Minggu, 26 Januari 2014

Menzalimi Binatang saja Dilaknat, Bagaimana bila Menzalimi Manusia!

Diriwayatkan dalam Shahihain, dari hadits Ibnu Umar dan Abu Hurairah Ra., Rasulullah Saw. mengabarkan, “Ada seorang wanita disiksa karena seekor anak kucing yang dikurungnya. Sehingga kucing tersebut mati karena kelaparan. Kerena sebab itu ia masuk neraka.” 

Wanita tersebut tidak memberikan makan dan minum kepada kucing tersebut saat mengurungnya. Ia juga tidak melepaskannya sehingga kucing tersebut bisa mencari makan dari serangga bumi.

Dari Abdullah ibnu ‘Umar ra, ia sedang lewat di depan pemuda-pemuda Quraisy yang melempari seekor burung, dan mereka berikan kepada pemilik burung itu satu tombak untuk setiap lemparan yang salah. Ketika mereka melihat Ibnu ‘Umar datang, pemuda-pemuda itu berlarian, beliau berkata, “Siapa yang lakukan ini? Allah telah laknat pelaku perbuatan ini! Sungguh Rasulullah saw melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai target sasaran (kekerasan).” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Dari Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah saw telah melarang untuk menahan binatang sampai mati (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jika kepada binatang saja sebegini berat sangsi yang diterima seorang yang berbuat zalim, lalu bagaimana jika kezaliman semacam itu ditimpakan kepada manusia?

Betapa Merugi Orang yang Zalim, dan Betapa Beruntung Orang yang Dizalimi

Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Saw.bersabda: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang." (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkan kedalam neraka." (HR. Muslim)

Begitu besar dosa orang yang berbuat zalim sampai-sampai disebut sebagai orang yang bangkrut. Akibat kezalimannya itu, kebaikan yang ada padanya diberikan kepada orang yang dizaliminya hingga tak tersisa lagi dosa kezaliman itu pada dirinya. Apabila amal kebaikannya sudah habis sedangkan dosa kezalimannya masih banyak, maka dosa-dosa orang yang terzalimi dilimpahkan kepadanya hingga bertambahlah dosa yang ada pada dirinya dan berkuranglah dosa kepada orang yang dizaliminya.

Hal ini juga merupakan kabar gembira bagi orang yang terzalimi, hendaknya mereka bersabar karena mereka kelak akan mendapat karunia yang besar dari Allah sebagaimana disebutkan di atas.

Saya tidak membayangkan betapa meruginya orang-orang yang berbuat zalim, dan betapa beruntungnya orang-orang yang terzalimi walaupun tentu saja semua orang tidak senang dizalimi. Namun apabila sudah terzalimi, hendaklah kita bersabar karena kelak kita akan mendapat keuntungan yang besar.

Akhir Hayat Orang yang Zalim

Sering kita mendapati di zaman ini pemimpin negeri yang berakhlak sangat buruk dan zalim. Dia melakukan berbagai tindak kekejaman dan kekejian seperti berkata-kata keji, membunuh, merampas harta yang bukan haknya, menyiksa, dan memfitnah lawannya. Lalu kita berharap orang itu segera mendapatkan hukuman dari Allah Swt. Tapi hukuman itu tidak juga datang hingga kini. Lantas kita pun mulai mereka-reka dan bertanya-tanya, mungkinkah orang yang zalim itu pada hakikatnya orang yang baik sehingga Allah tidak menghukumnya hingga saat ini? Lama kelamaan pemikiran kita bisa menjadi, dia pasti orang yang baik.

Apakah hukuman Allah harus datang seketika itu juga bersamaan dengan apa yang kita harapkan atau harus datang sesuai dengan keinginan kita? Bila kita berdoa, "Ya Allah hukumlah orang zalim itu!" Kemudian kita berpikir, sudah seharusnya pada saat berakhirnya doa, hukuman itu langsung terjadi. Entah ditabrak mobil, dibunuh, pesawat yang ditumpangi jatuh, dan sebagainya. Bukankah doa orang yang teraniaya itu dikabulkan Allah? Pasti Allah langsung mengabulkannya! Begitulah yang ada dalam pikiran kita.

Namun hukuman Allah bagi orang yang zalim datang pada waktu yang tepat dan seringkali datang bukan pada waktu yang kita inginkan. Dan, hukuman itu bisa jadi lebih dahsyat daripada yang kita bayangkan.

"Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (QS. Ibrahim: 42)

Dikisahkan, pada dies natalis ke-5 sebuah perguruan tinggi yang cukup terkenal di Arab Saudi, seorang mahasiswa berdiri di depan aula kampus sambil memperhatikan jarum jamnya seraya berteriak: "Jika Allah itu ada, maka matikanlah aku pada jam setelah jam ini." Ia seorang mahasiswa yang sangat dikagumi di kalangan para mahasiswa dan para dosen karena kecerdasannya.

Tanpa terasa detik demi detik berganti menjadi menit, dan menit demi menit beralih menjadi jam, sehingga jam yang dinantikannya akhirnya tiba juga. Kemudian ketika jam itu berlalu tanpa kematian dirinya, maka dengan sombongnya ia berkata kepada teman-temannya dengan nada suara mencemooh: "Bukankah kalian lihat sendiri, bahwa jika Allah itu ada, niscaya Dia akan mematikanku pada jam tadi, tetapi ternyata aku masih hidup."

Mendengar perkataannya yang ngawur itu, akhirnya sejumlah mahasiswa pergi dari hadapannya. Di antara para mahasiswa itu ada yang terbujuk rayuan setan sehingga di dalam hatinya timbul keragu-raguan. Ada juga kelompok yang berkomentar: "Allah Ta'ala menangguhkan kematiannya semata-mata karena ada suatu hikmah yang terkandung di dalamnya." Kemudian ada kelompok yang hanya menggeleng-gelengkan kepala dan mencemoohkannya.

Kemudian mahasiswa itu pulang ke rumahnya dengan wajah yang ceria serta langkah yang cepat, seakan-akan ia merasa yakin dan bangga dengan argumentasi logikanya tadi karena tidak ada seorangpun yang membantahnya ketika ia mengatakan bahwa: "Allah Ta'ala itu tidak ada, dan manusia ada dengan sendirinya sehingga ia tidak perlu mengenal Tuhan dan tidak akan ada tempat kembali dan perhitungan amal bagi manusia."

Ketika ia memasuki rumahnya, ia mendapati ibunya sedang menyiapkan hidangan makan siang, sementara bapaknya sedang duduk menghadapi hidangan yang tersaji di meja makan sambil menunggu kedatangannya. Melihat hal itu maka mahasiswa itu segera pergi ke kamar mandi, lalu ia mencuci muka dan tangannya sambil berdiri di hadapan ibunya. Pada saat ia sedang mengeringkan tangan dan mukanya dengan sapu tangan tiba-tiba ia jatuh terjerembab di lantai. Tubuhnya diam tidak bergerak sama sekali.

Melihat kejadian itu, kedua orangtuanya panik dan kaget, lalu mereka cepat-cepat membawanya ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata mahasiswa itu telah mati. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, penyebab kematiannya adalah air yang masuk ke dalam telinganya.

Sehubungan dengan kejadian itu tersebut DR. Abdurrazzaq Naufal berkomentar, "Mahasiswa itu mengingkari keberadaan Allah, di mana Allah tidak mematikannya, kecuali dalam keadaan seperti matinya seekor keledai."

Berdasarkan hasil penelitian ilmiah bahwa keledai dan banteng akan mati bila telinganya kemasukan air. Kematian mahasiswa itu terjadi hanya selisih satu jam dari waktu yang dimintanya tadi. (Dikutip dari buku Akhir Hayat Orang yang Zalim karya Ibrahim Abdullah Hazami hlm. 76-77)

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya

Menjelang Kiamat: Kezaliman Merajalela

Saya sangat sedih ketika membaca berita tentang pembantaian umat Islam oleh rezim As-Sisi. Padahal yang dibantai ini tidak bersenjata. Kemarin saja yang syahid sudah di atas angka 50 orang. Setiap hari begini terus; ada yang mati ditembak. Anehnya sebagian pemimpin dari negara-negara Islam, khususnya di Arab sana bukannya menghentikan kezaliman ini malah mendukung pembunuhan ini. Memang seperti inilah tanda-tanda akhir zaman. 

Rasulullah Saw. bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang yang melewati kuburan dan mengatakan, seandainya aku dapat menempati tempatnya.”(HR Asy-Syaikhani) 

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan turun kepada umatku di akhir zaman nanti cobaan yang dahsyat dari pemimpin mereka. Belum pernah terdengar cobaan yang lebih dahsyat darinya sehingga bumi yang luas itu terasa sempit bagi mereka karena bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Seorang mukmin tidak mendapatkan tempat berpindah dari kezaliman itu..." (HR. Hakim)

Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa dahsyatnya kezaliman merajalela menjelang hari kiamat.

Semoga Allah menyelamatkan kita dan memberi kita kesabaran dalam menghadapi kezaliman orang-orang yang zalim ini.

Perpecahan Mujahidin Suriah

Kabarnya di Suriah terjadi pertempuran antar faksi mujahidin. Saya sedih sekali. Padahal jika mereka orang-orang yang beriman, mereka pasti bersatu. Oleh karenanya mereka lebih pantas untuk bersatu ketimbang bersatunya orang-orang kafir, kaum munafikin, dan kaum fasiqin.

Perpecahan ini membuat kemenangan semakin jauh dari kaum mujahidin. Karena salah satu syarat kemenangan adalah persatuan dalam barisan yang kokoh. Tidakkah mereka belajar dari Afghanistan? Pada awalnya kaum mujahidin bersatu untuk mengusir penjajar Soviet. Namun setelah berkuasa, mereka malah berpecah belah antara satu dengan lainnya. Mereka saling bunuh dan saling tikam padahal mereka sesama muslim dan sesama pejuang di jalan Allah. Akhirnya mereka menjadi lemah dan orang-orang kafir dan kaum munafikin merebut kekuasaan dari mereka. Akibat perpecahan, tujuan mulia yang para mujahid ingin tegakkan, tidak terlaksana.

Imam Ibnu Taimiyah berkata, “Perpecahan umat yang telah menimpa para ulama, para masyayikh, umara’, serta para pembesarnya merupakan penyebab berkuasanya musuh atas mereka. Dan itu disebabkan karena mereka telah meninggalkan perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya…”

Allah berfirman:"Dan hendaklah ada dari antara kamu satu golongan yang mengajak kepada kebaikan dan menyeru kepada hal yang ma’ruf serta melarang hal yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (QS. Ali Imran: 104)


Imam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Amar ma’ruf adalah memerintahkan untuk bersatu dan berkumpul adapun nahi mungkar adalah menegakkan hudud dengan Syari’at Allah."

Keras kepada Muslim, Lemah Lembut kepada Orang Kafir

Sufyan bin Husain Al Wasithi berkisah, "Aku bercerita mengenai keburukan seorang lelaki di hadapan Iyas bin Al Muzani, seorang tabi’in yang menjadi hakim Bashrah. Maka ia menatap wajahku dan mengatakan,’Engkau pernah ikut berperang melawan Romawi?’ Aku mengatakan,’Tidak’. ‘Bagaimana dengan Sind (sekarang Pakistan), India, dan Turki?’ Aku mengatakan,’Tidak’. Bagaimana bisa selamat darimu Romawi, Sind, India, dan Turki namun tidak selamat dari saudaramu Muslim?’"


Begitu juga yang terjadi pada sosok As-Sisi dkk yang membantai kaum muslimin di Mesir setiap hari. Mereka begitu kejam dan keras kepada saudaranya yang muslim tetapi tindakan serupa tidak bisa mereka lakukan terhadap orang kafir yang menjadi musuh mereka. Mereka mengerahkan ribuan pasukan, ratusan tank baja, dan puluhan sniper di atas gedung, seolah mereka akan menghadapi peperangan yang dahsyat. Tapi ternyata mereka arahkan semua itu kepada para pendemo yang tidak bersenjata.

Mereka tertawa ketika selesai melakukan pembantaian itu tapi sesungguhnya mereka sedang menertawakan diri mereka sendiri. Di tempat lain, musuh-musuh sedang menertawakan mereka karena menyaksikan betapa pengecutnya mereka. Musuh-musuh itu tidak perlu lagi berperang karena lawan yang sesungguhnya sudah takluk ditangan para pengecut ini.

Sabtu, 25 Januari 2014

Menteri Agama Kudeta Mesir: Boikot Qaradhawi!

Agaknya Kudeta semakin hari semakin kalap dan semakin tidak dapat berfikir jernih dalam menghadapi gerakan anti kudeta.

Mentri Agama Kudeta Muhammad Mukhtar berang dengan Qardhawi Ketua Ulama Islam Sedunia dan meminta agar pihak berwenang segera menarik ijazah Al-Azhar Syaikh Qardhawi; sebagaimana diketahui bersama bahwa Qardhawi adalah jebolan Al-Azhar. Respon berang ini muncul setelah Syaikh Qardhawi menyatakan bahwa referendum konstitusi tidak sah.

Mukhtar juga mengecam fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Syaikh Qardhawi terkait referendum konstitusi dan sikap Al-Azhar yang senantiasa mendandani Kudeta.

DR. Qardhawi tampil di layar TV Aljazeera Mubashir minggu malam dan menilai bahwa hasil referendum konstitusi kudeta di Mesir tidak sah; sebab segala sesuatu yang dibangun diatas kebatilan maka bangunannya tidak legal.


Sebagaimana Syaikh Qardhawi juga menyatakan bahwa semua tuduhan-tuduhan yang sekarang diarahkan kepada Ikhwanul Muslimin adalah tuduhan yang tidak benar dan semena-mena, sebagaimana materi-materi yang dituduhkan kepada Ikhwan tidaklah sejalan dengan konsep dan metode dakwah Ikhwan dan gerakan Ikhwan yang dibangun dengan pondasi damai sepanjang sejarah.(islamion/islamedia/Rs) http://www.islamedia.web.id/2014/01/mentri-agama-kudeta-boikot-qardhawi.html#.UuCHh5nUUMk.facebook

Komentar:
Ulama-ulama kudeta sangat terkesan paranoid. Tampaknya mereka menyadari kebesaran dan pengaruh Al-Imam Yusuf Al-Qaradhawi hafidzahullah bagi dunia Islam. Sehingga mulut Al-Imam Yusuf harus diplester dengan berbagai cara, agar diam. Tapi insya Allah mereka tidak akan mampu dan tidak akan bisa.

Seringkali saya dapati sebagian orang yang pro kudeta mengkritik dan menghina orang-orang yang mengkritik ulama-ulama kudeta; memangnya siapa elo. Tapi sekarang ada orang yang kedudukannya lebih rendah daripada Al-Imam Yusuf, melakukan hal yang lebih berani lagi daripada sekedar mengkritik dan menghina. Jadi, gelar apa yang pantas disematkan kepada ulama kudeta ini, selain julukan sebagai "orang yang tidak punya adab (baca: biadab)".

Syaikh Qaradhawi : Dibawah Kepemimpinan Ahmad Thayyib, Al-Azhar Telah Mempermalukan Mesir

Ketua Persatuan Ulama Islam Sedunia, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengungkapkan bahwa Presiden Mursi sebenarnya telah mendapat laporan dan peringatan dari Turki bahwa Jenderal Sisi yang kala itu adalah Menteri pertahanannya sedang merencanakan Kudeta kepada Presiden Mursi, namun Mursi mengabaikan peringatan Turki itu karena berhusnuzzon bahwa militer tidak akan melakukan hal tersebut karena hal itu tidak sesuai dengan demokrasi dan tidak sah.

Dalam wawancaranya dengan Aljazeera Mubashir Ahad (19/01) malam, Qardhawi mengatakan bahwa Mursi menanggapi peringatan Turki tersebut dengan mengatakan bahwa Militer Mesir dapat dipercaya dan Mursi mengabaikan peringatan tersebut.

Qardhawi menjelaskan bahwa Mursi telah dibohongi dan tidak mendapat dukungan militer sejak awal dan sejak awal tidak diberi kesempatan untuk menyukseskan pemerintahannya.

Qardhawi juga menjelaskan: baru pertama kalinya Mesir dianugerahi seorang presiden yang hafal Alquran, rajin shalat malam, dan berupaya keras agar semua pihak mendapatkan apa yang menjadi haknya. Qardhawi juga menjelaskan bahwa anugerah dan perubahan besar yang dialami negera besar seperti Mesir itu konon memberi dampak positif yang sangat penting kepada dunia Islam lainnya, dimana hal itu menggetarkan berbagai kekuatan luar yang bobrok, sehingga mereka bahu membahu dengan negara-negara arab bobrok di Timur Tengah untuk melumpuhkan Pemerintahan Mursi dan Membabat Habis Ikhwanul Muslimin. 

Ketika ditanya terkait tuduhan bahwa Mursi tidak memperdulikan tuntutan oposisi, Qardhawi menjawab bahwa Mursi dan Ikhwanul Muslimin memikul beban dan tanggung jawab untuk menyelesaikan Tugas Revolusi dalam menumpas Rezim Mubarak dan antek-anteknya.

Qardhawi juga menambahkan bahwa semua yang dibunuh pihak keamanan saat melakukan demo damai tidak diragukan lagi bahwa mereka mati syahid. Qardhawi juga menegaskan bahwa darah dan nyawa para syahid adalah menjadi tanggung jawab kudeta dan pihak Kudeta tidak akan dapat mengelak dari keadilan Allah.

Terkait rencana 25 Januari mendatang, Qardhawi menegaskan bahwa Mesir sudah berubah, urat takut rakyat Mesir sudah putus, dan mereka tidak dapat lagi sabar dengan penahanan-penahanan dan pengekangan kebebasan yang sedang terjadi.

Qardhawi menambahkan bahwa dirinya mendukung penuh rakyat Mesir yang tetap teguh berdiri menantang kondisi yang tidak normal saat ini. Qardhawi mengatakan bahwa saat ini rakyat tidak melihat adanya perubahan sama sekali, bahkan kondisi rakyat Mesir semakin memburuk dibawah kekuasaan berdarah Kudeta.

Terkait Al-Azhar dan Perannya yang menyebabkan Mesir mengalami kondisi mengenaskan saat ini; Qardhawi mengatakan bahwa Al-Azhar melecehkan Mesir dan mempermalukan Mesir. Sebagaimana Qardhawi juga menegaskan bahwa ulama-ulama independen sedunia menentang sikap Al-Azhar saat ini.

Qardhawi juga menjelaskan bahwa Syaikh Ahmad Tayyib adalah Anggota Komisi Politik dan Anggota Inti Rezim Mubarak, sebagaimana Tayyib sedari awal selalu bersikap antipati kepada Mahasiswa-Mahasiswa Ikhwan.

Qardhawi menjelaskan bahwa Al-Azhar sudah buruk semenjak dikendarai oleh pemerintah kudeta. Qardhawi juga menjelaskan bahwa Misi Al-Azhar dan Syaikh-Syaikh Al-Azhar bukanlah mendukung Kudeta dan mendandaninya serta mengaminkan semua tindak-tanduk Kudeta.

Qardhawi juga mengecam Mantan Mufti Ali Jum'ah yang telah menghalalkan darah para demonstran damai yang sedang menantang pemerintahan yang zalim.

Qardhawi menegaskan bahwa dirinya mundur dari Al-Azhar karena dirinya tidak lagi mempercayai Al-Azhar dibawah kepemimpinan Ahmad Thayyib, beliau mengatakan: "saya mengundurkan diri dari Lembaga Ulama Senior dan saya mengumumkan pengunduran diri saya kepada rakyat Mesir dan generasi muda Al-Azhar, bukan kepada Syaikh Al-Azhar." (http://www.islamedia.web.id/2014/01/syaikh-qardhawi-dibawah-kepemimpinan.html)

Komentar:
Mursi sudah diingatkan oleh saudaranya dari intelejen Turki bahwa As-Sisi sedang merencanakan kudeta. Tapi Mursi terlalu polos sehingga terlalu mudah ditipu oleh As-Sisi. 

Seharusnya Mursi percaya pada laporan intelejen Turki tersebut karena Turki sudah berpengalaman dalam kasus ini. Turki sudah pernah mengalami kudeta seperti yang dialami Mursi. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Mursi adalah presiden yang baik dan cinta damai namun kebaikannya disalahgunakan oleh musuh-musuhnya. Sungguh betapa keji dan kejamnya para pembantai itu. Apalagi para pemfitnah yang menuduh beliau dan para pendukungnya sebagai khawarij dan teroris. Semoga Allah melaknat orang-orang zalim. 

Rabu, 22 Januari 2014

Mengapa Kitab Suci Umat Islam Dinamakan Al-Qur'an?

Selama ini mungkin ada yang belum tahu mengapa kitab suci kita dinamakan "Al-Qur'an". Apa arti dari Al-Qur'an? Dengan memahami maknanya, kita akan lebih mengetahui kedudukannya yang agung.

Imam Asy-Syafi'i, Imam Ibnu Katsir, dan yang lainnya meyakini bahwa Al-Qur'an sama posisinya dengan Kitab Zabur, Taurat, dan Injil, sebuah nama yang tidak memiliki asal kata.

Ahli tafsir lain berpendapat bahwa Al-Qur'an berasal dari kata qa-ra-a yang kemudian dilekatkan pada apa yang diturunkan pada Rasul Muhammad Saw. Pendapat ini di dukung Hasan bin Tsabit dan Al-Lihyani. Sementara itu, yang lain berpendapat bahwa kata Al-Qur'an berasal dari kata qur'u yang berarti 'mengumpulkan'. (Lisanul Arab 1/128)

Ibnu Al-Atsir mengatakan, "Dinamakan Al-Qur'an karena mengumpulkan kisah-kisah, perintah dan larangan, janji dan ancaman, ayat dan surat yang saling melengkapi." (An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar 4/30)

Pendapat lain mengatakan Al-Qur'an berasal dari kata qarn karena Al-Qur'an menyatukan surat, ayat, dan huruf. Pendapat terakhir mengatakan bahwa "Al-Qur'an" berasal dari kata qara'in karena yang satu membenarkan dan serupa dengan yang lain.

Para ulama kemudian mendefinisikan Al-Qur'an sebagai "Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang lafadznya merupakan mukjizat, membacanya adalah ibadah, tertulis dalam mushaf, dan tersebar secara mutawatir." Inilah batasan atau definisi yang sudah disepakati oleh seluruh ulama dari mazhab apa pun tanpa ada perbedaan sedikit pun.

Yang menjadi keunikan Al-Qur'an adalah ia mampu mengarahkan siapa pun yang disukai ke jalan yang lebih lurus, bahkan menjanjikan kepada mereka yang beriman dengan balasan tidak berbilang. Ini adalah sebuah tanda bahwa ia bukan bacaan biasa. Semua yang dikandungnya memiliki kedahsyatan yang luar biasa hebatnya.

Nuklir dan Keseimbangan Kekuatan Dunia

Dulu, saya pernah membaca sebuah majalah islam edisi tahun 90-an yang memberitakan tentang pembunuhan yang menimpa ilmuwan-ilmuwan nuklir muslim dari berbagai negara Islam. Saya mencoba mencari informasi mengenai hal ini di internet dan saya temukan informasinya di web ini:http://r-merah.blogspot.com/2012/12/misteri-pembunuhan-enam-ahli-nuklir.html

Mengapa mereka dibunuh? Dari majalah yang saya baca itu, si penulis berita menyimpulkan bahwa pembunuhan itu adalah konspirasi musuh-musuh Íslam terutama Israel yang tidak senang jika sebuah negara Islam memiliki nuklir. Faktanya Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967. Namun atas desakan negara seperti Amerika dan sekutunya, akhirnya Mesir menandatangani traktat perjanjian anti nuklir.

Salah satu ilmuwan nuklir muslim yang masih hidup adalah DR. Abdul Qadir Khan. Beliau dijuluki bapak nuklir Pakistan, karena berkat jasa beliau, Pakistan kini mempunyai nuklir. Pihak Barat sebenarnya tidak menyangka sebelumnya, bagaimana seorang Abdul Qadir mampu membangun instalasi nuklir di Pakistan. Ternyata Abdul Qadir yang saat itu bekerja di instalasi nuklir Amerika Serikat "mencontek" apa yang dia ketahui.

Contekannya itu bukan berwujud tulisan yang dia salin dikertas, tapi berdasarkan daya ingat. Sepulang dari bekerja, dia mencatat apa yang dia lihat ketika berada di instalasi nuklir. Setelah pengetahuan lengkap dia kuasai, dia kembali ke negerinya (Pakistan) untuk mengembangkan teknologi nuklir. Apa yang terjadi setelah Pakistan mampu membuat bom atom? India tidak berani macam-macam. Keadaan sangat jauh berbeda sewaktu Pakistan belum memiliki bom atom; diremehkan.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan DR. Aidh Al Qarni di eramuslim.com mengenai pentingnya negara islam membuat bom nuklir dan persenjataan canggih lainnya sebagai perimbangan kekuasaan. Tulisan itu seruan yang bagus dari seorang doktor di bidang hadits. Jarang-jarang ada doktor di bidang hadits ngomong seperti berikut ini:

"Barat terus melakukan aksi ekspansi jihadnya meluas di seluruh dunia tetapi di sisi lainnya mereka melarang kita (Muslim) untuk melakukan hal yang sama ?

Di sini saya berbicara fakta bahwa Barat telah menghasilkan rudal nuklir, tapi mereka mencegah kita melakukan hal itu, mereka dibiarkan menempati tanah kami sementara mereka sangat ketat melindungi wilayahnya sendiri, dan mereka invasi pada lautan kami, dan mereka menjaga ketat wilayah lautnya dari pihak lain.

Pabrik mereka memproduksi roket, bom, rudal, fregat, peluncur roket dan kapal induk, sementara pabrik-pabrik kami hanya diperbolehkan memproduksi permen karet dan Pepsi.

Barat memperingatkan kita tentang larangan tindakan agresi kemanapun dan upaya memperoleh senjata, sementara itu mereka meluncurkan serangan kemanapun dan distribusi senjata siang dan malam ke daerah yang mereka inginkan.

Hal ini karena Barat adalah cerdas dan tahu bahwa ”Kekuatan” yang merupakan sumber dari segala sosok kehormatan dan keagungan." (http://www.eramuslim.com/nasehat-ulama/wahai-muslim-buatlah-roket-nuklir-bom-dan-jangan-buat-puisi.htm#.Ut90i9L-Irh)

Dulu Indonesia punya Prof. Ahmad Baiquni, ahli fisika nuklir pertama sehingga bisa dibilang beliau adalah bapak nuklir Indonesia, namun sayang keahlian beliau tidak dimanfaatkan dengan baik. Karena Indonesia harus tunduk pada undang-undang anti nuklir dunia. Padahal yang membuat undang-undang itu adalah negara-negara maju terutama dari Barat yang notabene memiliki hulu leedak nuklir dinegaranya masing-masing.

Undang-undang anti nuklir (Non Proliferasi Nuklir) diadakan karena adanya kekhawatiran terjadinya perang nuklir di masa depan. Amerika Serikat cs takut nuklir-nuklir itu disalahgunakan. Bagi Amerika, yang berhak mempunyai nuklir hanya kelompok mereka saja karena mereka merasa lebih beradab dibanding negara-negara lain. Ini adalah kebohongan besar Amerika dkk. Padahal hakikatnya mereka sedang berupaya mengamankan kekuasaan mereka sebagai polisi dunia. Sejarah membuktikan justru Amerika-lah yang pertama kali menggunakan nuklir untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.

Sudah seharusnya negara-negara Islam mempunyai teknologi nuklir sebagai upaya menjaga kehormatan dari pengkerdilan musuh-musuh Islam. Apabila ada lembaga-lembaga anti nuklir menentangnya tidak perlu risau, toh mereka tidak menentang kepemilikan nuklir di negara seperti Amerika dan Israel.

Selasa, 21 Januari 2014

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Setelah membaca buku "Kebangkitan Islam di Andalusia" karya Ahmad Mahmud Himayah, saya memperoleh banyak informasi baru berkenaan dengan Islam di Andalusia. Pada kesempatan ini saya ingin membahas informasi baru yang saya peroleh itu. Saya ingin fokus pada tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia: Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu. 

Untuk memulai pembahasan poin di atas satu persatu, alangkah baiknya kita menyimak terlebih dahulu sejarah singkat Islam di Andalusia. Tujuannya sebagai pengantar secara umum.

Letak Andalusia
Luas wilayah Andalusia sekitar 700 ribu KM2, meliputi sebagian besar wilayah Spanyol sekarang, seluruh wilayah Portugis, dan sebagian besar wilayah bagian selatan Perancis. 

Penaklukan Andalusia
Islam pertama kali masuk ke Andalusia pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Kekhalifahan Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik. 

Dalam proses penaklukan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif bin Malik, Tharik bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. 

Thariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Andalusia karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Tidak sampai satu abad setelah kemenangan Islam, seluruh warga Andalusia menyatakan keislamannya.

Ilmuwan dan Ulama Andalusia
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Andalusia adalah Abu Bakr Muhammad bin al-Sayigh (Ibnu Bajjah). Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr bin Thufail (Ibnu Thufail). Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova.

Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun.

Abbas bin Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim bin Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad bin Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. 

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibnu Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Andalusia yang kemudian pindah ke Afrika. 

Dalam bidang fikih, Andalusia dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad bin Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr bin al-Quthiyah, Munzir bin Sa’id al-Baluthi dan Ibnu Hazm yang terkenal.

Dalam bidang musik dan seni suara, Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas. 

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang Alfiyah, Ibnu Huruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibnu Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi. 

Kemegahan Bangunan di Andalusia
Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada. 

Demikianlah sedikit ulasan tentang kejayaan, kemegahan dan kemewahan peradaban Islam di Andalusia. Selanjutnya kita akan memasuki tiga catatan penting sebab-sebab runtuhnya peradaban Islam di Andalusia. 

Perpecahan Umat Islam pada Saat Itu
Umat Islam Andalusia tidak ada bedanya dengan umat Islam lainnya di seluruh penjuru dunia. Mereka satu akidah dengan kita, berpegang teguh pada madzhab Ahlussunnah Waljamaah. Oleh karenanya, ketika mereka sedang dalam keadaan menghadapi kesulitan dan penindasan, mereka meminta pertolongan kepada saudara-saudaranya sesama muslim yang memiliki kekuatan untuk membantu mereka. Di antara yang dimintai pertolongan adalah Kerajaan Islam di Maroko dan Kekhalifahan Utsmaniyah. Di antara isi surat yang mereka tuliskan kepada kedua kerajaan itu disebutkan sebagai berikut:

Salam sejahtera kami haturkan untuk yang mulia, dari seorang hamba yang tertindas di Andalusia, wilayah sebelah barat bumi Maroko.
Dengan dikelilingi oleh lautan Roma yang membentang luas dan lautan raya yang dalam dan pekat. 
Salam sejahtera untuk semua, dari seorang hamba yang terluka akibat bencana berat yang menimpa.
Kami dikhianati dan ditindas, agama kami diubah dengan paksa, kami dianiaya dengan keji dan kejam.
Namun, kami tetap berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad Saw., melawan tentara salib berdasarkan satu niat.
Saat kami membina perjanjian perdamaian, mereka malah mengkhianati dan melanggarnya.
Bukan sekali mereka melanggar perjanjian, bahkan sebelumnya berkali-kali mereka mengingkari dan menindas kami dengan kekerasan dan penganiayaan.
Mereka membakar kitab suci umat Islam dan mencampakkannya ke tempat-tempat sampah sehingga berbaur dengan najis.

Kitab suci yang kami jadikan sandaran dalam setiap urusan, mereka campakkan dengan keji dan zalim.
Kami dipaksa mencaci Nabi, dan dilarang untuk menyebut namanya, baik pada saat senggang maupun tertindas. 
Kalau ada satu orang atau satu kelompok orang yang melantunkan namanya, bahaya siksa dan azab mengancam mereka.
Nama-nama kami diubah dengan nama yang tidak kami senangi. Sayang seribu sayang, mereka mengubah agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. dengan agama anjing-anjing Romawi, makhluk terburuk di muka bumi.
Kami pun akan menjadi hamba sahaya yang tidak bertuan, menjadi umat Islam yang tidak bisa mengucapkan kalimat syahadatain. 
Jika kedua bola mata insan menyaksikan, betapa kesulitan yang kami derita, ia akan mencurahkan hujan airmata. 
Betapa pedih yang kami rasakan, menahan derita nestapa yang terus menyelimuti. 

Dalam surat ini tampak bahwa mereka sangat membutuhkan sekali bantuan dari umat Islam lainnya. Mereka mengiba, menangis, dan 'mengemis' belas kasihan raja-raja Islam. Namun sayang beribu kali sayang, bantuan yang diharapkan tidak turun-turun. Hal ini semakin membuat mereka terisolasi dan semakin lama menanggung beban penderitaan. Umat Islam di Andalusia diberikan tiga pilihan oleh kerajaan Kristen: Masuk Kristen, Keluar dari Andalusia, atau dibunuh! Jumlah mereka yang dibunuh mencapai puluhan ribu jiwa. Sebagian mereka ada yang murtad atau pura-pura murtad. Mereka yang murtad ini selalu diawasi oleh intelejen Kerajaan Kristen pada saat itu. Bila terbukti masih beragama Islam maka akan ditangkap dan dihukum. Apalagi mereka yang merencanakan pemberontakan, tak tanggung-tanggung akan dihukum mati! Digantung dan dikuliti kemudian di arak keliling kota sebagaimana yang terjadi pada diri para mujahidin pada saat itu. 

Ketika membaca kalimat demi kalimat buku itu, yang penuh dengan kepiluan dan kesedihan, saya merasa heran bila saat itu sedikit sekali bantuan yang dapat umat Islam Andalusia terima. Di manakah kerajaan Islam Maroko yang notabene saat itu bersebelahan dengan umat Islam Andalusia? Di manakah kekhalifahan Utsmaniyah yang dengan gemilang berhasil menaklukan Konstantinopel? Sayang dalam buku itu tidak membahas mengapa Khalifah Utsmaniyah tidak turun membantu umat Islam Andalusia. Jadi pada kesempatan ini saya fokuskan saja pada Kerajaan Islam Maroko sebagai tetangga terdekat Andalusia. 

Ternyata jawabannya sungguh mengejutkan: Raja Maroko ingin mencari aman saja. Karena bila mereka terlalu jauh terlibat dalam konflik yang terjadi di Andalusia, kekuasaan mereka akan terancam. Kerajaan Kristen akan menyerang mereka atau melakukan praktek adu domba sesama anggota keluarga kerajaan seperti yang terjadi di Andalusia. Intinya, kerajaan Kristen akan berupaya mempersulit keadaan kerajaan Islam Maroko. Akhirnya, mereka pun mengambil jarak terhadap umat Islam di Andalusia. 

Kenyataan ini tampaknya juga diderita oleh pemimpin negara-negara Islam saat ini. Mereka tidak berani memberikan bantuan secara penuh, terutama militer, kepada umat Islam yang tertindas seperti di Palestina, Suriah, Afghanistan, Irak, dan Mindanao. Mereka lebih memilih mengamankan kekuasaan mereka. Memang sejarah telah mencatatkan para pemimpin yang membantu para mujahidin nasibnya sering berakhir tragis, seperti yang dialami Raja Faishal dari Arab Saudi dan Jenderal Zia Ul Haq dari Pakistan. Tapi itulah resiko perjuangan. Bila tidak ada pengorbanan tidak akan ada kemenangan. Para mujahid pasti sudah siap dengan kematian, karena kematian bisa menjadi jalan kemenangan bagi mereka. 

Cinta Dunia dan Takut Mati 
Awal abad ke 16 adalah titik nadir umat Islam Andalusia. Mereka sedang bersiap diri menghadapi keruntuhan, sebuah keruntuhan yang dicatat dalam sejarah. Sebuah keruntuhan yang mengundang kepiluan dan kesedihan yang mendalam. Selama delapan abad lamanya mereka berkuasa di Andalusia dan mendirikan sebuah peradaban yang besar; peradaban ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Peradaban yang mengantarkan mereka menjadi kerajaan paling digdaya di seantero dunia saat itu. 

Bukanlah kekalahan dan kemenangan itu terjadi karena pihak luar, tetapi terjadi pada umat Islam itu sendiri, dengan izin Allah tentunya. Sebagaimana firman Allah Swt., "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga ia mengubahnya sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Pada saat itu kerajaan Islam Andalusia sudah tercabik-cabik menjadi kerajaan-kerajaan kecil (di dalam buku ini tertulis menjadi 23 kerajaan kecil). Masing-masing anggota kerajaan ingin memiliki kekuasaan. Mereka saling tikam antara satu dengan yang lain. Raja atau sultan silih berganti berkuasa. Anak membunuh ayahnya, keponakan membunuh pamannya tampaknya sudah menjadi lumrah pada saat itu. Bahkan yang paling buruk adalah anggota kerajaan itu meminta tolong Raja-Raja Kristen untuk membantu mereka menyingkirkan orang-orang yang menurut mereka menghalangi ambisi mereka dalam meraih kekuasaan. Tentu saja setiap bantuan yang diberikan harus dengan imbalan yang memadai. Dan imbalan itu nyatanya sangat besar jumlahnya. Terus saja seperti ini kejadiannya. Dengan sendirinya Raja-Raja Kristen menjadi mudah mengadu domba atas sesama anggota kerajaan Islam Andalusia. Daerah kekuasaan Islam Andalusia sedikit demi sedikit digrogoti oleh Kerajaan Kristen. 

Fakta lain, pasti ada saja muncul pahlawan-pahlawan yang menyerukan perang suci menghadapi kaum kufar. Mereka menyerukan kepada kaum muslimin Andalusia untuk bangkit menghadapi pasukan Kristen. Ada saatnya mereka menang, tapi seringkali mereka kalah. Hal ini terjadi karena kurangnya dukungan pihak kerajaan terhadap aksi mereka. Mereka berjuang secara sporadis dengan jumlah personel terbatas walaupun sangat mematikan. Salah satu di antara para pahlawan itu adalah Jenderal Musa bin Abi Ghassan. Kata-katanya yang paling terkenal, "Mati syahid di bawah reruntuhan pagar Granada lebih mulia daripada hidup di bawah penindasan." Tetapi suara yang mendominasi saat itu menghendaki Granada diserahkan kepada musuh. Tetapi Musa bin Abi Ghassan tidak setuju. Ia berteriak dan berkata, "Kita lebih baik menyebutkan siapa-siapa saja yang menghendaki perjuangan mempertahankan Granada dan siapa yang menghendaki penyerahannya ke tangan musuh." Namun sayang, tidak ada seorang pun yang mendengarkan dan mendukungnya.

Akhirnya, dia pergi meninggalkan majelis kerajaan dan menunggang kudanya meninggalkan Granada yang merupakan benteng paling utama dari Kerajaan Islam Andalusia. Hingga suatu saat dia bertemu dengan sekelompok pasukan Kristen, ia langsung menyerang dengan ganas menggunakan pisau dan pedangnya. Namun, tentara musuh semakin banyak yang mengepungnya. Dan ketika hendak ditawan, ia mengambil inisiatif untuk menyeburkan dirinya ke dalam laut.

Sementara itu, Raja Abu Abdillah bersegera menyerahkan Granada ke kerajaan Kristen Spanyol. Salah satu dari dua orang yang menjadi negosiator penyerahan Granada ke tangan kerajaan Kristen adalah Ibnu Kamasyah, seorang menteri yang murtad. Ia memeluk agama Kristen setelah penyerahan, bahkan menjadi seorang pendeta besar.

Bukan hanya menteri yang murtad, banyak dari keluarga kerajaan dan pemuka kaum yang murtad. Mereka memeluk Kristen setelah Granada diserahkan kepada Kerajaan Kristen, antara lain: Dua orang pangeran, yakni Sa'ad dan Nasr bin Sultan Abil Hasan, ibunya yang bernama Mahma, Pangeran Yahya An-Niyar, anak paman Raja Abu Abdillah bin Zaghl dan Panglima Mariya bersama anak dan istrinya. Nama-nama mereka diganti dengan nama-nama Kristen.

Demikianlah Andalusia tenggelam karena ruh Islam yang ada dalam jiwa mengalami kematian, sehingga kerusakan pun merajalela. Hal itu diperburuk dengan pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang muslim. 

Memudarnya Peran Ulama 
Lantas, di manakah para ulamanya? Buku ini tidak membahasnya secara khusus kecuali sekelebat-sekelebat. Padahal poin ini sangat penting untuk dibahas karena para ulama pada hakikatnya memiliki peran yang sentral di tengah masyarakat. Dengan resolusi jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy'ari contohnya, memotivasi umat Islam di Indonesia untuk melawan penjajahan. Tapi setidaknya saya mendapatkan gambaran secara umum dari buku ini. Yaitu betapa lemahnya peran dan pengaruh ulama pada saat itu. Karena faktanya majelis kerajaan juga diisi oleh banyak ulama, misalnya di dalamnya ada seorang Qadhi atau Mufti. Tapi mengapa mereka seolah diam, bahkan larut dalam pemikiran Raja yang penuh kelemahan, cinta dunia dan takut mati?

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peradaban Islam di Andalusia? Pertama, keadaan umat Islam saat ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan keadaan umat Islam di Andalusia pada saat itu. Jadi, janganlah berputus asa! Harapan atas kebangkitan itu selalu ada. Kedua, persatuan, tarbiyah, dan ulama harus menjadi perhatian serius bagi umat yang ingin meraih kejayaannya kembali. Ketiganya adalah kesatuan yang utuh, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ketiganya adalah pilar-pilar bagi kebangkitan umat Islam. Ketiga, kebangkitan dan keruntuhan adalah bagian dari Sunnatullah. Allah pergilirkan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki. Kebangkitan setelah keruntuhan bukanlah mustahil terjadi. Umat Islam dapat memetik pelajaran berharga dari peristiwa keruntuhan Andalusia agar dapat meraih kejayaan di masa yang akan datang.

Totalitas dalam Menuntut Ilmu

Imam Al Haramain Al Juwaini merupakan ulama yang benar-benar total dalam masalah ilmu, hingga beliau tidak main-main dalam mengusai dan menyampaikannya. Ini bisa dilihat dari keseriuasan beliau dalam menghafal ilmu.

Pernah beliau menyatakan,”Aku tidak berbicara mengenai ilmu kalam, kecuali setelah menghafal pendapat Qadhi Abu Bakr Al Baqilani setebal 12 ribu halaman.” (Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 3/259)

Allahu Akbar!!

Begitupun juga pernah dilakukan oleh Imam Ibnu Taimiyah, untuk menafsirkan satu ayat saja, beliau telah membaca 100 kitab tafsir. Dan apabila mengalami kesulitan dalam memahami suatu ilmu, beliau sujud dan berdoa, "Ya Allah, Tuhan yang mengajari Adam dan Ibrahim, ajarilah aku."

Ahli kedokteran di zaman keemasan Islam, Ibnu Sina, pernah membaca 40 kali buku metafisikanya Aristoteles hingga beliau paham. Seorang orientalis mengomentari hal ini dengan berkata, "Pasti dia memiliki perut yang sangat kuat." Maksudnya, komentar itu sebagai pujian betapa tekunnya Ibnu Sina dalam mengulang-ulang bacaan yang dia baca.

Yang lain, ada ulama yang telah mengulang-ulang kitab Bulughul Maram sebanyak 200 kali. Sudah berapa kalikah kita membacanya? Atau sudahkah kita membacanya? Bagaimana dengan kitab-kitab yang lain, seperti Hadits-Hadits Bukhari, Muslim, dan Riyadhus Shalihin, apakah kita pernah membacanya?

Mungkin kita tidak bisa melakukan apa yang telah dilakukan para ulama dan ilmuwan besar itu. Tapi setidaknya kita dapat mengambil pelajaran darinya sebagai motivasi dalam hidup kita. Sebagai cambuk untuk menyemangati hidup kita. Mari kita lebih bersemangat lagi dalam menuntut ilmu dan membaca. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada dengan kegiatan yang tidak bermanfaat.

Akhir Kehidupan Kita adalah Cermin Masa Lalu Kita

Beberapa hari yang lalu saya bertemu sepasang suami istri. Keduanya menemui saya untuk membeli 350 Al Quran. Total pembeliannya mencapai sekitar 15 juta rupiah. Terus terang pembelian ini adalah pembelian eceran terbesar yang pernah saya dapatkan. Saya merasa penasaran untuk apa Al Quran sebanyak itu. Jawaban sang ibu, untuk disumbangkan sebagai wakaf anaknya yang wafat seminggu yang lalu. Anaknya wafat dalam usia 7 tahun. Anaknya ini sudah hafal 2 juz Al Quran; juz 29 dan 30. Disaat menjelang wafat, sang anak selalu mengulang-ulang hafalannya. Hingga saat membaca surat An Naba ayat pertama dan kedua, anaknya menghembuskan nafas terakhir. (Catatan ayat pertama dan kedua berbunyi: "tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar (hari berbangkit).")

Saya tertegun mendengar kisah ini. Membuat bulu kuduk saya merinding. Subhanallah dihari itu saya mendapatkan pelajaran berharga dari seorang anak kecil yang istiqomah menjaga hafalan Qurannya.

Saya pernah mendapat cerita yang hampir serupa dari seorang teman yang berprofesi sebagai perawat di bagian UGD sebuah rumah sakit di kota Bandung. Sering dia temui orang-orang yang sedang sakaratul maut melakukan hal yang aneh. Di antara mereka ada yang mengigau menyanyi lagu dangdut, ada yang menanyakan masalah-masalah duniawi, ada yang kesulitan melafalkan kalimat talqin, dan sebagainya. Sebaliknya ada yang terus menerus berdzikir hingga wafatnya.

Kata teman saya ini, biasanya apa yang terjadi di akhir kehidupan kita menjadi cermin dari apa yang biasa kita lakukan di masa lalu kita. Orang yang senang menyanyi dangdut ya ujung-ujungnya menyanyi dangdut pula. Orang yang senang berdzikir, ujung-ujungnya senang berdzikir pula. Begitu seterusnya.

Semoga Allah memberikan kita hidayah dan kekuatan untuk beramal saleh dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya. Semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah dan pulang dengan membawa rahmat-Nya yang mulia.

Senin, 20 Januari 2014

Sejarah Antara Penulis Sekuler dan Muslim

Bila sejarah modern banyak ditulis oleh orang-orang sekuler, sejarah dimasa kejayaan Islam justru ditulis oleh para ulama. Sebut saja misalnya kitab Tarikh yang ditulis Imam Ath-Thabari, Imam Ibnu Atsir, Imam Ibnu Katsir, Imam As-Suyuthi, mereka selain ahli sejarah juga pakar dibidang ilmu agama. Seolah sejarah telah masuk dalam ilmu agama itu sendiri. Dampak penulisan sejarah akan jauh berbeda antara penulis sejarah dari kaum sekuler dengan penulis sejarah dari para ulama. Yang pertama berupaya melepaskan ruh dan nilai-nilai agama yang terkandung di dalamnya sehingga seolah sejarah adalah milik mereka. Sedangkan yang kedua menuliskan sejarah apa adanya sambil memetik ibrah (pelajaran) yang terkandung di dalamnya.

Bagi mereka yang pernah membaca buku "Menemukan Sejarah" atau buku "Api Sejarah" karya Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, akan menemukan fakta-fakta mengejutkan yang tidak kita peroleh dari buku-buku sejarah yang kita baca waktu kita duduk dibangku sekolah dulu.

Di dalam buku sejarah Indonesia pada umumnya tidak kita temukan betapa dekatnya RA. Kartini pada Islam dan kepedulian beliau terhadap ilmu Islam. Tidak kita temukan bahwa sesungguhnya Sisingamangaraja dan Patimura adalah dua orang muslim yang taat. Tidak kita temukan sejarah luar biasa penaklukan batavia oleh Fatahillah yang menamai daerah penaklukannya dengan nama "Fathan Mubina" atau "Kemenangan yang nyata" yang kemudian menjadi "Jayakarta" atau "Jakarta" yang mempunyai arti yang sama. Kalimat "Fathan Mubina" diambil dari QS. Al-Fath: 1. Saya ingat, waktu SD saya mendapati komik penaklukan Jakarta ini. Para pejuangnya ditampilkan bertelanjang dada dengan rambut digulung dan celana pendek diatas lutut seperti orang-orang hindu majapahit. Padahal para penakluk itu adalah para mujahid dan para ulama dengan jubahnya yang khas. Mereka tidak mungkin membuka auratnya apalagi ketika berada di medan jihad.

Prof. Ahmad Mansur adalah seorang sejarawan muslim yang sangat kental dengan semangat keislaman. Bandingkan dengan sejarawan sekuler yang menulis sejarah Indonesia pada umumnya, fakta-fakta seperti di atas tidak kita temukan. Tentu saja hal ini mempunyai dampak yang besar bagi umat Islam Indonesia, yaitu menjauhkan umat Islam dari agamanya yang haq dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Islam Indonesia tidak mengenal sejarahnya yang membanggakan, yang ditoreh oleh para ulama, syuhada, dan pahlawan Islam. Umat Islam Indonesia hanya mengenal nama-nama para pahlawan tanpa tahu landasan dan niat para pahlawan itu dalam berjuang.

Sabtu, 18 Januari 2014

Madzhab Imam Asy'ari

Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan seseorang. Tampaknya dia tidak senang dengan pendapat saya yang menyebutkan bahwa Imam Abul Hasan Al Asy'ari ber-madzhab Hanbali. Katanya, tidak mungkin Imam Al Asy'ari bermadzhab Hanbali karena murid-murid dan pengikutnya bermadzhab Syafi'i. 

Saya tahu hal itu karena banyak orang akan berpandangan seperti itu. Hampir mustahil rasanya Imam Asy'ari bermadzhabkan Hanbali karena ajaran Asy'ariyah sendiri sangat "dimusuhi" oleh sebagian pengikut madzhab Hanbali. Saya katakan sebagian karena toh tidak semua pengikut madzhab Hanbali menolak ajaran Asy'ariyah. Walaupun pada kenyataannya yang sebagian ini sangat nyaring suaranya sehingga seolah menutup peluang untuk menyebutkan hakikat bahwa sesungguhnya Imam Asy'ari bermadzhabkan Hanbali.

Apa bukti Imam Asy'ari bermadzhabkan Hanbali? Yaitu perkataan beliau dalam kitab al-Ibanah an Ushuli Diyanah hal. 17: Apabila seseorang bertan­ya, “Kamu mengingkari perkataan Mu’tazilah, Qadariyyah, Jahmi­yyah, Haruriyyah, Rafidhah, dan Murji’ah. Maka terangkan kepada kami pendapatmu dan keyaki­nanmu yang engkau beribadah ke­pada Allah dengannya!” Jawablah, “Pendapat dan keyakinan yang kami pegangi adalah berpegang teguh dengan kitab Rabb kita, sunnah Nabi kita Shalallahu ‘alaihi wasallam dan apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, dan para ahli hadits. Kami berpegang teguh dengannya. Dan berpendapat dengan apa yang di­katakan oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.”

Untuk memperjelasnya kalimat terakhir harus kita garis bawahi. Tampaklah dengan jelas pernyataan beliau jika beliau sendiri bermadzhabkan Hanbali, bukan Syafi'i. Mengenai ulama pengikut beliau yang seluruhnya bermadzhabkan Syafi'i, tidak seratus persen benar. Karena di antara para ulama madzhab lain juga ada pengikut Imam Asy'ari. Dalam hal ini ulama madzhab Hanbali, di antaranya: al-Imam ibn Sam’un al-Wa’izh, Abu Khaththab al-Kalwadzani, Abu al-Wafa bin ‘Aqil, al-Hafizh ibn al-Jawzi dan lain-lain. Namun kemudian sejak abad pertengahan terjadi kesenjangan hubungan antara pengikut al-Asy’ari dengan pengikut madzhab Hanbali. Jadilah para pengikut al-Asy'ari mengambil jarak dengan madzhab Hanbali dengan mengikuti madzhab ahlussunnah yang lain.

Mengenai guru dan murid berbeda madzhab sebenarnya banyak kita temui dalam buku-buku sejarah Islam. Misalnya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau adalah ulama bermadzhabkan Hanbali. Murid beliau yang terkenal adalah Imam Ibnu Qudamah Al-Hanbali penulis kitab Al-Mughni. Di antara bukti lain bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani bermadzhabkan Hanbali adalah penuturan sejarawan Islam, yakni Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A'lamin Nubala, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Ia seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau." Namun kemudian Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani lebih dikenal oleh orang Indonesia bermadzhabkan Syafi'i. Itu sah-sah saja karena bisa jadi pengikut beliau kebanyakan bermadzhabkan Syafi'i. Tapi yang menjadi masalah ketika ada orang yang tetap ngotot mengatakan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani bermadzhabkan Syafi'i hanya karena kebanyakan pengikutnya bermadzhabkan Syafi'i.

Contoh yang lain guru dan murid beda madzhab adalah antara Imam Ibnu Taimiyah yang bermadzhabkan Hanbali dengan Imam Ibnu Katsir yang bermadzhab Syafi'i. Tapi anehnya ada sebagian orang berpandangan bahwa Imam Ibnu Katsir itu bermadzhab Hanbali. Mungkinkah hanya gara-gara guru Imam Ibnu Katsir, yakni Imam Ibnu Taimiyah bermadzhabkan Hanbali jadinya orang tersebut berpandangan demikian.

Sejarah harus diceritakan apa adanya. Jangan ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi. Karena sejarah yang ditambah-tambahi atau dikurangi artinya manipulasi. Keesokan harinya anak cucu kita buta akan sejarah yang sesungguhnya. Naudzubillahi mindzalik.

Syiah Masuk Parlemen

Partai Nasdem menjagokan tokoh Syiah Indonesia Zulfan Lindan menjadi bakal calon anggota DPR RI,untuk Daerah Pemilihan Aceh II. Saat ini dia tinggal di Jl.Mimosa, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,cukup dekat dengan markas besar Syiah ICC (Islamic Cultural Center).
Zulfan Lindan pernah menjabat Ketua ormas Syiah IJABI (ikatan Jama’ah Ahul Bait Indonesia)  tahun 2004-2008, sekarang aktif di Partai Nasional Demokrat (Nasdem) setelah loncat dari PDIP. Sebelumnya pentolan Syiah ini adalah anggota Komisi IX DPR dari PDI-P. Tahun 2014, dia bakal maju sebagai caleg Partai Nasdem.
Alumni Universitas Jayabaya ini pernah berziarah ke kota suci Syiah Karbala, Irak pada tahun 2011 untuk memperingati Arbain Husein bersama rombongan dari Indonesia. 
Zulfan Lindan lahir di Aceh 1 November 1956, dia berhasil mendirikan HMI cabang UI, Depok, yang menganut pemikiran Syiah dan tercatat pernah aktif membina dan mengkader para mahasiswa dengan doktrin-doktrin Syiah.
Selama beberapa tahun HMI UI dikuasai oleh mahasiswa-mahasiswa Syiah hingga tahun 1995 HMI pecah menjadi dua kubu; yakni kubu pro Syiah dan kubu anti-Syiah.
Belakangan kubu anti-Syiah didukung pengurus HMI pusat dan kubu pro-Syiah terdepak dari HMI. Alumni HMI Syiah ini lalu mendirikan FAHMI (Forum Alumni HMI).
Di tahun 2007 mantan politisi dari PDI-P ini mendatangi tempat kediaman Mbah Maridjan di Desa Kinah Rejo, Sleman, Yogyakarta. Maksud kedatangannya adalah untuk memohon restu karena Zulfan berniat maju sebagai calon presiden pada 2009 silam dan untuk mendongkrak popularitasnya, namun obsesinya tersebut gagal terealisasi.
Zulfan juga tercatat sebagai Ketua Umum Gerakan Masyarakat Penerus Bung Karno yang baru-baru ini mengadakan jumpa pers soal toleransi di Jakarta, Jumat (3/1/2014). Hadir juga dalam acara ini, antara lain Ketua Dewan Syura Ahlul Bait Indonesia (ABI) Umar Shahab mewakili Syiah, Koordinator Solidaritas Korban Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkeyakinan Pendeta Palti Panjaitan, dan Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Jeirry Sumampow.
Pada intinya acara itu diadakan untuk mencari simpati massa terhadap kaum Syiah yang dikesankan mereka adalah kaum minoritas yang tertindas.
Kekuasaan dan Imamah
Konsep Imamah adalah doktrin syiah yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi ajaran lainnya dengan konsep ” Taqiyah “. Tetapi dalam masalah Imamah ini, seperti mereka tidak bisa bertaqiyah. Ulama kontemporer mereka Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi mengarang buku ” Ashlu Syiah wa Usuluha ” dalam rangka untuk ( At-Taqrib ) mendekatkan antara Syiah dan Sunnah, maka buku ini dikirim ke seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di dalam buku tersebut Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi menjelaskan dengan gamblang bahwa masalah Imamah adalah masalah yang paling mendasar dalam Syiah Imamiyah dan merupakan titik perbedaan yang paling penting antara Syiah dengan Sunnah. 
Di dalam konsep Imamah ini didapatkan poin-poin sebagai berikut :
  1. Imamah merupakan jabatan Ilahi, maka yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah Subahanahu wa Ta’ala  secara langsung melalui nash.
  2. Wilayah ( Kepimpinan ) merupakan rukun Islam yang kelima. 
  3. Para Imam yang berjumlah 12 orang mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus. 
  4. Para imam mereka lebih utama dari ulul azmi dari kalangan nabi.
  5. Yang mengingkari salah satu Imam sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk dalam neraka selama-lamanya. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah mereka.
  6. Imam mereka mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka.
  7. Para Imam adalah maksum ( terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka juga terjaga dari kelengahan, kekeliruan dan lupa.
Doktrin Imamah ini sebagaimana telah disebut di atas, merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah yang mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al Qur’an, Pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah mereka, dan lain-lainnya.
http://www.arrahmah.com/news/2014/01/17/zulfan-lindan-tokoh-syiah-yang-jadi-caleg-partai-nasdem-waspadalah.html#sthash.vPd8YWSl.dpuf

Komentar:
Kaum Syiah, sebagaimana juga dilakukan JIL, tidak mencalegkan diri mereka dalam satu partai tertentu. Mereka tersebar ke beberapa partai tujuannya untuk mendapat posisi yang bagus dalam nomer urut. Misalnya yang lain, Jalaluddin Rahmat mendapat nomer urut satu DPR RI untuk daerah pemilihan Garut dari PDIP. Yang lain ada Abu Bakar Al-Habsyi dari demokrat (sekarang masih anggota DPR RI). Ketika lolos, mereka akan mengamankan lembaga syiah mereka apabila mendapat tentangan dari kaum muslimin. Membuat satu partai syiah pada saat ini sama saja mati konyol; menjadi sasaran tembak yang sangat mudah dicari. Tapi mungkin setelah mereka kuat, mereka bisa membuatnya dan bisa-bisa menjadi nomer satu di negeri ini apabila pengikut Syiah juga bertambah banyak. Seperti yang terjadi di Irak, Suriah, Libanon, Kuwait, dan Bahrain. Jadi, jangan heran bila kemudian kita tidak mencegahnya dari sekarang dengan beramai-ramai memilih partai Islam. Pilihlah partai Islam yang tepat di mana tidak ada orang syiah di dalamnya.

Catatan saya untuk media Islam online seperti Arrahmah.com, kalian jangan hanya bisa memberitakan tanpa memberikan solusi yang paling memungkinkan pada saat ini. Kalian jangan hanya bisa mengatakan demokrasi itu haram sementara kalian saksikan sendiri JIL dan kaum syiah melakukan apa yang kalian bilang haram itu. Pilihlah prioritas dalam bergerak saat ini, jangan menghina gerakan Islam yang lain yang kini masuk dalam parlemen. Mari kita saling bekerjasama dalam masalah-masalah yang disepakati dan menolelir perbedaan pandangan.