Senin, 30 April 2012

Tidak Goyah Oleh Cobaan


Sidney J. Haris dalam bukunya, Mind Power, berkisah: “Aku berjalan dengan seorang temanku menuju sebuah stand koran malam itu. Ia membeli sebuah koran. Dengan sopan ia mengucapkan terima kasih kepada penjualnya. Namun, penjual koran itu tidak mempedulikan ucapan tersebut.

“Orang yang tidak sopan, ya?” komentarku.

“Oh, setiap malam ia selalu begitu,” sangkal temanku.

“Lalu, mengapa Anda terus begitu sopan kepadanya?” tanyaku.

“Mengapa tidak?” sanggahnya. “Mengapa aku membiarkannya menentukan bagaimana aku akan bertindak?”

Saat memikirkan kejadian itu selanjutnya, muncul dalam benakku bahwa ungkapan yang penting adalah “tindakan”. Temanku bertindak terhadap orang lain; kebanyakan kita bereaksi terhadap mereka.

Ia memiliki suatu indera keseimbangan mental yang tidak ada pada sebagian besar kita; ia tahu siapa dirinya, untuk apa ia bersikap, dan bagaimana ia akan berperilaku. Ia tidak mau membalas ketidaksopanan dengan ketidaksopanan karena dengan itu ia tidak lagi mampu mengendalikan perilakunya.”

Setiap hari, sikap kita ditantang oleh orang lain dari peristiwa di luar. Bagaimana kita akan bersikap? Apakah akan membiarkan kemalangan atau rintangan menghentikan kita untuk terus maju? Atau apakah kita akan melihat situasi dengan obyektif dan mencari pelajaran yang bisa di dapat atau tindakan yang bisa dilakukan untuk merubah keadaan? Apakah kita akan membiarkan orang yang negatif mempengaruhi hari kita, hidup kita?

Tidak! Tidak ada yang dapat mengubah pendirian kita. Kita akan terus berkarya walau orang-orang menghina, mencibir dan mencemooh kita. Kita akan bertekad hingga tugas yang kita kerjakan selesai. Jika mereka memandang kita dengan sebelah mata, jadikan itu sebagai cambuk bagi kita untuk berbuat terbaik, semaksimal mungkin. Kita tidak mungkin dikalahkan oleh keadaan karena kita diciptakan sebagai pemenang!

Sesungguhnya perbuatan baik kita pada orang lain akan kembali pada diri kita. Jika orang tidak menghormati atas apa yang telah kita lakukan, bukan tugas kita membuat orang itu menghormati kita. Yang penting bagi kita berbuat kebaikan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Bukankah Nabi Muhammad Saw. adalah seorang dermawan, jujur, lagi santun? Namun ketika orang-orang mulai menyiksa dan menghinanya, apakah hal itu membuatnya mundur ke belakang dari tugas dakwahnya? Tidak! Bahkan beliau berkata, andaikan bulan ditangan kiriku dan matahari ditangan kananku, beliau tak akan menghentikan dakwah itu.

Begitupun dengan yang terjadi pada Imam Ahmad bin Hanbal. Di saat negara mengadopsi pemikiran mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Quran adalah makhluk, di saat pembesar-pembesar negeri saat itu memaksa sejumlah ulama untuk mau mengakui doktrin itu, ia dengan tegas menolaknya. Beliau tetap dengan pendiriannya, al-Quran adalah kalamullah. Sebuah kebenaran itu tidak dilihat dari sudut pandang banyak atau sedikitnya orang. Kebenaran itu diberikan kepada orang-orang yang istiqomah dan tidak goyah oleh serbuan-serbuan informasi yang belum tentu benar.

Minggu, 29 April 2012

Melihat Kebaikan dalam Segala Hal

Segala sesuatu yang diciptakan pasti memiliki tujuan dan nilai tersendiri. Tugas kita sebagai manusia adalah beribadah untuk mendapat ridha Allah. Bila kita dapat belajar melakukannya, kita dapat belajar mengasuh jiwa kita. Sangat mudah melihat kebaikan Allah dalam indahnya matahari terbit, gemerlapnya bulan dan bintang, senyum manis adik kita, pegunungan yang indah, atau deburan ombak yang menerpa karang dan pantai berpasir. Namun, dapatkah kita belajar menemukan kesucian dalam situasi yang tidak mengenakkan? Melalui cobaan hidup yang berat, tragedi keluarga, atau cobaan hidup?

Sebuah kisah yang dimuat surat kabar nasional menuturkan tentang perjuangan seorang ibu yang anaknya menderita penyakit Autis. Autis adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Sang ibu sangat marah, frustasi, dan kecewa saat tahu anaknya menderita Autis. Namun, dia segera sadar bahwa apa yang dilakukannya itu tidak akan menyelesaikan masalah. Kemudian dia mulai mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan penyakit Autis. Mulai dari uji pendengaran BERA, EEG, sampai ke CT scan. Dengan penuh kegigihan, dia membawa anaknya itu ke Australia.

Tak ingin ditaklukan keadaan, pencariannya juga merambah ke dunia maya. Lewat internet, ia berkonsultasi dengan pakar Autis di luar negeri. Berbagai terapi dijalani; terapi wicara, terapi okupasi, terapi pendidikan khusus, sampai terapi diet. Dia juga berhasil menyabet gelar master Health Counseling dari Curtin University dan berhasil menulis tiga buah buku tentang Autis. Kejadian itu juga membuatnya untuk lebih dekat dengan anaknya dan juga mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya.

Dari hasil telaahnya, anak Autis memiliki kelemahan dalam pendengaran, tetapi memiliki kelebihan dalam penglihatan. Gayatri – si ibu – kemudian mengeksplorasi kelebihan tadi. Bersama suami, ia memperkenalkan berbagai profesi berdasarkan kelebihan dalam penglihatan. Di kelas enam, Ananda – anaknya yang menderita Autis – mulai menekuni dunia fotografi. Kelak, ia ingin menjadi seorang fotografer. Ananda kini juga sudah mahir berbahasa Inggris.

Sahabatku, betapa agungnya Allah menciptakan semua ini.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَّاتَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ {3} ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ


"(Allah) Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah." (QS. al-Mulk: 3-4).

Bila hidup diisi dengan rasa rindu untuk melihat kesucian setiap hari, hal ajaib akan mulai terjadi. Suatu perasaan damai merekah. Bila kita sadar dunia ini hadir karena kekuasaan Allah, itu saja sudah memunculkan sesuatu yang istimewa. Bila kita ingat fakta spiritual ini ketika menghadapi orang yang sedang ditimpa kesulitan, hal ini akan memperluas sudut pandang kita. Ini akan selalu membantu kita untuk selalu mengingat Allah, baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Kita benar-benar diberkahi untuk melakukan apa yang kita kerjakan.

Di suatu tempat, di dalam kepala kita, cobalah untuk mengingat bahwa ada kebaikan Allah dalam segala hal. Kenyataan bahwa kita tidak bisa melihat keindahan di dalam suatu hal bukanlah berarti keindahan itu tidak ada di dalamnya. Sebaliknya, itu berarti kita tidak cukup cermat mencarinya atau tidak memiliki sudut pandang yang cukup luas untuk melihatnya.

Sabtu, 28 April 2012

Apakah Dampak Buruk Dosa Mesti Nampak Seketika?

Saya membaca buku “Agar Tak Terjerumus Dosa” karya Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Lidaan. Setelah membaca daftar isi, ada satu bab yang menarik perhatian saya. Lalu saya memulai membaca bab itu. Judul babnya: “Apakah Dampak Buruk Dosa Mesti Nampak Seketika?” Judul bab ini menarik perhatian saya. Saya sering bertanya, apakah dosa yang kita lakukan selama di dunia pasti akan Allah balas di dunia juga atau hanya dibalas diakhirat nanti?

Menurut buku itu, dampak buruk dosa pasti akan nampak meskipun tidak seketika pada saat setelah melakukan dosa itu. Syaikh Abdullah mengutip beberapa pernyataan orang-orang saleh jaman dulu. Ibnu Sirin Rahimahullah berkata, “Masih hangat dalam ingatanku dosa yang disebabkan hutang, persis saat kejadiannya. Kala itu tepatnya empat puluh tahun lalu aku berkata kepada seseorang; Hai si pailit.... Sekarang aku yang bangkrut.”

Amar bin Murrah berkata, “Aku pernah melihat seorang gadis yang menarik perhatianku dan sekarang aku buta. Semoga musibah ini menjadi penghapus dosaku itu.”

Saya tambahkan: Dahulu, tangan-tangan saudara-saudara Nabi Yusuf As. menyiksa Nabi Yusuf. Kemudian Yusuf dibeli oleh orang Mesir. Akan tetapi, pada masa berikutnya, tangan-tangan merekalah yang justru meminta makanan, sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah Swt.,“Bersedekahlah kepada kami.” (QS. Yusuf [12]: 88).

Hasan al-Bashri berkata, “Melakukan suatu kebaikan betapapun kecilnya, ia akan menawarkan cahaya dalam hatinya dan memberikan kekuatan pada amalnya. Barangsiapa melakukan suatu kejahatan betapapun kecilnya, lalu ia meremehkannya, maka hal itu akan mewariskan kegelapan pada hatinya dan kelemahan pada amalnya.”

Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika aku melakukan suatu maksiat, maka aku melihat akibatnya dalam perilaku pembantu dan hewan tungganganku.”

Utsman an-Naisaburi menceritakan, suatu saat tali sandalnya putus tatkala dia dalam perjalanan untuk melakukan shalat jumat. Dia berhenti untuk memperbaikinya. Beberapa saat kemudian dia berkata, “Ini semua karena saya tidak mandi untuk shalat jumat.”

Al-Hajjaj seorang pejabat di masa kekhalifahan Umayah, dikenal karena kesadisannya, kekejamannya, pembunuh para ulama shalih, termasuk di dalamnya Said bin Jubair. Sekalipun kekayaannya banyak, kedudukan dan pangkatnya tinggi, namun ia hina di sisi Allah dan kaum muslimin yang mencintai kebaikan. Akhirnya ia mati dalam keadaan mengenaskan, tubuhnya dipenuhi bisul yang apabila muncul rasa sakit darinya, terdengar suara yang keras dari mulutnya seperti banteng yang meregang nyawa.

Ahmad bin Du’ad, seorang tokoh Mu’tazilah, ikut andil menyiksa Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad pun mendoakan kebinasaannya, maka Allah menimpakan padanya suatu penyakit yang membuatnya sering mengatakan, “Adapun separoh tubuhku ini apabila dihinggapi oleh seekor lalat, kurasakan sakit yang bukan kepalang hingga seakan-akan dunia ini kiamat. Sedang separoh tubuhku yang lain andaikata digerogoti dengan catut sekalipun, niscaya aku tidak merasakannya.”

Dalam Kitab al-Jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawaaisy Syafi karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah disebutkan sebagai berikut:

Allah Swt. berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).

Menurut Ibnu Zaid, yang dimaksud kerusakan di darat dan dilautan adalah dosa. Dalam bahasa Arab, agar adalah “li” atau huruf lam untuk menunjukkan makna akibat. Jadi, makna kerusakan pada bagian pertama adalah kekurangan, keburukan, dan penderitaan yang diturunkan oleh Allah di bumi karena perbuatan maksiat hamba-Nya.

Sementara Mujahid Ra. dalam mengomentari ayat di atas berkata, “Demi Allah, yang dimaksud adalah setiap desa berada diatas air dan yang mengalir adalah lautan.”

Maha Besar Allah! Apa yang disampaikan sahabat Nabi Saw. itu mengingatkanku pada kejadian tsunami beberapa tahun yang lalu.

Abu Hurairah Ra. berkata, “Sesungguhnya seekor burung akan mati disarangnya karena perbuatan zalim seseorang.” Mujahid Ra. berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata, ‘Ini akibat maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam’.”

Ikrimah Ra. berkata, “Binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan kalajengking berkata, ‘Kami tidak merasakan walau hanya setetes hujan karena dosa-dosa keturunan Adam’.”

Orang-orang saleh begitu sangat sensitif terhadap dosa, sehingga mereka masih ingat dengan dosa yang pernah dilakukannya berpuluh tahun yang lalu. Mereka merasakan bahwa hal-hal buruk yang terjadi pada diri mereka tidak lain disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri. Mereka lalu memohon ampunan dan mengharap kasih sayang Allah atas diri mereka. Sedangkan orang yang fasik tidak merasakan sensitivitas itu karena mereka menunda-nunda taubat.Sehingga hati mereka terkunci rapat dari mendengarkan kebenaran. Setiap kali mendapat suatu musibah, mereka tidak berpikir hal itu terjadi karena dosa yang mereka perbuat. Setelah musibah itu melemah dan mereda, masih saja mereka berbuat maksiat. Begitu seterusnya. Sampai Allah menentukan hukuman bagi mereka dari arah yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Allah mengangkat mereka lalu membanting mereka dengan sangat keras sehingga mereka tidak kuasa bangkit untuk berdiri. Dan, jadilah mereka orang yang berputus asa. Saat terlambat, mereka baru sadar, bahwa segalanya telah berakhir. Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah sekali-kali kalian meremehkan dosa. Karena, sesungguhnya ia bisa semakin bertambah dan menumpuk pada seseorang hingga menghancurkannya.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Dalam kitab Shaidul Khatir, Imam Ibnu Al-Jauzy mengutip sebuah hadits: “Seperti apa perbuatanmu, seperti itulah balasannya. Kebaikan itu tak akan lapuk, sementara dosa-dosa tak mungkin terlupakan. Dan para pengutang tak akan pernah nyenyak tidurnya. Seperti apa perbuatanmu, seperti itulah balasannya.”

Ketika Allah menegur kita karena perbuatan maksiat yang kita lakukan, dan kita menyadari bahwa musibah itu terjadi karena maksiat yang kita lakukan, maka itu adalah salah satu bentuk curahan kasih sayang Allah. Sedangkan bagi mereka yang dilepas oleh Allah untuk terus berbuat maksiat, maka celakalah bagi mereka karena sesungguhnya Allah murka kepada mereka. Namun sedikit sekali manusia menyadari hal ini.   

Bagaimana Muslimah Membaca

“Dahulu, perbedaan utama antarsetiap orang dalam masyarakat adalah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Sekarang, perbedaan utama adalah antara ’yang kaya pengetahuan’ dan ’yang miskin pengetahuan,” demikian kata Brian Tracy, penulis buku Maximum Achievement dan salah seorang pembicara profesional dan penyelenggara seminar top di Amerika.



Salah satu pakar, seorang jenius dalam bidang komputer dan pendiri perusahaan Microsoft, Bill Gates dalam bukunya The Road Aheadmengatakan, ”Dalam dunia yang berubah, pendidikan adalah modal utama bagi seseorang agar bisa beradaptasi. Ketika perekonomian berubah, setiap orang dan kelompok masyarakat yang terdidik dengan baik cenderung melakukan hal-hal yang terbaik. Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk menguasai keterampilan baru akan meningkat. Maka, nasihat saya adalah alangkah baiknya jika setiap orang mendapatkan pendidikan formal yang baik dan kemudian tetap terus belajar. Dapatkanlah keterampilan dan kecakapan baru sepanjang hayat Anda.”

Majalah Time, dalam salah satu berita utamanya, “Pekerjaan di Era Ketidakamanan,” berkomentar, “Para pakar sependapat bahwa masa depan adalah milik para pekerja otak, yang menguasai komputer pribadinya, tahu banyak tentang serat optik dan e-mail, dan apa pun yang menggantikannya… seorang pekerja teknologi tinggi harus siap kembali ke sekolah dan mempelajari keterampilan baru, dengan biaya sendiri, jika perusahaan tidak bersedia membiayainya, minimal setiap lima hingga sepuluh tahun.”

John Sculley, mantan Direktur Apple Computers, mengatakan, ”Dalam tata ekonomi baru, sumber-sumber daya strategis tidak lagi muncul dari dalam tanah. Sumber-sumber daya strategis adalah ide-ide dan informasi yang lahir dari pikiran kita. Akibatnya, kita boleh jadi telah bergeser dari kaya sumber daya dalam tata ekonomi lama menuju miskin sumber daya dalam tata ekonomi baru dalam waktu singkat. Sistem pendidikan publik kita tidak berhasil menggeser pengajaran hafalan fakta-fakta menjadi pembelajaran keterampilan berpikir kritis.”

Seorang futurolog, Daniel Burn, penulis Techno Trends – 24 Technologies That Will Revolutionize Our Lives, menekankan, “Masa depan adalah milik mereka yang mampu untuk tetap terus berlatih dan belajar. Anggaplah itu sebagai peningkatan berkala aset kemanusiaan Anda sepanjang karier. Marilah hadapi perubahan, permata perusahaan adalah informasi dan SDM-nya, bukan bangunan dan perangkat kerasnya. Kualitas SDM tentu dapat ditingkatkan, tetapi itu membutuhkan investasi.”

Para peneliti terkemuka yang saya kutip pernyataannya di atas telah begitu jelas mengungkapkan sebuah fakta bahwa kita – baik laki-laki maupun perempuan – membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Sebenarnya fakta ini bukan hal baru yang perlu ditekankan dalam zaman modern ini. Fakta yang mengungkapkan bahwa seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat adalah terdapat di dalam ajaran agama Islam. Sehingga sudah sepantasnya seorang muslim menuntut ilmu setinggi-tingginya. Seorang muslimah berhak menyandang gelar Profesor Doktor Master jika dia mampu.

Belajar bukan hanya mengetahui jawaban-jawaban. Juga bukan hanya mengetahui serpihan dan penggelan dari suatu batang tubuh pengetahuan. Belajar tidak hanya diukur dengan indeks prestasi dan nilai ujian semata. Belajar bukan hanya aktivitas menuliskan di atas papan tulis apa yang diketahui orang lain. Belajar adalah petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi tanpa akhir untuk menciptakan pemahaman personal kita sendiri.

Efek Pendidikan bagi Kesehatan
Para biarawati The School Sisters of Notre Dame tidak hanya bisa mencapai usia rata-rata 85 tahun (banyak yang lebih dari itu), mereka juga tidak tampak menderita dementia, Alzheimer dan penyakit-penyakit kelelahan otak lainnya yang lazim dialami penduduk awam dalam usia lebih muda.

Hampir tujuh ratus biarawati sepakat menyumbangkan otak mereka bagi penelitian medis setelah kematian mereka. Profesor bidang kedokteran preventif Universitas Kentucky, David Snawdon, yang telah menyelidiki lebih dari seratus otak biarawati itu, telah menemukan satu perbedaan yang menggugah keingintahuan kita.

Para biarawati yang mendapat pendidikan tinggi itu, yang mengajar dan terus-menerus menghadapkan pikiran mereka dengan berbagai masalah, ternyata berumur lebih panjang dibandingkan para biarawati berpendidikan rendah yang hanya membersihkan kamar atau bekerja di dapur. Profesor Snowdon, yang memimpin Pusat Penelitian Penuaan Sanders-Brown University, menemukan bahwa para biarawati yang berpendidikan lebih baik memiliki jauh lebih banyak sambungan sel saraf yang memungkinkan mereka mampu mengatasi kelumpuhan otak.

Dalam sebuah penelitian di Universitas California, Los Angeles, para peneliti menyelidiki bagian otak yang berfungsi memahami kata-kata – yaitu daerah Wernicke – dan menemukan bahwa jumlah dendrit mempunyai korelasi dengan kualitas belajar seseorang.

Mereka yang berpendidikan tinggi mempunyai dendrit lebih banyak dibanding dengan mereka yang hanya menamatkan sekolah menengah, dan lulusan sekolah menengah memiliki lebih banyak dendrit daripada mereka yang hanya menyelesaikan sekolah dasar. Kesimpulannya, pendidikan memberikan latihan atau praktik kepada anak didik tentang perbendaharaan kata, cara mengucapkan dan mendengarkan kata-kata, suatu jenis tertentu aktivitas mental istimewa yang memperkaya daerah Wernicke dengan dendrit-dendrit.

Setara dalam Memperoleh Pendidikan
Tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa pendidikan tinggi itu hanya diperuntukkan bagi kalangan pria saja. Para ulama telah menegaskan bahwa hadits yang mewajibkan menuntut ilmu adalah untuk muslim laki-laki dan muslim perempuan. Tidak terkecuali!

Banyak sekali riwayat yang menyebutkan kesetaraan dalam memperoleh pendidikan. Salah satunya diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Ra., dia berkata: Beberapa orang mengadu kepada Nabi Saw., ”Kaum laki-laki mengungguli kami dalam menerima ajaran agama dari Anda. Karena itu, berilah kami kesempatan sehari untuk menerima ajaran agama yang Anda sampaikan!” Rasulullah Saw. berjanji untuk bertemu dengan mereka pada suatu hari, lalu dalam pertemuan itu beliau memberikan nasehat dan ajaran agama kepada mereka...”

Bagi Anda yang Sudah Berkeluarga
Bagi seorang muslimah yang sudah berkeluarga, tentu waktunya akan banyak tersedot dalam mengurus suami dan anak-anak. Apalagi kalau anak-anaknya masih balita, dia harus mengasuhnya hampir 24 jam. Tapi, apakah selama bertahun-tahun Anda tidak membaca dengan alasan mengurus suami dan anak-anak? Tentu tidak. Anda tentu ingin tahu perkembangan berita di luar sana, bukan sekedar gosip antar ibu-ibu rumah tangga.

Anda bisa saja membaca apa yang sekiranya Anda perlukan. Seperti, misalnya, membaca buku/ majalah tentang resep masakan. Anda ingin membuat masakan yang tidak itu-itu saja. Suami dan anak-anak pasti senang dengan masakan baru Anda. Dan keinginan Anda itu sungguh mulia dan akan menambah nilai Anda di mata suami dan anak-anak Anda. Pujian-pujian akan mengalir pada diri Anda jika masakan baru Anda enak dan memuaskan hati mereka. Anda berhak mendapatkan dua pahala, pahala dari membaca dan pahala dari menyenangkan hati suami. Dan masing-masing pahala akan dilipatgandakan oleh Allah, Insya Allah.

Anda juga bisa membaca buku-buku tentang cara mendidik anak. Bukankah ini sesuai dengan apa yang tengah Anda jalani? Anak-anak Anda tentu butuh pendidikan yang benar dan sesuai dengan karakter zaman mereka. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan sehat, cerdas, dan saleh. Jika Anda dapat melakukannya dengan baik, sesungguhnya Anda telah menjalankan salah satu fungsi Anda sebagai orangtua.

Intinya, kegiatan membaca Anda adalah sarana untuk mendatangkan manfaat bagi diri Anda dan keluarga Anda. Anak-anak Anda akan melihat Anda yang selalu asyik membaca dan Anda adalah teladan bagi mereka. Jangan heran jika anak-anak Anda ingin membaca buku seperti yang Anda sering lakukan. Ini adalah cara paling efektif agar anak-anak Anda mulai rajin membaca. Cara ini lebih efektif daripada Anda menyuruh mereka untuk rajin membaca sementara mereka tidak pernah melihat Anda membaca. 

Agar Antusias dalam Membaca
Seperti yang telah saya singgung sedikit di atas, agar Anda antusias dalam membaca, Anda harus tahu manfaat jika Anda membaca buku yang ingin Anda baca. Jika manfaatnya kurang, Anda tidak akan dapat bertahan lama memegang dan membaca buku tersebut. Setelah setengah jam membacanya, mungkin Anda akan langsung melemparkannya.

Anda harus bertanya di dalam hati, ”Apa manfaatnya bagiku?”. Pertanyaan tersebut harus dijawab berdasarkan keinginan yang benar-benar timbul di dalam diri Anda, bukan keinginan yang main-main atau sekedarnya saja. Sentuhlah buku itu dan katakan, saya sangat membutuhkan buku ini karena saya tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan dan segera ingin merasakan kebahagiaan. Tentunya buku ini akan membantu saya memberikan kiat-kiat agar saya dapat merasakan kebahagiaan tersebut – misalnya. Semakin banyak manfaatnya bagi Anda, semakin besar antusiasme Anda dalam membaca. Coba saja!

Memiliki Perpustakaan Pribadi
Seorang muslimah hendaknya memiliki beberapa buku yang dapat dia baca sehari-hari. Buku-buku yang “wajib” dimiliki adalah seperti al-Quran dan terjemahannya, tafsir al-quran, hadits shahih bukhari dan muslim, sirah nabawiyah, fikih, dan buku-buku yang terkait dengan tuntunan Islam bagi muslimah.

Buku tafsir al-Quran yang baik, misalnya, adalah karya Dr. Muhammad Nasib ar-Rifa’i yang telah berhasil meringkas Tafsir Ibnu Katsir dalam hanya empat jilid saja. Buku ringkasan Hadits Shahih Bukhari dan Muslim masing-masing karya Imam adz-Zabidi dan Imam al-Mundziri adalah contoh buku yang harus Anda miliki. Buku Sirah Nabawiyah yang bagus adalah karya Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, karya Dr. Said Ramadhan al-Buthi atau karya Syaikh Muhammad al-Ghazali. Buku Fikih yang bagus di antaranya Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, buku Fatwa-Fatwa Kontemporer dan Halal dan Haram karya Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Sedangkan buku tentang tuntunan menjadi muslimah yang baik di antaranya berjudul Riyadush Shalihat karya Badawi Mahmud asy-Syaikh dan Jati Diri Wanita Muslimah karya Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi.

Buku-buku itu hendaknya menjadi rujukan dan tuntunan pertama dalam menjalani kehidupan dunia ini. Setelah itu bolehlah melengkapinya dengan buku-buku bermanfaat lainnya.

Intinya, sediakan uang untuk membeli buku-buku terbaik. Dan sediakan waktu dalam sehari untuk membacanya. Ingatlah bahwa pengetahuan membutuhkan investasi dan waktu yang cukup agar kita dapat berkembang lebih maju dan lebih baik dari hari ke hari. Jangan sampai kebutuhan kita dalam membaca sangat rendah, karena kebutuhan akan ilmu adalah melebihi kebutuhan akan makan dan minum. Kebutuhan akan ilmu adalah seirama dengan tarikan nafas kita.

Manfaat dari Membaca
Buku adalah teman sejati yang tidak pernah meminta tetapi selalu ingin memberi. Berikut ini beberapa manfaat penting yang akan kita peroleh jika kita rajin membaca:

Hanya sedikit peranti kreativitas yang mampu mengungguli kegiatan membaca dalam mempertinggi kecerdasan verbal/ linguistik. Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif, dan dengan demikian mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan. Dengan membaca, kita belajar mengenai metafora, implikasi, persuasi, sifat nada, dan banyak unsur ekspresi lain – yang semuanya penting bagi segala jenis seniman, pelaku bisnis, atau penemu.

Bahan bacaan pada umumnya ”memaksa” kita menggunakan nalar, pengurutan, keteraturan, dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri. Dengan demikian, kecerdasan matematis-logis Anda bertambah kukuh.

Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.

Membaca memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakternya. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring berlalunya waktu, membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaan yang menjadi dasar bagi ide kreatif. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambar yang kita buat, bahkan keputusan yang kita ambil.

Memberikan kesehatan bagi tubuh. Penelitian menyebutkan bahwa kegiatan membaca yang kita lakukan dapat memberikan kesehatan bagi tubuh, terhindar dari penyakit kepikunan (dimentia), Alzheimer, dan penyakit-penyakit otak lainnya.

Empat Langkah untuk Mengembangkan Rencana Membaca
Langkah 1: Berjanjilah untuk membaca kreatif setiap hari.
Mulailah dengan membuat kontrak perjanjian dengan diri sendiri. Gunakan kata-kata seperti di bawah ini:

Saya, _______________________, dalam upaya menjadi pembelajar sukses, dengan ini menyatakan bersedia membaca majalah, koran, jurnal, buku fiksi atau nonfiksi, atau tulisan lain setiap hari selama, ____ bulan ke depan. Tujuan saya mengadakan kontrak perjanjian membaca ini adalah
A) Untuk meragamkan dan memperdalam sumber-sumber bacaan;
B) Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan dunia;
C) Untuk memperkaya minat dan memuaskan rasa ingin tahu;
D) Untuk melejitkan kemampuan memunculkan ide demi karya kreatif;
E) (isilah dengan tujuan lain yang ingin Anda capai).

Saya akan memperpanjang kontrak ini untuk jangka waktu ____ bulan jika saya telah menyelesaikan masa kontrak jangka pertama, serta merasa bahwa yang saya lakukan tersebut memberi saya manfaat dan kepuasan.

Gantung kontrak ini di dinding ruang kerja atau kamar tidur untuk mengingatkan Anda terus-menerus terhadap komitmen yang telah Anda buat.

Ada cara bagus untuk memastikan bahwa Anda menepati perjanjian tersebut, yaitu dengan membuat jurnal bacaan atau memadukan catatan saat membaca ke dalam jurnal kreatif. Jika Anda memiliki jurnal khusus bacaan, pakailah buku catatan berjilid spiral atau kalender saku untuk mencatat apa saja yang sudah dibaca pada hari itu. Anda mungkin ingin membuat catatan kecil untuk mengingat isi buku yang sudah Anda baca. Sebagai contoh, dalam beberapa hari bisa dihasilkan catatan seperti ini:

3 Mei – majalah Sastra Annida – terbitan April – melihat-lihat seluruh majalah – ada artikel bagus tentang teknik mengarang cerpen.
4 Mei – majalah Tarbawi – terbitan April – melihat-lihat seluruh majalah – ada tulisan yang dapat dijadikan renungan sehari-hari.
5 Mei – Halal dan Haram – baca 100 halaman.
6 Mei – 66 Wasiat Rasulullah kepada Wanita – baca seluruhnya.
7 Mei – majalah Ummi – terbitan terbaru – melihat-lihat seluruh majalah – ada resep masakan terbaru.

Begitu seterusnya. Baik Anda memiliki jurnal atau tidak, gunakan latihan ini sebagai eksperimen untuk melihat keberhasilan teknik kontak-dengan-diri-sendiri tersebut dalam menjadikan Anda pembaca yang lebih kreatif. Jika Anda berhasil, perbarui kontrak untuk beberapa bulan berikutnya.

Langkah 2: Membaca secara ”ngemil”
Berilah waktu untuk membaca singkat ditengah kesibukan sehari-hari. Dengan membaca singkat, Anda memiliki kesempatan untuk membaca beragam materi yang menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda tanpa harus menyelesaikan artikel atau teks tertentu. Nikmati saja berapa pun halaman yang bisa Anda baca dalam waktu rehat singkat tersebut.

Anda juga bisa membaca buku atau majalah seperti yang selama ini Anda lakukan, untuk waktu yang lebih panjang. Namun, pembacaan panjang seperti ini memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan membaca singkat selama masa rehat.

Langkah 3: Bacalah dari beragam sumber bacaan
Bacalah dari sebanyak mungkin sumber bacaan dalam masa rehat singkat yang tersedia. Anggaplah membaca seperti ini sebagai ”ngemil”, bukan makan besar pada hari itu. Semakin beragam sumber bacaan Anda, semakin Anda menikmatinya, dan semakin mekarlah basis data ide serta pengetahuan Anda.

Langkah 4: Terapkan apa yang Anda baca dalam kehidupan sehari-hari.

Kiat-Kiat untuk Memahami Bacaan
A. Jadilah pembaca aktif
Jangan lupa dengan enam kata tanya: Siapa? Kapan? Di mana? Apa? Mengapa? Bagaimana? Buatlah teks bacaan menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda saat Anda membaca. Ketika Anda bertanya, Anda memusatkan pikiran Anda ke dalam keadaan yang lebih menuntut, mengeluarkan gagasan dari teks seolah-olah Anda menyedot bensin dari dalam tangki.

B. Bacalah gagasan, bukan kata-katanya
Kata-kata yang digunakan seorang penulis adalah alat untuk menyampaikan gagasan-gagasannya, dan satu-satunya cara Anda dapat ”memahami gagasan” tersebut adalah dengan membaca kata-kata dalam konteks yang berhubungan. Ketika Anda membaca kata satu demi satu, otak Anda harus bekerja lebih keras untuk mengartikannya. Membaca kata satu demi satu bagaikan berusaha untuk mengetahui seperti apa bentuk bumerang dengan meneliti molekul-molekulnya. Alih-alih membaca masing-masing kata, dapatkan seluruh gambaran dengan melihat seluruh ungkapan, kalimat, dan paragrafnya.

C. Libatkan indera Anda
Gunakan indera pendengaran Anda dengan membaca secara keras. Bacalah sekali seluruh bacaan itu dengan cepat. Lalu, jika buku itu milik Anda, libatkan indera kinestetik dan visual Anda dengan menggarisbawahi hal-hal yang penting dengan stabilo dan gambarlah sesuatu di tepinya untuk membantu Anda memahami konsep-konsep kunci.

D. Ciptakan minat
Lebih mudah membaca buku ketika Anda agak mengenal subjeknya dan membacanya akan menguntungkan Anda dalam beberapa hal. Sebagai contoh, saya ingin sekali mempelajari teori evolusi yang sering diperdebatkan orang. Namun karena sedikit sekali informasi yang saya peroleh dari bahasa Indonesia, berarti saya harus mempelajari bahasa Inggris. Saya kemudian mempelajari bahasa Inggris, dan dari sana keinginan saya untuk mempelajari informasi lain semakin bertambah besar. Mempercepat membaca bacaan-bacaan yang tepat lebih mudah setelah pemanasan seperti ini.

E. Bacalah kembali tulisan-tulisan yang telah Anda garis bawahi.

Ketika Mata Anda Lelah
Ketika mata Anda lelah, cobalah cara sederhana yang dapat melepaskan stres dan kelelahan ini: Gosok-gosokkan kedua tangan Anda dengan cepat selama beberapa saat, lalu pejamkan mata Anda dan tutuplah dengan tangan Anda, dengan jari-jari yang dirapatkan sehingga cahaya tidak mungkin masuk. Bayangkan diri Anda sedang berada di suatu tempat yang indah dan damai – seperti hutan di mana udara segar dan sejuk, dan pohon-pohon melambai-lambai ditiup angin. Biarkan mata Anda melirik ke atas selama beberapa saat ketika Anda membayangkan tempat yang damai dan nyaman itu. Ikuti gerakan pepohonan ke depan dan ke belakang, atas dan bawah dengan mata Anda, ini sangat baik untuk mengendurkan ketegangan pada otot-otot di sekitar bola mata Anda. Katakan pada diri Anda betapa baiknya pekerjaan yang Anda lakukan, bahwa menjadi pembaca yang baik itu mudah, dan kecepatan membaca dan pemahaman Anda luar biasa! Kemudian secara perlahan-lahan angkat tangan Anda dan buka mata Anda.

Jumat, 27 April 2012

Bagaimana Muslimah Menulis


Dunia menulis tidak dapat dipisahkan dari dunia membaca. Dan, dunia membaca tidak dapat dipisahkan dari dunia menulis. Keduanya ibarat dua sisi dari sekeping uang logam. Dalam diri muslimah yang cerdas, terdapat dua keterampilan ini.


Seorang muslimah tidak hanya rajin membaca, tetapi ia juga harus melengkapinya dengan menulis. Bagaimana jadinya jika seseorang yang rajin membaca tetapi tidak dapat menulis atau malas menulis?

Pertama yang harus diperhatikan adalah, bahwa salah satu cara mengingat kembali ilmu yang kita miliki adalah dengan rajin mencatat apa yang telah kita pahami dari ilmu tersebut. Namun jika catatan itu tidak kita miliki, kemungkinan kita tidak paham dengan ilmu yang kita dapat jauh semakin besar. Ilmu itu akan mudah sekali hilang dalam ingatan kita. Seorang komposer ternama, Beethoven, adalah orang yang rajin mencatat. Baginya yang penting adalah mencatatkan ide dan gagasannya. Tidak penting apakah catatan itu dibaca kembali atau tidak. Pikirannya telah dipenuhi dengan pemahaman yang baik dari apa yang dikerjakannya. Begitupun jika kita melakukan hal yang serupa, kita dapat memenuhi ruang pengetahuan kita dengan pemahaman yang sempurna.

Tulis menulis sangat erat kaitannya dengan dunia kreativitas dan ingatan, hal ini diakui oleh banyak pakar dewasa ini. Sebut saja misalnya dalam buku Otak Sejuta Gigabyte karya , Bengkel Kreativitas karya Jordan E. Ayan, Quantum Learning karya Bobby de Porter, Accelerated Learningkarya Colin Rose, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting kiranya kita memiliki keterampilan menulis.

Kedua, otak kita ini ibarat sebuah ember. Dan apa yang kita baca ibarat air. Jika kita terus-menerus membaca, ini seperti air keran yang terus terpancar, hingga kemudian ember itu tidak dapat menampung lagi air. Air-air itu – jika tidak digunakan – akan terbuang percuma. Nah, cara efektif untuk menggunakan ”air” pengetahuan tersebut adalah dengan menuliskannya dalam buku harian atau selembar kertas.

Dengan menulis, kita akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Ia akan menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya. Pengembangan ilmu itu merupakan perpaduan dari apa yang telah kita baca, dengar, lihat, dan rasakan. Ide dan gagasan kita mungkin ada kemiripan dengan ide dan gagasan orang lain, tapi sesungguhnya ide dan gagasan itu sepenuhnya berasal dari diri kita. Orang lain tak mungkin dapat membuatnya sama persis. Inilah apa yang disebut dengan orisinalitas yang dimiliki seorang manusia. Dan apabila hal itu tergambar dengan jelas pada diri seseorang, berarti ia pantas disebut sebagai orang yang kreatif.

Ketiga, tumpukkan informasi yang telah kita dapatkan ”wajib” kita uraikan lewat tulisan. Tumpukkan-tumpukkan itu seperti jika kita sering menunda-nunda atau menumpuk-numpuk pekerjaan kita. Pada akhirnya pekerjaan itu tidak akan pernah terselesaikan. Hal ini tentu akan membuat kita stres, karena sementara yang lain sudah dapat menyelesaikannya, kita dipusingkan dengan pekerjaan-pekerjaan kita yang datang silih berganti. Dengan menulis, kita seperti membuka tutup botol, terasa plong dan pikiran ini terasa jernih kembali.

Ingatlah, selokan yang tersumbat karena banyaknya sampah akan terlihat keruh airnya. Sedangkan selokan yang tidak tersumbat akan terlihat jernih airnya. Orang yang membaca kemudian menulis, akan dapat mengaktualisasikan dirinya, menuangkan ide dan gagasannya, berbicara sepuasnya, menuangkan pikiran dan imajinasi sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyaknya. Dengan menulis, kita akan bebas tertawa, marah, sedih, kecewa, dan meluapkan emosi lainnya. Tidak heran jika para ulama-ulama kita yang rajin menulis, tubuhnya tampak lebih sehat dan bugar di usia tuanya dibanding dengan orang yang malas menulis, entah ia berusia muda atau tua.

Mengapa seorang muslimah harus memiliki keterampilan menulis? Menulis seperti halnya membaca, ia berada dalam dunia intelektual. Menurut saya, keterampilan menulis termasuk bagian dari hadits “menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”. Tidak mengenal laki-laki atau perempuan, menulis dapat dilakukan siapa saja kecuali bagi mereka yang tidak dapat menulis. Seorang buruh, satpam, cleaning service, bisa menjadi seorang penulis terkenal, bahkan karya tulisnya bisa mengangkat namanya melebihi ilmuwan yang telah berpangkat profesor doktor.

Saya teringat dengan sekolah menulis yang dibina oleh seorang pengarang terkenal. Kebanyakan anak didiknya adalah pekerja-pekerja kasar seperti yang saya sebutkan di atas. Dengan tekad yang kuat dan latihan yang disiplin, anak didiknya itu mampu membuat cerpen-cerpen bermutu yang kemudian dimuat di beberapa surat kabar nasional, yang kenyataannya sulit ditembus oleh seorang pengarang tingkat nasional sekalipun. Apakah orang yang berpendidikan lebih tinggi dari mereka mampu berbuat yang sama seperti mereka? Belum tentu!

Keempat, seorang muslimah adalah orang yang mencintai agama dan saudaranya seiman. Dia akan tersinggung (ghirah) dan marah jika agamanya di injak-injak, dihina, dan dilecehkan. Dirinya akan merasa kesakitan jika saudara-saudaranya dizalimi. Dia merasa berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan ini, yaitu dengan memberikan solusi terbaik bagi umat. Ia kemudian menulis dengan ilmu dan jiwanya; mengungkapkan bahwa yang haq itu haq dan yang batil itu batil.

Jika jilbab diserang dan dipaksa ditanggalkan dalam diri muslimah oleh musuh-musuh Islam, dengan penanya ia meluruskan, menjelaskan, dan mengobarkan perlawanan terhadap mereka. Siapa lagi yang mampu berjihad di dunia ini kecuali para muslimah itu sendiri. Karena para muslimah lebih tahu dunianya ketimbang kaum laki-laki.

Wahai muslimah! Saat ini duniamu ditikam dan dirobek-robek oleh musuh-musuh Islam. Bangkitlah dengan bersenjatakan pena. Dengannya ia dapat merubah dunia walau engkau mengerjakan karya tulismu di dalam rumah; di dalam kamar yang sempit; bertemankan secarik kertas dan pena!

Kiat Menulis Efektif
Buatlah gambaran dalam pikiran Anda tentang apa yang akan Anda tulis. Kemudian duduklah dan mulailah menulis. Jangan mencemaskan gaya, ejaan, tata bahasa, atau tanda baca dahulu. Teruslah menulis dengan mengalir dan cepat. Libatkan emosi Anda, sehingga Anda menyatu dalam pekerjaan Anda ini. 

Tulisan yang baik mencakup 40 % penelitian, 20 % menulis, dan 40 % revisi. Tak ada orang yang pernah menulis sesuatu yang berharga tanpa setidaknya satu kali revisi. Jika Anda ingin tulisan itu bagus, bersiaplah melakukan beberapa kali revisi. Tujuan utama pelatihan menulis bebas adalah agar Anda melakukannya secara spontan. Ini berarti, tulisan Anda tak akan sempurna. Akan tetapi, juga tak akan kaku!

Sekarang, Anda memerlukan satu periode untuk berhenti memikirkan topik ini secara sadar. Periode inkubasi. Pada masa pengendapan ini, pikiran bawah-sadar mungkin akan mulai mengisi bagian-bagian yang hilang dan mengingat beberapa hal lagi. Pikiran ini juga mungkin akan berupaya mencari cara pengungkapan yang lebih baik dari maksud Anda. Inilah contoh kekuatan refleksi.

Setelah jeda – semalam jika mungkin – Anda bisa kembali ke laporan atau tulisan. Sekaranglah waktunya untuk menyadari gaya. Sekaranglah waktunya untuk bersikap kritis. Pagi-pagi, biasanya merupakan waktu yang baik untuk mulai menyunting. Kesibukan sehari-hari belum lagi mendesak keluar sumbangan potensial dari pikiran bawah-sadar.

Ketika mengedit, berbuatlah seolah-olah sedang membaca tulisan itu dengan sudut pandang orang lain. Apakah maknanya sudah jelas? Apakah tulisannya sudah mengalir? Apakah sudah ”membuka dengan pengantar bahasan Anda, membahas topik tersebut, lalu meringkas bahasan Anda tadi?” Dengan kata lain, apakah Anda sudah membangun argumen, lalu membuktikan dan menyimpulkannya dengan ringkasan pendek? Gambaran keseluruhan, detail, lalu ringkasan! Itulah bentuk paling memuaskan untuk sebagian besar topik.

Kata-katanya juga harus memuaskan. Sangatlah membantu jika membaca tulisan Anda keras-keras. Tujuannya adalah agar pembaca merasa Anda sedang berkomunikasi langsung dengannya. Tulisan bagus biasanya bernada seperti mengobrol. Tentu saja, untuk beberapa topik, gaya yang lebih formal pasti lebih sesuai – tetapi jangan salah menganggap bahwa bersikap serius itu sama dengan bersikap membosankan. 

Anda hanya memiliki satu kesempatan untuk memberi kesan pertama. Jadi, bersikaplah wajar, personal, singkat, dan pikat minatnya sejak baris pertama. Alinea pertama akan menetapkan nada tulisan. Cobalah menulis atau menulis-ulang alinea pertama ini setelah seluruh tulisan Anda selesai.

Dalam hal ini ada beberapa aturan yang harus Anda perhatikan.
1. Pikirkan pembacanya. Siapa mereka? Apa yang mereka harapkan dari tulisan itu? Apa yang mereka minati? Jika bisa menjawab pertanyaan ini, Anda bisa mulai mendefinisikan gaya, bentuk, dan panjang artikel, laporan, atau pidato.

2. Pikat mereka! Kebanyakan orang tidak mau membaca tulisan Anda! Mereka akan memberikan kesempatan di alenia pertama. Oleh karena itu, Anda memiliki sekitar 30 detik untuk menarik mereka agar bersedia membaca tulisan Anda. Jadi, buatlah kalimat-kalimat pertama benar-benar menarik.

3. Beri mereka alasan agar tertarik. Pembaca akan selalu ingin tahu, ”Apa manfaatnya bagiku?” Anda bukan sedang menulis untuk diri sendiri – Anda menulis untuk pembaca.

4. Berbicaralah dalam bahasa aktif. ”Makalah itu sedang ditulis si Fulan” itu kalimat pasif. ”Si Fulan menulis makalah itu” itu lebih langsung, jelas, dan aktif. Kalimat aktif menggugah indra pembaca.

5. Jangan berpanjang-panjang. Orang lebih cepat memberikan respons pada kalimat pendek. Dengan kalimat panjang, pembaca akan kelelahan dan mudah sekali melupakan apa yang baru kita sampaikan. Jadi, pembaca akan tersesat dan cepat merasa bosan atau kesal.

6. Buatlah tampilannya memikat. Apa pun anggapan Anda mengenai isi buku ini, buku ini di pecah-pecah menjadi alinea yang tidak panjang. Ini membuatnya tampak mudah dibaca dan tidak melelahkan mata Anda.

Tampilan memikat juga dapat diperoleh dari mencantumkan kutipan-kutipan pendek, relevan, dan bunyinya enak; menggunakan metafora dan, bilamana mungkin melukiskan gambar dengan kata-kata. Memperkenalkan tulisan dengan frasa seperti ”bayangkanlah” dapat menggunakan pembaca berpartisipasi dalam hal yang Anda tulis.

7. Tutuplah dengan ledakan! Anda telah membuka dengan kalimat perenggut perhatian. Anda telah menulis terutama untuk memikat perhatian pembaca. Anda telah menulis seolah-olah tulisan itu adalah komunikasi pribadi dari Anda ke mereka.

Yang Anda butuhkan sekarang adalah penutupan yang ”menonjok”. Ini dapat berupa kutipan yang relevan dan kalimat, atau paling banyak sebuah alinea pendek yang meringkaskan tema yang baru saja Anda ungkapkan.

Jadi, bacalah ulang tulisan Anda dan sorotlah kata-kata kunci. Sepuluh atau dua puluh lima kata paling banyak. Sekarang carilah cara terpendek untuk mengaitkan semuanya. Itulah penutupannya. Penutupan ini memberikan ”pengulangan” akhir bagi pembaca.

Kamis, 26 April 2012

Jadikan Shalat Sebagai Penolongmu


Shalat secara keseluruhan bermakna do'a. Ia merupakan salah satu cara kontak langsung kita dengan Allah SWT. Jika kita menegakkan shalat fardhu, mengerjakan shalat rawatib, dhuha, dan tahajud, hidup kita dipenuhi dengan do'a. Apabila Rasulullah mengalami kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat.

Shalat adalah rahmat Allah yang sangat besar. Oleh karena itu, seseorang yang melaksanakan shalat ketika mengalami kesusahan, berarti bersegera menuju kepada rahmat Allah. Dan apabila rahmat Allah datang membantu dan menolongnya, maka kesusahan apalagi yang tersisa?

Abu Darda RA berkata, "Jika terjadi angin topan, maka Rasulullah SAW segera masuk ke masjid dan tidak akan ke luar hingga angin itu berhenti. Begitu juga apabila terjadi gerhana matahari atau bulan, maka Rasulullah SAW segera melaksanakan shalat.

Shuhaib RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa amalan para Nabi AS terdahulu adalah seperti ini juga. Yaitu melaksanakan shalat setiap menghadapi kesusahan.

Suatu ketika, Ibnu Abbas RA sedang dalam perjalanan pulang. Di tengah perjalanan, dia mendapat kabar kematian saudara laki-lakinya yang bernama Qutsam. Beliau pun menghentikan untanya di tepi jalan dan segera turun, kemudian shalat dua rakaat dan berdo'a cukup panjang dalam tasyahudnya. Setelah itu, beliau bangun dan kemudian menaiki untanya, lalu membaca ayat yang berbunyi, "Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya hal yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." (QS. Al-Baqarah : 45).

Suami Ummu Kultsum RA yang bernama Abdurrahman RA pernah menderita suatu penyakit. Suatu ketika, keadaan penyakitnya sangat parah, sehingga semua orang mengira ia telah meninggal dunia. Kemudian Ummu Kultsum RA bangun dan melaksanakan shalat. Setelah beliau mengerjakan shalat, Abdurrahman RA telah sadar kembali, lalu bertanya kepada orang-orang di sekelilingnya, "Apakah keadaan saya menunjukkan seolah-olah saya telah meninggal?" Jawab mereka, "Ya!" Abdurraman RA berkata, "Dua orang malaikat maut mendatangi saya seraya berkata, 'Mari kita pergi menghadap Allah Hakim Yang Mahaadil. Dia akan membuat keputusan terhadapmu.' Kemudian mereka membawa saya. Ketika itu juga seorang malaikat (lainnya) datang dan berkata kepada kedua malaikat tadi, 'Pergilah kalian! Dia adalah termasuk ke dalam golongan manusia yang telah ditetapkan baginya kebahagiaan. Hal itu tertulis sejak dia masih berada di dalam kandungan ibunya, dan saat ini anak-anaknya masih membutuhkannya.'." Setelah itu beliau masih hidup satu bulan, kemudian meninggal dunia.

Nadhar RA berkata, "Pernah pada suatu hari, terjadi gelap gulita. Kemudian saya berlari menemui Anas dan bertanya, 'Pernahkah engkau mengalami peristiwa seperti ini pada zaman Nabi SAW?' Dia menjawab, 'Saya berlindung kepada Allah SWT! Pada zaman Nabi SAW, apabila terjadi sedikit saja angin kencang, maka kami semua berlari ke masjid-masjid, karena mereka merasa takut kalau-kalau hari kiamat akan segera tiba."

Abdullah bin Salam RA berkata, "Apabila suatu kesusahan menimpa keluarga Nabi SAW, maka beliau SAW memerintahkan untuk melaksanakan shalat dan membaca ayat ini, 'Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.'." (QS. Thaha : 132).

Wahab bin Munabbih Rahimahullah berkata, "Mohonlah kepada Allah melalui shalat agar segala kebutuhanmu dipenuhiNya. Orang-orang terdahulu apabila mereka tertimpa suatu bencana, langsung melaksanakan shalat."

Demikianlah salah satu rahasia penting dari shalat yang kita kerjakan. Semakin memperbanyak shalat (sunnah), semakin mudah pertolongan itu datang. Itu adalah janji Allah yang telah tertuang dalam KitabNya dan Sunnah RasulNya. Dan adalah Allah tidak pernah mengingkari sedikitpun janji-janjiNya. 

Rabu, 25 April 2012

Mengenal Bulughul Maram: Kitab Rujukan Hukum Islam


Judul                : Bulughul Maram
Penyusun         : Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
Tebal               : VIII + 402 hlm.
Cetakan           : Ke-2 2011
Harga              : Rp. 59.000

Seminggu terakhir ini saya membaca buku Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. Buku ini mirip dengan buku Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, yaitu kumpulan hadits pilihan. Hanya bedanya, Riyadhus Shalihin lebih terkait dengan adab, akhlak, dan keutamaan-keutamaan, sementara Bulughul Maram lebih terkait dengan hukum Islam.

Menurut saya, Imam Ibnu Hajar tidak semata mencomot hadits ini dan itu yang kemudian di satukan dalam satu buku, tetapi beliau telah memilih hadits-hadits terbaik yang bersanad shahih (bersumber pada tujuh kitab hadits terkenal: Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad), serta merangkainya dalam satu mozaik hukum Islam. Tidak semua ulama bisa melakukannya kecuali jika dia memang sangat pakar dibidang hadits dan fikih. Ya, tidak hanya menguasai hadits, tetapi ulama itu juga harus menguasai fikih. Jika tidak, maka ulama tersebut tidak akan mampu menyusun hadits-hadits tersebut secara runut, sistematis, padat, dan ringkas.

Karena spesialnya buku ini, para ulama pun berlomba-lomba mengkaji buku ini dan sebagian di antara mereka – yang diberi kemampuan memberi penjelasan – mampu mengomentari hadits-hadits tersebut, seperti yang dilakukan Imam Ash-Shan’ani yang telah menulis buku berjudul “Subulus Salam” dalam tiga jilid.

Biasanya, sebuah buku disebut bagus jika ia banyak dikaji dan diberi komentar. Misalnya, Kitab Shahih Bukhari yang kemudian di komentari oleh Imam Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari. Kitab Shahih Muslim dikomentari Imam Nawawi. Hadits Arbain An-Nawawiyah yang dikomentari oleh Imam Ibnu Daqiqil Id. Riyadhus Shalihin yang dikomentari Syaikh Musthafa Al-Bugha dan Syaikh Al-Utsaimin. Dan sebagainya. Hal ini menunjukkan penghargaan yang besar para ulama terhadap kitab-kitab tersebut. Bahkan dalam sejarah, ulama-ulama tersebut memberikan ijazah kepada murid-muridnya yang menyimak dan mengkaji buku-buku yang ditulisnya. Lalu kemudian murid-muridnya memberikan ijazah kepada murid-muridnya. Dan seterusnya. Hingga buku tersebut memiliki rantai perawi (sanad) yang mutawatir hingga sekarang. Pemeliharaan rantai perawi ini adalah orsinil milik umat Islam. Atau dengan kata lain, umat non-Islam tidak memilikinya. Hal ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dalam Islam, kemurnian Islam, dan kejujuran ilmiah dan akademik dalam Islam.

Apa makna As-Sunnah bagi seorang muslim? Ia adalah pengejawantahan isi Al-Qur’an. Apa yang dikatakan, diperbuat oleh Rasulullah, dan dilakukan oleh para sahabat atas persetujuan Rasulullah adalah murni bersandar pada Al-Qur’an. Hal ini ditunjukkan oleh perkataan Ummul Mukminin Aisyah Ra. yang berkata, “Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an.” Oleh karena itu, hadits shahih tidak mungkin bertentangan dengan Al-Qur’an karena Nabi sendiri ibarat Al-Qur’an yang berjalan. Bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an, maka kurang lengkap kiranya bila tidak mengkaji hadits-hadits Nabi. Bila ada orang yang ingkar terhadap hadits Nabi, maka orang tersebut telah ingkar pula kepada Allah. Karena, yang dikehendaki Allah Swt. adalah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Syahadat kita tidak hanya Asyhadu alla ilahailallah tetapi juga Asyhadu anna muhammadarrasulullah.

Kembali pada buku Bulughul Maram. Buku ini layak menjadi pegangan bagi kita untuk menjadi hamba yang diridhai-Nya. Sesungguhnya ibadah yang kita lakukan tidak semata-mata harus ikhlas, tetapi juga harus sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw. Bila tidak, bagi orang yang awam, mudah-mudahan Allah mengampuninya. Sedangkan bagi mereka yang sudah tahu namun tidak dikerjakan, niscaya ibadah itu tidak akan diterima di sisi-Nya. Mengamalkan As-Sunnah merupakan perintah Allah. Mengamalkan As-Sunnah berarti juga mengamalkan Al-Qur’an.

Daftar isi buku Bulughul Maram:
  1. Kitab Thaharah: Membahas tentang air, bejana-bejana, menghilangkan najis dan penjelasannya, wudhu, mengusap khuf (sepatu), buang hajat, mandi janabat dan hukum janabat, tayamum, haidh.
  2. Kitab Shalat: Membahas waktu-waktu shalat, adzan, syarat sah shalat, pembatas orang shalat, anjuran khusyu di dalam shalat, masjid-masjid, sifat shalat, sujud sahwi dan sujud-sujud lainnya, sujud tilawah, shalat sunah, shalat berjamaah, shalat musafir dan orang sakit, shalat jum’at, shalat khauf, shalat ied, shalat kusuf (gerhana), shalat minta hujan (istisqa), dan pakaian.
  3. Kitab Jenazah
  4. Kitab Zakat: Membahas tentang zakat fitrah, sedekah, dan penyaluran zakat.
  5. Kitab Puasa: Membahas tentang puasa sunah dan yang dilarang, dan I’tikaf serta Qiyam Ramadhan.
  6. Kitab Haji: Membahas tentang keutamaan haji dan pihak yang wajib melaksanakannya, miqat-miqat, ihram dan sifatnya, ihram dan segala yang berkenaan dengannya, sifat haji dan memasuki kota Mekah, serta halangan dari pelaksanaan haji.
  7. Kitab Jual Beli: Membahas mengenai syarat-syarat jual beli dan beberapa larangannya, khiyar, riba, rukhshah menjual buah-buahan, salm, qiradh dan gadai, taflis dan hajr, perdamaian, hiwalah (pengalihan utang) dan tanggungan (jaminan), syirkah dan wakalah, pengakuan, ariyah, ghashab, syuf’ah, qiradh, musaqath dan ijarah, membuka lahan kosong, wakaf, hibah, luqathah (barang temuan), faraidh, wasiat, wadi’ah.
  8. Kitab Nikah: Membahas tentang al-kafa’ah dan al-khiyar (kesepadanan dan pemilihan), menggauli istri, mahar, walimah, menggilir istri, khulu’, thalaq, ruju’, ila, zhihar dam kifarat, laknat (li’an), iddah, ihdad dan istibra’, menyusui, nafkah, pemeliharaan.
  9. Kitab Jinayat: Membahas tentang jinayat (kriminal), diyat (tebusan), menuntut darah dan sumpah, memerangi orang-orang yang melanggar hak, memerangi orang yang durhaka dan membunuh orang yang murtad.
  10. Kitab Hudud: Membahas tentang hukuman bagi orang yang berzina, hukuman menuduh,  hukuman bagi pencuri, hukuman peminum khamar dan penjelasan tentang minuman yang memabukkan, ta’zir dan hukuman bagi penjahat.
  11. Kitab Jihad: Mengenai jihad, upeti dan gencatan senjata, berlomba menunggang kuda dan memanah atau menumbak.
  12. Kitab Sumpah dan Nadzar
  13. Kitab Memutuskan Perkara: Tentang Qadha (Keputusan), persaksian, dakwaan dan bukti.
  14. Kitab Memerdekakan Budak: Tentang Mudabbar, Mukatab dan Ummul Walad.
  15. Kitab Adab (Etika): Tentang kebajikan dan silaturahmi, zuhud dan wara, pencegahan terhadap keburukan-keburukan akhlak, anjuran melakukan akhlak yang mulia, dzikir dan doa.

Dari pembahasan yang ada di dalam Bulughul Maram terlihat jelas, sepertiga berkaitan dengan ibadah mahdhah (hablum minallah) dan duapertiga berkaitan dengan ibadah ghair mahdhah (hablum minannas). Artinya, betapa luasnya hukum Islam. Ia tidak hanya membahas masalah hubungan hamba dengan Tuhannya, tetapi juga masalah hubungan antar manusia. Hal ini sangat bertentangan dengan penilaian orang-orang sekuler dan liberal yang menuduh Islam sebagai agama yang sempit. Yaitu agama yang hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, oleh karena itu bersifat pribadi. Dari sini kita melihat, pada hakikatnya Islam itu syumul atau menyeluruh yang membawa misi nilai-nilai perbaikan.   

Demikian penjelasan singkat tentang isi buku ini. Mudah-mudahan resensi singkat ini dapat mendorong kita untuk membaca dan mempelajari buku tersebut. 

Selasa, 24 April 2012

Amalan Ringan Berpahala Besar (2)

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam maka hendaknya dia shalat witir di awal malam, barangsiapa yang yakin bisa bangun di akhir malam maka hendaknya dia shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam adalah shalat yang dipersaksikan dan itu lebih utama.” (HR. Muslim)


Sahabatku, betapa pentingnya bagi Rasulullah mengerjakan shalat witir. Meskipun sunah namun beliau senantiasa mengerjakannya setiap hari. Rasulullah Saw. bersabda, "Dari Ali Ra., dia bertutur, “Sesungguhnya shalat witir tidak harus dikerjakan dan tidak (pula) seperti shalat kamu yang wajib, namun Rasulullah melakukan shalat witir, lalu bersabda, “Wahai orang-orang yang cinta kepada Al-Qur’an, shalat witirlah, karena sesungguhnya Allah itu ganjil yang menyenangi (shalat) yang ganjil.” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Nasa’i dengan sanad shahih)


Abu Hurairah Ra. menuturkan, “Kekasihku Rasulullah Saw. berpesan kepadaku dengan tiga perkara (yang tidak akan aku tinggalkan hingga mati): [1] berpuasa tiga hari pada setiap bulannya, [2] mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha, dan [3] mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan kita ketahui bersama bahwa Abu Hurairah di malam hari menggunakan waktunya untuk mengulangi hadits-hadits yang ia hafal, sehingga sulit bagi beliau bangun di akhir malam. Jadi, beliau dinasehatkan shalat witir sebelum tidur.


Rasulullah memberikan solusi praktis kepada kita agar tetap memperoleh pahala yang besar dalam situasi dan kondisi sesulit apapun. Hal ini menunjukkan kemudahan ajaran Islam. Bila kita khawatir tidak bisa atau tidak sanggup shalat witir di akhir malam, kita bisa melaksanakannya di awal malam. Misalnya setelah isya atau sebelum tidur. Kedudukannya adalah sebagai orang yang telah melaksanakan shalat witir. Bagaimana jika kita bangun di akhir malam, apakah boleh melaksanakan shalat tahajud? Ya, boleh, bahkan itu lebih baik dan lebih menunjukkan keseriusan kita dalam beribadah kepada-Nya. Tapi kita tidak perlu melaksanakan shalat witir. Karena, sebelumnya kita sudah melaksanakan shalat witir.