Rabu, 10 Juli 2013

Ketika Militer Mesir Membredel Media Islam


"Sebutir peluru mungkin membunuh seorang manusia, tetapi kamera (media) yang menipu mampu 'membunuh' sebuah bangsa. Musnahkanlah berita-berita palsu dari stasiun-stasiun TV yang menipu. Ia bertujuan untuk menyebarkan kejahatan, pembunuhan dan menghancurkan Mesir." 

Ketika media Islam di Mesir diberangus oleh militer, maka saya tidak percaya lagi media selainnya. Karena posisinya menjadi tidak lagi seimbang dan pemberitaan menjadi tidak adil dan objektif. Maka, memilih cara seperti ini tampaknya dianjurkan dalam Al-Qur'an: Berita-berita yang datangnya dari orang saleh lebih baik daripada berita yang datangnya dari orang-orang fasik, munafik, dan kafir. Oleh karena itu, ambillah berita dari orang saleh dan tabayunlah apabila berita tersebut disampaikan oleh orang-orang jahat.


Dukungan Peraih Nobel Terhadap Muhammad Mursi

Penerima anugerah Nobel di Yaman, Tawakkul Karman menarik balik dukungannya terhadap penggulingan presiden terpilih Mesir Muhammad Mursi sebelum ini.


Dalam laman Facebook, ia menulis bahwa apa yang terjadi pada 3 Juli adalah satu kudeta.



“Saya telah menjadi mangsa konspirasi besar ini, yang saya sendiri tidak tahu dimensinya. Saya memohon maaf kepada dunia atas kesertaan saya dalam menuntut penurunan presiden pertama Mesir yang dipilih secara sah,” katanya.

Dia turut mengutuk pembunuhan di kawasan bangunan Garda Republik di Kairo, merujuk penembakan kepada sekurang-kurangnya 51 orang yang mayoritasnya adalah pro-Mursi.

Pada 2 Juli lalu, ia menulis dalam akun pribadi Twitter bahwa ia bersama dengan anti-Mursi : “Medan Tahrir seperti lautan yang senantiasa benar.”

Tawakkul Karman menerima Penghargaan Nobel pada 2011 dan merupakan wajah yang paling dikenali dengan revolusi di Yaman. Ia merupakan ketua oposisi, aktivis kemanusiaan, wartawan, ahli politik, dan seorang ibu.
http://news.fimadani.com/read/2013/07/09/tawakkul-karman-tarik-dukungan-atas-kudeta-mesir/#.Uduztbg3-LM.facebook

Komentar:
Saya saja orang yang bodoh tidak tertipu. Bagaimana Anda orang yang cerdas tertipu? Anda seharusnya memperbaiki kesalahan Anda dengan kebaikan. Bagus, Anda telah menyadari kesalahan Anda. Tapi kata-kata penyesalan saja tidak cukup. Anda harus melakukan lebih dari itu. Karena kata-kata Anda yang lalu, bisa saja merubah seseorang dari pro-mursi menjadi anti mursi, dari kebenaran menjadi kebatilan. Anda bisa menyadari kesalahan Anda, tapi apakah Anda juga dapat menyadari kesalahan orang yang telah Anda sesatkan?

Minggu, 07 Juli 2013

Kaum Syiah Turut Menggulingkan Mursi


Kelompok Syiah dilaporkan tengah bergerak untuk menggulingkan Presiden Mesir Muhammad Mursi. Mereka memobilisasi lebih dari 100 ribu warga Mesir penganut Syiah menandatangani pernyataan pemberontakan yang bertujuan menarik kepercayaan terhadap pemerintahan Mursi.


Juru bicara komunitas Syiah Mesir Bahaa Anwar dalam pernyataannya Sabtu (1/6) lalu mengatakan, sebanyak 100.253 orang Syiah Mesir telah menandatangani pernyataan itu. Sebagian penandatangan tinggal di luar negeri, lapor Al-Ahram.

Selain Syiah, kalangan sekuler Mesir adalah motor kampanye “pemberontakan” itu. Mereka mengklaim, sejak “pemberontakan” digulirkan 1 Mei 2013 lalu, sampai saat ini sudah terkumpul 7 juta tanda tangan. 

Kampanye tersebut berusaha mendapatkan 15 juta tanda tangan guna mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Mursi, untuk melampaui 13,2 juta suara yang didapat Mursi dalam pemilu presiden yang dimenangkannya tahun lalu. (
http://www.bersamadakwah.com/2013/06/syiah-kumpulkan-tanda-tangan-gulingkan.html)



Komentar:
Sejarah pengkhianatan syiah sangat panjang. Sejarahnya mungkin sama panjangnya dengan sejarah Islam itu sendiri khususnya bermula sejak zaman Khalifah Umar bin Khaththab yang dibunuh oleh Abu Lu’luah Al-Majusi. Abu Lu'luah oleh orang syiah dijuluki "Baba Syujauddin" (sang pembela agama yang gagah berani).

Salah satu sejarah pengkhianatan mereka disebutkan oleh sejarawan Mesir, Imam Al-Maqrizi dalam kitab-nya (as-suluk), tentang rencana pembunuhan pahlawan Islam, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Mereka adalah orang-orang yang berusaha menegakkan kembali daulah Syiah Fatimiyah di Mesir yang sebelumnya dihancurkan oleh Shalahuddin. Alhamdulillah, Sultan Shalahuddin berhasil menggagalkan rencana itu dengan membasmi mereka terlebih dahulu sebelum rencana mereka dilaksanakan. Peperangan antara orang-orang Syiah dengan ahlussunnah tidak hanya sekali dua kali saja tapi berkali-kali. Kesimpulannya, pengusiran orang-orang syiah yang sesat dari tanah Mesir ditegakkan dengan jihad.

Jika kini orang-orang syiah tersebut berkhianat, itu bukan suatu hal yang aneh bagi mereka. Mereka berdiam dan bahkan senang ketika ajaran mereka tersebar khususnya dikalangan ahlussunnah, namun disaat ahlussunnah membatasi gerak mereka dan menghentikan langkah mereka, mereka akan menjadi pemberontak dan wujud asli mereka terlihat jelas seperti orang kafir bahkan lebih berbahaya daripada orang kafir itu sendiri.

عن يونس بن عبد الأعلى يقول: سمعتُ الشافعي إذا ذُكر الرّافضةُ عَابَهُمْ أَشَدَّ الْعَيْبِ فَيَقُوْل شَرَّ عِصَابَةِ

Dari Yunus bin Abdil A’la, beliau berkata: “Saya telah mendengar Imam Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Syiah itu Kelompok terjelek.” Manaqib Imam as-Syafii oleh Imam Baihaqi, Juz 2:486

Ulama Mujahid

Bila kita mmbaca sejarah para ulama besar. Ternyata mereka tidak lepas dari jihad/ amar ma'ruf nahi munkar. Misalnya saja, 4 imam mazhab, imam Said bin Jubair, Imam Ibnu Hazm, Imam Nawawi, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnul Qayyim, Syaikh Sayyid Sabiq, Imam Hasan Al-Banna. Mereka pernah disiksa dan dipenjara oleh rezim pada saat itu. Alasannya? Mereka mengatakan kalimatul haq walaupun terasa pahit kepada para penguasa. Seolah penjara dan siksaan menjadi bagian hidup mereka.

Ada penelitian sejarah menarik yang disampaikan Imam Ibnu Al Jauzy dalam kitab Shaidul Khathir. Ternyata para ulama yamg mandiri hdupnya dan tidak meminta-minta kepada penguasa, memiliki tingkat keilmuan dan kesalehan lebih tinggi dibandingkan dengan para ulama penguasa. Mungkin karena harta yang mereka makan atau interaksi mereka dengan para penguasa yang banyak mencerminkan kezaliman dan kejahilan.

Yang paling hebat di antara para ulama adalah perpaduan antara ulama dan penguasa. Seperti Khulafaur Rasyidin. Di antara para sahabat nabi, para ulama sepakat jika keempat khalifah tersebut berada pada jajaran sahabat nabi tertinggi dan utama. Karena mereka bisa menjadikan kekuasaan sebagai jalan taqarub dan menegakkan syariat-Nya, jalan yang sulit ditempuh bagi penguasa zalim dan jahil.

Sabtu, 06 Juli 2013

Kezaliman Kembali Terjadi Di Mesir


Saya menonton berita di televisi, para polisi menangkapi 300 tokoh Ikhwanul Muslimin dan membunuh demonstran pro mursi. Saya tidak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya melainkan doa-doa yang keluar dari lubuk hati terdalam. Karena doa adalah senjata orang yang beriman. 


Setiap kali hati ini bersedih mengingat saudara-saudaraku di Mesir, saya lantunkan doa. Setiap kali mendengar berita siksaan yang dialami saudara-saudaraku di Mesir, saya berdoa bak orang yang terzalimi. Karena doa orang yang terzalimi akan dikabulkan Allah.

Selasa, 02 Juli 2013

Ekspor Sekularisme Barat Ke Dunia Islam

Kekecewaan Barat terhadap agamnya bertambah ketika mengingat sejarah kelam otoritas Gereja pada abad pertengahan. Mereka seakan dihantui trauma kekejaman lembaga inquisisi Gereja. Sebelum zaman Revolusi, Gereja, menurut beberapa sarjana Barat telah menyalah gunakan otoritasnya.

Inquisisi adalah institusi Gereja yang sangat kejam menghukum orang-orang heretic dan orang yang menentang hukum Bibel. Sebagai wakil Tuhan di bumi, Gereja berhak menghukum penganut Kristen yang membangkang. Para Pendeta juga berhak mengampuni dosa manusia.


Seorang ilmuan Galileo Galileo dihukum karena menyebarkan teori heliocentric yaitu teori yang menyatakan matahari adalah pusat tata surya. Temuan Galileo ini bertentangan dengan Bibel bahwa bumi adalah pusat tata surya dan berbentuk datar. Karena khawatir iman umat Kristiani tergoyahkan oleh temuan Galileo, maka Galileo dipaksa mencabut pernyataan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Di depan Mahkamah Gereja, Galileo terpaksa menyatakan janji tidak akan mempertahankan dan menyebarkan temuannya tersebut. 


Nasib Galileo masih mendingan dibanding kaum Kristen heretic. Mereka disiksa dengan sangat kejam. Di dalam ruang Gereja disiapkan tempat khusus untuk penyiksaan. Peter de Rosa, seorang tokoh Gereja, menyebut kekejian institusi Inquisisi sangat luar biasa di luar batas kemanusiaan. Suatu hari pasukan Spanyol menemukan mayat-mayat berlumuran darah dalam keadaan telanjang dan dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Sampai-sampai tentara Spanyol ngeri menyaksikan ruang penyiksaan inquisisi tersebut.


Kekecewaan Barat terhadap agama tidak hanya disebabkan kerancuan konsep ketuhanan dan kekejaman otoritas Gereja. Bibel sebagai kitab suci juga dianggap sumber masalah. Bahasa, isi dan sejarah Bibel mulai diperdebatkan ketika para pengkritik menemukan keganjilan isi Bibel.


Sampai kini belum ditemukan naskah asli berbahasa Ibrani atau Aram. Bahasa Injil yang menjadi rujukan penerjemahannya pun bukan bahasa yang digunakan oleh Yesus. Rujukan penerjemahannya adalah berbahasa Greek (Yunani). Injil Perjanjian Baru (The New Testament) ditulis dalam kurun waktu yang sangat panjang, kurang lebih 300 tahun setelah wafatnya Yesus, dan ditulis oleh berbagai pengarang dalam berbagai bahasa dan versi. Pada saat itu tidak kurang dari 40 jenis karangan yang ditulis. Lamanya rentang waktu penulisan ini sangat rawan pemalsuan dan kesalahan.


Injil saat ini pun adalah hasil voting Konsili Nicea. Pada tahun 331 M, pasca-Konsili Nicea, di bawah kuasa dan pengawasan Kaisar Roma Konstantin, ditetapkanlah Injil Resmi seperti yang kita kenal sekarang ini. Injil Perjanjian baru itu adalah (Injil Markus, Matius, Lukan dan Yohanes). Injil resmi Kaisar Roma tersebut dinamakan Injil Kanonik, sedangkan Injil-Injil lain dibakar dan dimusnahkan.


Standar apa yang dipakai Kaisar Roma tersebut untuk menyeleksi berbagai versi Injil, tidak jelas. Hingga kini bahasa Injil asli masih misteri yang tidak bisa dipecahkan. Saat ini ada sekitar 5000 manuskrip teks Bibel dalam bahasa Greek, yang berbeda satu dengan lainnya.


Berangkat dari kontroversi ajaran Kristen ini, Barat kemudian memberontak. Agama dianggap sumber masalah. Sebagai konsekuensinya, mereka membuat tembok pemisah antara agama dengan  aspek-aspek kehidupan.


Lahirlah paham sekularisme, liberalisme dan humanisme. Sekularisme dianggap sebagai solusi dalam menjalani kehidupan orang Barat. Karena dengan sekuler Barat terlepas dari dogma-dogma agama yang mengkungkung kebebasan akal.


Segala problematika tidak harus dikembalikan pada agama secara kaku. Manusia yang memiliki akal berhak mengatur kehidupannya sendiri tanpa campur tangan hukum Tuhan. Manusia adalah segalanya. Bahkan paham humanisme mengajak manusia untuk berpaling dari Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan dipandang akan menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat.


Paham humanisme ini berkembang cukup pesat di Barat. Agama tidak lagi memberi solusi, namun sebalikanya menciptakan problematika yang pelik. Lebih dari itu, keyakinan religius dipandang sebagai faktor yang menciptakan konflik antar manusia. Maka, tidak salah jika seorang ilmuan Barat Jack Nelson Pallymeyer gelisah ketika menyaksikan kekejaman perilaku manusia atas nama Tuhan. Dalam bukunya "Is Religion Killing Us" ia menyebut Islam, Kristen dan Yahudi telah melakukan kejahatan terhadap manusia melalui doktrin kitab sucinya.


Pandangan Nelseon ini sebenarnya muncul dari rasa trauma Barat terhadap ajaran Gereja.


Paham Sekularisme, Liberalisme dan Humanisme ini pada dasarnya menggiring orang Barat pada Ateisme. Arus Liberalisasi dan humanisasi agama, telah memberi peluang orang Barat untuk menafsirkan agama sesuai dengan logikanya. Humanisme adalah aliran filsafat modern yang memberi ruang kebebasa manusia untuk menafsirkan arti Tuhan. Menrurut aliran ini, manusia adalah pusat dari segala hal, bukan Tuhan. Maka, bermain-main dengan agama dan konsep ket-Tuhan-an bukan lagi menjadi keharaman. Bahkan pernah ditemukan seorang Barat mentato pantatnya dengan nama Yesus.


Fenomena Ateisme telah menjadi tren masyarakat Barat Postmodern. Beberapa laporan menunjukkan Gereja Eropa saat ini semakin sepi. Itu pun diisi dengan orang-orangtua. Bahkan karena kosong, sejumlah Gereja di Belanda dijual. Beberapa orang masih mengakui eksistensi Tuhan, tapi menolak untuk beragama.


Bagi yang masih memiliki naluri keberagamaan yang kuat, ia lari kepada agama-agama lain yang mengajarkan aspek spiritual. Fenomena ini semestinya disambut dangan cerdas oleh umat Islam. Peluang mengembangkan ajaran Islam di Eropa semakin lama terbuka lebar. Oleh Karena itu kita tunggu da’i-da’i yang bersedia menyelamatkan Barat dari paham Ateisme yang kering akan nilai-nilai spiritual ini. (http://hidayatullah.com/read/27817/23/03/2013/mengapa-barat-memilih-ateis-(2).html#.Ucx7YuxrmnM.facebook)


Komentar:

Pertentangan kaum rasionalis dengan orang-orang gereja sangat kuat. Awal mulanya, dengan kekuatan yang dimilikinya dari para Raja di abad pertengahan, pihak gereja mampu memenangkan pertarungan ini. Tapi secara hati dan pikiran, pendukung kaum rasionalis makin banyak. Sebagian mereka ateis, sebagian lagi agnostik. Semakin hari pula gereja-gereja di Barat sepi peminat dan pengunjung. 

Sampai disini, kaum rasionalis berada pada satu tahap ke depan. Namun yang ada dipikiran mereka adalah pemikiran tunggal; untuk membedah agama lain, mereka merasa cukup membedah agama mereka sendiri. Kemudian lahirlah istilah pluralisme; agama itu sama; sama buruk dan baiknya. Kalau Kristen menyukai kekerasan, berarti Islam juga. Kalau Kristen itu tidak rasional berarti Islam juga. 


Yang paling berbahaya dari virus ini adalah umat Islam yang terbaratkan atau termutadkan dengan pemikiran ini. Mereka memandang dari sudut pandang yang sama dari yang dilakukan oleh orang-orang Barat itu. Oleh karena itu, jangan heran pula bila virus ini sudah masuk ke dalam diri seseorang, niscaya orang itu menjadi kafir ateis meskipun sebelumnya dia muslim. Naudzubillah


“Menurut keyakinan kita, suatu kemajuan, pembangunan, ketinggian dan martabat yang mulia diantara bangsa-bangsa, bagi kita umat Islam, tidaklah dapat dicapai kalau tidak berdasar kepada akidah dan akhlak Islam! Orang Barat bisa saja berjuang mempertahankan tanah airnya, tampil ke medan perang, bertempur melawan musuh sambil minum vodka dan whisky, sambil menyanyi, dan berdansa dan sambil istirahat pergi ke tempat perempuan lacur yang sudah disediakan untuk pelepaskan dahaga mereka.” (Buya HAMKA)

Trinitas: Awal Ateisme Barat

BELUM lama ini, sebuah kelompok bernamaFreedom From Religion Foundation (FFRF) menuntut Departemen Keuangan Amerika Serikat untuk menghilangkan slogan "In God We Trust" (Kepada Tuhan Kami Percaya, red) dari semua mata uang AS. Menurut FFRF, slogan "In God We Trust" menyinggung warganegara AS yang tidak menganut agama atau ketuhanan.

FFRF beserta dengan 19 penuntut lainnya mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri AS untuk Wilayah Selatan New York (01/02/2013).

Penggugat berargumen bahwa slogan yang tercantum di mata uang Negeri Paman Sam tersebut melanggar Amandemen Pertama dan Kelima UUD AS serta Religious Freedom Restoration Act tahun 1993.

Penggugat menyatakan bahwa slogan "In God We Trust" menyinggung dan menyerang kaum ateis, agnostik, humanis sekuler, pemikir bebas, dan skeptik. Setiap kali menggunakan mata uang AS, mereka terpaksa membuat pengakuan yang tidak sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.

"In God We Trust" sesungguhnya dianggap sebagai frase yang berbau agama," kata Dan Barker, wakil presiden FFRF untuk daerah Wisconsin, dikutip Christian Post.

Meningkatnya pengikut Ateis
Masyarakat Barat tampaknya masih terus dilanda krisis teologi yang serius. Di Amerika dan Inggris, dalam sebuah riset terbaru menunjukkan, prosentase orang yang tidak percaya Tuhan meningkat.

Di saat jumlah penganut Ateis meningka, jumlah penganut Kristen di wilayah England dan Wales menurun 13 persen dalam waktu 10 tahun terakhir. Ditemukan bahwa 25,1 persen orang mengidentifikasi diri mereka sebagai Ateis (non believers) naik dari 14,8 persen satu dekade sebelumnya. Jumlah kaum Ateis meningkat di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.


Sebuah survei tahun 2005 yang diterbitkan dalam Encyclopedia Britannica menempatkan Ateis pada sekitar 11,9 persen dari populasi dunia. Sebuah survei Uni Eropa resmi baru-baru ini mengatakan bahwa 18 persen dari penduduk Uni Eropa tidak percaya pada Tuhan.

The Washington Post melaporkan pada bulan September 2012, Ateis adalah gerakan yang tumbuh di seluruh Eropa, mempengaruhi politik dan media massa.

Sensus baru ini juga menemukan bahwa jumlah orang Kristen mengalami penurunan di Inggris. Andrew Copson, Chief Executive dari British Humanist Association, mengatakan  bahwa penurunan jumlah orang Kristen adalah 'benar-benar signifikan'.

Ada lebih dari 47.000 gereja di Inggris, dan 42 juta warga Inggris pemeluk Kristen. Lebih dari 70 persen dari populasi, menganggap diri mereka Kristen. Dalam sebuah studi yang dirilis pada tahun 2005, Christian Research yang berbasis di Inggris, menemukan bahwa  jumlah orang Kristen yang menghadiri ibadah Minggu turun dua pertiga selama tiga dekade berikutnya.


Penelitian dari The Future of The Church, memperkirakan dari total jumlah orang Kristen 9,4 persen akan turun menjadi 5 persen pada tahun 2040. Penelitian ini juga memperkirakan karena kehadiran jemaat ke gereja yang terus menurun, akan memaksa sekitar 18.000 gereja untuk ditutup. [baca: Islam jadi Agama Tercepat di Inggris dan Amerika]

Alhasil, Ateisme pun sekarang menjadi tren orang Barat.Paham Ateisme dapat dilacak akarnya pada zaman pencerahan (reneissance) Eropa. Reneissance bagi Barat adalah momentum untuk bangkit, keluar dari zaman kegelapan (The Dark Age).

Selama ratusan tahun mereka seakan hidup dalam penjara yang begitu gelap. Copernicus (1473-1543) dan Galileo (1564-1642) dihukum karena pendapatnya tentang teori heliosentris bertentangan dengan Gereja.

Gugatan Barat terhadap agamanya juga dipicu oleh kebingungan mereka dalam merumuskan makna religion dan konsep ketuhanan Yesus. Karen Amstrong dalam The Story of God mengatakan Tuhan adalah abstrak dan penjelasan-penjelasan yang ada membosankan.


“Semua perbincangan tentang Tuhan adalah perbincangan yang sulit” kesimpulan Amstrong.

Tuhan Yesus pun diragukan eksistensinya. Doktrin Trinitas yang sulit dipecahkan membuat ilmuan Barat bertambah confuse. Bahkan pada titik ekstrim, mereka putus asa mendiskusikan tentang Tuhan dengan mempertanyakan keberadaan Yesus. Groenen dalam Sejarah Dogma Kristologi:Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat Kristen menyimpulkan, kemisteriusan Yesus tidak dapat dijangkau akal. Bahkan ia mempertanyakan apakah Yesus itu ada atau tidak.

Seorang teolog Kristen, Schleiermacher, secara kritis menyatakan bahwa doktrin Kristen tentang ketuhanan membuat keimanan menjadi rentan terhadap skeptisisme. Ia menggugat adanya tuhan tiga. Menurutnya konsep ini adalah dogma yang tidak masuk akal. Bahkan karena begitu putus asa, Nietzsche mengatakan bahwa Tuhan telah mati.

Menurut Nietzche, kematian Tuhan akan mendatangkan fase sejarah manusia yang lebih baru dan lebih tinggi. Ia menganjurkan agar manusia membebaskan dirinya dari bayang-bayang Tuhan. Manusia, menurut  Nietzche, harus menjadi Tuhan agar ia bisa menentukan nasibnya sendiri.  (http://hidayatullah.com/read/27798/22/03/2013/mengapa-barat-memilih-ateis?-%28bagian-1%29.html#.Ucx5zBOHtuw.facebook)

Komentar:
Salah satu permasalahan yang menyebabkan orang Barat menjadi ateis adalah konsep Trinitas dalam Kristen. Hal ini banyak diakui sendiri oleh para ilmuwan dan cendikiawan di Barat. Ilmuwan terkemuka, Sir Isaac Newton (abad ke-17 M), mempunyai minat pada agama dan teologi. Pada awal th 1690-an, ia mengirimkan kepada sahabatnya, John Locke, satu kopi tulisannya yang mencoba membuktikan bahwa ayat-ayat yang menyiratkan Trinitas di dalam Perjanjian Baru adalah tambahan belakangan yang disisipkan oleh kubu Athanasius. Ketika John Locke berniat menerbitkan karya itu, Newton segera menariknya kembali, karena takut pandangannya yang anti-Trinitas diketahui umum.

Bagi orang yang berakal sehat, konsep trinitas sama sekali tidak logis. Ia hanya doktrin yang dipaksakan oleh para pendeta Kristen dan Katolik. The Encyclopedia Americana mengatakan bahwa Trinitas dianggap “di luar jangkauan akal manusia.”


Banyak orang yang menerima Trinitas menganggapnya demikian. Monsignor Eugene Clark berkata: “Allah itu satu, dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan yang seperti ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”

Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri yang sangat dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.”Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang tidak dapat dimengerti tentang Allah Trinitas.” Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya apa doktrin itu, atau bagaimana hal itu harus dijelaskan, para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di antara mereka sendiri.”

Maka, kita dapat mengerti mengapa New Catholic Encyclopedia berkata: “Hanya sedikit diantara guru-guru teologi Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu waktu tidak dipojokkan oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di pihak para siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan yang serupa di pihak guru-guru mereka.”

Kebenaran dari pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan mengunjungi suatu perpustakaan dan memeriksa buku-buku yang mendukung Trinitas. Tak terhitung banyaknya halaman yang ditulis dalam upaya untuk menjelaskannya. Namun, setelah bersusah payah memeriksa istilah-istilah teologi yang membingungkan dan penjelasannya, para peneliti masih tetap tidak puas.

Mengenai ini, imam Yesuit Joseph Bracken mengatakan dalam bukunya What Are They Saying About the Trinity?: “Para imam yang dengan cukup banyak upaya telah mempelajari... Tritunggal selama tahun-tahun mereka di seminari tentu saja ragu-ragu untuk menyampaikannya kepada jemaah mereka dari mimbar, bahkan pada hari Minggu. Tritunggal... Untuk apa seseorang akan membuat umatnya bosan dengan sesuatu yang pada akhirnya pun tidak akan mereka mengerti dengan benar?”

Ia juga berkata: “Tritunggal adalah soal kepercayaan formal, namun hal itu hanya sedikit atau tidak [berpengaruh] dalam kehidupan dan ibadat Kristen sehari-hari.” Meskipun demikian, ini adalah “doktrin utama” dari gereja-gereja!

Teolog Katolik Hans Kung menyatakan dalam bukunya Christianity and the World Religions bahwa Trinitas merupakan satu alasan mengapa gereja-gereja tidak berhasil membuat kemajuan yang berarti di kalangan orang bukan Kristen. Ia berkata: “Bahkan orang Muslim yang terpelajar, sama sekali tidak dapat mengerti, sebagaimana juga orang-orang Yahudi sebegitu jauh tidak dapat memahami, gagasan mengenai Trinitas... Perbedaan yang dibuat oleh doktrin Tritunggal antara satu Allah dan tiga hypostase [zat] tidak memuaskan orang Muslim, yang bukannya merasa mendapat penjelasan, tetapi justru merasa bingung, oleh istilah-istilah teologi yang berasal dari bahasa Syria, Yunani, dan Latin.

Orang-orang Muslim menganggap ini semua permainan kata... Mengapa seseorang ingin menambahkan sesuatu kepada gagasan mengenai keesaan dan keunikan Allah yang hanya dapat mengencerkan atau meniadakan keesaan dan keunikan itu?”

Masalah Trinitas inilah yang menjadi awal ateisme di Barat.