahlan", maknanya: Allah telah melaknatnya dengan laknat. "Wa'alaihi Bahlatullah" maknanya: Dan atasnya laknat Allah. Dan orang yang melaknat suatu kaum, sebagian mereka dengan sebagian yang lain, dikatakan mereka saling bermubahalah apabila mereka saling melaknat. Karena itu, Al-Mubahalah maknanya Al-Mula'anah (saling melaknat).

Sampai disini dapat kita lihat, apakah buah dari mubahalah itu orang yang bersalah akan mati  duluan? Belum tentu. Oleh karena itu, kita harus mengetahui definisi laknat itu seperti apa. Pernah dengar setan itu dilaknat atau dikutuk oleh Allah? Ya, kita sering membacanya lewat bacaan taawudz, apakah itu berarti setan itu mati? Ternyata setan masih ada padahal dimana-mana orang sudah melaknat setan. Hanya saja pengaruh dari bacaan itu setidaknya dapat memperkecil bisikan setan pada diri kita. Terlebih-lebih bila setan sudah kesulitan menggoda kita. Hal ini sangat bergantung pada kekuatan iman yang ada dalam diri kita. 

Orang yang mendapat laknat artinya orang yang tidak mendapat rahmat. Dunia yang lapang ini akan terasa sempit baginya. Penderitaan demi penderitaan dan kesedihan demi kesedihan akan menjeratnya sehingga pada akhirnya berputus asa karena laknat itu. Biasanya setelah mendapat laknat itu, pengaruh orang yang bersangkutan akan berkurang bahkan semakin habis. Dia tidak lagi dihormati seolah ada sekat antara dirinya dengan masyarakat. 

Menurut saya, kematian lebih awal seseorang bukan jaminan orang tersebut dilaknat. Tetapi yang lebih penting adalah apakah kematian itu husnul khatimah atau su'ul khatimah. Misalnya jika orang tersebut mati tatkala sedang beribadah, masak disebut mati su'ul khatimah? Orang-orang zalim itu mati secara menyedihkan. Misalnya Mirza Ghulam Ahmad mati di wc dan terserang kolera. Hamzah Basyuni mati tertusuk besi. Al-Hajjaj menjelang kematiannya tubuhnya dipenuhi bisul. Hasan Syahatah yang menderita sakit keras di dalam penjara. Dan sebagainya.  

Acara mubahalah antara Husein Alattas VS Haidar Bawazir


Hukum Mubahalah
Hukumnya adalah al-jawaz atau diperbolehkan dan disyariatkan ketika tampak kejelasan hujjah atas orang yang membantah, dan nampak jelas rusaknya tuduhannya . Apabila tidak mengakui dan tidak mau ikut, maka boleh mengajaknya kepada mubahalah.

Gambaran pelaksanaan mubahalah seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. mengajak anak dan cucunya untuk menghadiri mubahalah melawan orang Yahudi Najran. Kehadiran anak dan cucu beliau seolah ingin menegaskan bila beliau salah maka laknat juga akan menimpa anak dan cucu beliau ini. Hal ini semakin membuat gentar orang-orang Yahudi sehingga mereka tidak menerima ajakan mubahalah tersebut. Karena pada hakikatnya mereka sudah mengetahui bahwa Muhammad adalah seorang Nabi dan Rasul. Jika saja orang Yahudi itu menyanggupi tantangan itu, niscaya mereka semua akan musnah dari muka bumi ini. 

Al-Khotib Al-Baghdadi telah meriwayatkan sebuah atsar yang sanadnya sampai kepada Ibnu Abbas Ra., dia berkata, "Aku sangat menyayangkan orang-orang yang membantahku dalam sebuah perkara yang telah diijmakan, di mana hal itu di sisi kami merupakan hal yang diwajibkan. Kemudian kami mengajak mereka (yang membantah) untuk bermubahalah, lalu kami bermubahalah hingga laknat Allah menimpa orang-orang yang mendustakan." (Al-Faqih wal Mutafaqqih, 2/ 63)

Imam Al-Auza'iy mengajak sebagian ahli ilmu untuk bermula'anah di rukun (di dekat Hajar Aswad) siapa di antara kita di atas kebenaran dalam hal pengambilan dalil atas sebagian perkara-perkara furu' (Mahasinul Masa'iy fi Manaqib Al-Auza'iy, 69-72)

Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah -rahimahullah- telah mengajak para syaikh Al-Mutho’ihiyyah -sebuah kelompok suffiyyah- untuk bermubahalah dalam perkara-perkara yang besar (dalam dien) yang telah diketahui. Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 11/445-475. Gambaran dari mubahalah ini dapat dilihat di topik: “Munadloroh Ibnu Taimiyyah Lithifati Rifa’iyyah”.

Al Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- pernah bermubahalah dengan sebagian pengikut Ibnu Arobiy. Lihat di Mushori’ At Tashuf, karya Al-Baqo’iy, 149-150. Al Alusiy juga menyebutkannya dalam kitab Ghoyatul Amaniy, 2/374. Dan Al Hafidz juga menceritakan hal itu dalam kitab beliau Fathul Bariy (Syarah Shahih Bukhoriy)

Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- telah berkata, dan dia menyebutkan faidah-faidah dari kisah utusan raja dari Najran. Dari kisah tersebut ada sunnah di dalam membantah pelaku kebathilan, apabila telah tegak atas mereka hujjah Allah dan mereka tidak mau menerima (rujuk), bahkan mereka bersikukuh dalam penolakannya, maka ajaklah mereka untuk mubahalah, karena sungguh Allah telah memerintahkan hal ini, demikian juga Rasul-Nya. Allah ta’ala tidak berfirman (kepada Rasul-Nya) : “Sesungguhnya hal ini (mubahalah) tidak berlaku untuk umatmu setelahmu”.

Anak paman Abdullah bin Abbas juga menyerukan hal ini ketika ada orang yang mengingkari sebagian masalah-masalah furu’. Dan para shahabat-shahabat lain tidak mengingkarinya. Demikian juga Imam Al Auza’iy menyerukan kepada hal ini dan tidak mengingkarinya… Dan ini adalah hujjah yang sempurna (dalam sunnah mubahalah”. (Zadul Ma’ad, Imam Ibnul Qayyim, 3/643).

Al Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata dalam mengambil manfaat kisah mubahalahnya (terhadap para pengikut Ibnu Arobiy): “Dan kisah tersebut di dalamnya ada tuntutan syari’at untuk melakukan mubahalah terhadap orang-orang yang menyelisihi (al haq) apabila mereka tetap bersikukuh setelah disampaikan hujjah. Ibnu Abbas telah menyampaikan hal ini, juga Imam Al-Auza’iy, serta disepakati oleh para ulama. Demikian juga dari pengalaman, bahwa siapa yang ikut bermubahalah dan dia ada pada posisi kebathilan, maka tidak lewat atasnya satu tahun dari hari ketika ia ikut mubahalah (ia terkena laknat). Hal itu didapati pada seseorang yang cenderung pada sebagian orang kafir, maka ia tidak bisa selamat (dari laknat) setelah mubahalah kecuali hanya dua bulan”. (Fathul Bariy, 8/95).

Contoh yang lain di era modern ini misalnya, mubahalah antara Diki Chandra VS Ustadzah Irena Handono, mubahalah antara Husein Alattas VS Haidar Bawazir, mubahalah antara Yasir Al-Habib VS Syaikh Muhammad al-Kus. Di Indonesia, pada tahun 1930-an, A Hassan, tokoh Persatuan Islam (Persis) juga pernah menantang kelompok Ahmadiyah untuk bermubahalah. Namun tantangan mubahalah itu tak pernah berani dilakukan oleh Ahmadiyah sampai saat ini. Meski begitu, nabi palsu yang juga pentolan Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad pernah melakukan mubahalah yang berakibat pada tewasnya Mirza Ghulam Ahmad dalam keadaan sakit parah di tempat buang hajat. 

Kesimpulan
Dari keterangan di atas saya mendapat kesimpulan bahwa acara mubahalah itu kedua belah pihak harus hadir bertatap muka dan kemudian keduanya saling melaknat. Apakah bisa mubahalah via internet dengan tulisan? Maaf, saya belum tahu tentang keabsahan masalah ini. Tetapi jika mengacu pada Sirah Nabawiyah, maka prosesi acara mubahalah harus mempertemukan dua pihak. Mungkin bisa saja via teleconfrence, menggunakan skype, atau YM. Yang penting wujudnya ada. Karena kalau tulisan, siapa tahu orang kafir itu tidak sendirian. Bisa jadi si penulis mubahalah sudah mati duluan. Kemudian diteruskan oleh kawannya. Kalau orang kafir itu berasumsi terhadap muslim sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas. Saya boleh dong berasumsi seperti ini. Toh, keduanya sama-sama ghoib. Wallahu a'lam bish shawab.  

Senin, 09 Juli 2012

Bangsa Paling Keji itu Bernama Israel

Israel memang biadab. Mereka melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan musuh-musuhnya. Mereka adalah negara yang kebal terhadap hukum internasional. Buktinya banyak kejadian yang berhubungan dengan tindak kriminal dan konspirasi mereka, tetapi dunia seolah tidak berkutik. Mereka seolah ketakutan bila dituduh anti-semit. 

Mereka yang memusuhi Israel dapat berakibat fatal. Contohnya adalah Raja Faishal, Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Ar-Rantisi, dan terakhir Yasser Arafat. Keempat tokoh di atas adalah sedikit contoh tokoh-tokoh yang wafat karena kebiadaban Israel. 

Baru-baru ini saya membaca berita bahwa Israel akan memata-matai Presiden Mesir terpilih, DR. Muhammad Mursi. Pihak Israel merasa cemas dengan kemenangan DR. Mursi karena bagi mereka kemenangan itu berarti sebuah kemunduran.

SitusMukhtasar Ikhbari seperti dikutip InfoPalestina, Ahad (8/7), mengungkapkan bahwa pemerintah Israel menyiapkan "Operasi Bulan Sabit Hijau." Operasi intelijen yang dibuat badan intelijen Israel Mossad itu bertujuan untuk mengawasi seluruh gerak gerik Mursi. Bahkan, operasi khusus itu akan bekerja sama dengan Matsada yang selama ini memiliki tugas dalam melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh tertentu yang dianggap mengancam keamanan Israel.

"Operasi Bulan Sabit Hijau" bertugas mengumpulkan informasi tentang Mursi mulai dari makanan, minuman, jumlah jam tangan, perilaku tidur, bangun, di mana duduk, tidur, siapa teman dekatnya, kondisi fisik dan psikologis, kapan marah, tertawa, senang. Operasi itu juga mengumpulkan informasi masa lalu termasuk masa kanak-kanaknya, pertumbuhannya, kerabatnya, pengetahuannya, tetangganya, jenis handphone yang digunakan, apakah teknisi keamanan istana membuat pengamanan bagi telepon Mursi hingga detail setiap tempat pertemuan dan tempat tinggal presiden.

Unit Operasi dan Rekrutmen Agensi di Mossad dikabarkan telah menyiapkan file Muhammad Mursi. Selama ini unit tersebut bertanggungjawab melakukan operasi mata-mata di seluruh negara dunia dengan berbagai biro dan berkedok hubungan diplomasi tidak resmi. 

Selain memata-matai Mursi, "Operasi Bulan Sabit Hijau" juga mengawasi tim kerja politiknya. Dalam memudahkan kerjanya, unit itu akan merekrut warga Mesir yang punya pengaruh yang dekat presiden untuk memberikan informasi yang bisa disadap.

Operasi yang difasilitasi teknologi komunikasi super canggih oleh Mossad itu memiliki empat target utama. Yakni sedini mungkin menghimpun informasi perkembangan hubungan Mesir di bawah Mursi dan gerakan Hamas Palestina. Kedua, perkembangan hubungan Mesir – Iran. Ketiga, perkembangan hubungan Mesir – Turki. Keempat, pola hubungan presiden dan dewan miiter beserta dinamikanya, termasuk perkembangan perjanjian Camp David. 

Akan berhasilkah rencana Mossad yang telah bocor ke media itu? Jika rencana itu benar, agaknya akan terjadi pertarungan sengit antara Mossad dengan Ikhwanul Muslimin yang juga dikenal sebagai pergerakan Islam yang sangat rapi dan paling terorganisir. http://www.bersamadakwah.com/2012/07/mursi-jadi-presiden-israel-siapkan.html

Kebiadaban ini sudah begitu jelas terpampang. Oleh karena itu, bangsa Israel tidak hanya ditekan untuk menghentikan kekerasan yang dia lakukan, tetapi juga kita harus mengusirnya dari tanah Palestina sebagaimana Rasulullah Saw. juga mengusir Yahudi dari Khaibar.