Kamis, 17 Mei 2012

Zuhairi Misrawi Lebih Hebat Daripada Imam Hasan Al-Banna


"Hasan al Bana cuma ustadz yang bukunya sekelas buku tahlilan,” demikian pendapat Zuhairi Misrawi dalam seminar yang bertema Arab Spring dan Kebangkitan Politik Syariah, yang diadakan di gedung PP. Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya No.62, Jakarta Pusat, kemarin (9/5).

Menurutnya, ketika ditanyakan tentang kriteria ulama, ia menjawab bahwa Hasan al-Banna tidak bisa disejajarkan dengan ulama-ulama sekelas Imam Syafii, Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Abdul Qadir al-Jaelani, Imam al-Ghazali, dan lain-lain. “Buku-buku al-Banna hanya manifesto politik seperti buku Karl Marx,” jelasnya.

Pendapat Zuhairi ini dikemukan berkaitan dengan keherannnya terhadap Ikhwanul Muslimin, mengapa yang dijadikan marjaiyah atau rujukan dari Ikhwanul Muslimin ini hanya berakhir sampai Sayyid Qutb dan Hasan al-Banna, “padahal al-Bana bukanlah seorang ulama, dan pemikiran-pemikiran al-Banna terkait dengan kondisi Mesir ketika itu,” tegasnya. (http://www.sabili.co.id/indonesia-kita/zuhairi-misrawi-hasan-al-banna-bukan-ulama)

Sahabatku, ada tiga hal yang patut dicermati dari perkataan orang yang tidak beradab ini. Pertama, seorang muslim yang berilmu selain memiliki ilmu juga harus memiliki adab. Tanpa adab, orang yang berilmu akan merusak ketimbang memperbaiki. Dia tidak beradab kepada orang yang lebih tua darinya. Tidak beradab kepada orang yang lebih berilmu darinya. Tidak beradab kepada orang yang hari-harinya dihabiskan untuk jihad di jalan Allah. Tidak beradab kepada ayah-ibunya. Tidak beradab kepada kitab sucinya. Tidak beradab kepada gurunya. Dan sebagainya. Tanpa adanya adab itu, bersemayam kesombongan dalam dirinya. Dia merasa lebih hebat, lebih suci, dan pemikirannya lebih berbobot ketimbang orang lain.

Itulah mengapa seorang ilmuwan dan cendikiawan muslim kaliber internasional, Syed Naquib Al-Attas mengatakan bahwa terjadinya kerusakan ilmu disebabkan karena tidak adanya adab bagi si pemilik ilmu tersebut. Dalam hal ini, Zuhairi Misrawi tidak punya adab terhadap orang yang ilmu dan amalnya melebihi dia. Tidak punya adab terhadap orang yang menghabiskan waktunya dengan amal saleh. Tidak punya adab karena telah menghina seorang yang telah berkarya nyata melebihi sebuah buku tahlilan.

Jadi, alangkah sombongnya orang ini. Dia menganggap dirinya lebih hebat daripada Imam Hasan Al-Banna. Sesungguhnya perkataan yang buruk keluar dari lisan orang yang tidak memiliki iman atau imannya sangat rendah. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw., “Barangsiapa beriman kepada negeri akhirat, berkatalah yang baik atau diam.”

Kedua, seorang alumni al-azhar bukan berarti akidahnya juga hanif. Banyak orang berilmu tapi ilmunya tidak bermanfat bagi dirinya maupun umat. Bahkan dia menjadi orang yang menyesatkan umat. Dia lebih berbahaya daripada orang awam yang dengan keawamannya diam dihadapan umat. Ketiadaannya lebih baik bagi umat ketimbang keberadaannya. Buruk sekali pemahaman Zuhairi Misrawi bila yang dimaksud dengan ulama adalah orang-orang sekelas Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad. Siapa yang membatasi pengertian ulama pada keempat Imam Madzhab itu? Ternyata hanya seorang Zuhairi. Seorang alumni Al-Azhar yang karya-karyanya sangat sedikit dan tidak berbobot bila dibandingkan para ulama yang telah banyak berkarya dan karyanya itu menjadi rujukan hingga kini. Saya tidak tahu apakah Zuhairi hafal Al-Qur'an atau tidak. Hafal puluhan ribu hadits atau tidak. Mampu menjawab masalah-masalah fikih atau tidak. Di atas Zuhairi ada ulama yang bergelar profesor doktor, sedangkan dia hanya mampu kuliah S1 di Al-Azhar. Itu bukan suatu yang membanggakan bagi umat kecuali mungkin kebanggaan bagi dirinya sendiri.

Maka, definisi ulama yang paling benar adalah definisi yang dijelaskan para salafus shalih. Karena, jiwa mereka telah menyatu dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Merekalah tentara Allah dan sebaik-baik umat manusia. Saya telah menjelaskan dalam artikel saya di sini yang berjudul "Orang yang Berilmu adalah Orang yang Takut Kepada Allah." 

Ketiga, benarkah Imam Hasan Al-Banna hanya menulis buku sekelas tahlilan? Ini fitnah yang diucapkan oleh seorang pendengki. Orang yang teracuni kedustaan para orientalis. Orang yang dicekoki oleh hawa nafsu pemikirannya sendiri. Orang yang tidak membaca karya-karya Imam Hasan Al-Banna kecuali mungkin hanya Al-Ma'tsurat yang populer baik dimata cendikiawan maupun orang awam.Saya yakin, meskipun Imam Hasan Al-Banna sangat sedikit menulis tapi karya tulisnya jauh lebih banyak daripada karya tulis Zuhairi Misrawi. Mengapa? Karena Imam Hasan Al-Banna adalah seorang kolumnis. Beliau telah menulis artikel-artikel agama, politik, sosial, dan masalah-masalah lain yang memang betul-betul beliau kuasai. Beliau biasa menulis di majalah-majalah yang diterbitkan Ikhwan. Kadang dalam satu edisi beliau menulis banyak rubrik di majalah tersebut. Sehingga majalah tersebut sangat kental dengan pemikiran Imam Hasan Al-Banna. Salah satu jurnal ilmiah terkenal di mana Hasan Al-Banna terlibat aktif di dalamnya adalah Majalah Al-Manar. Majalah ini adalah cikal bakal lahirnya Tafsir Al-Manar karya Sayyid Muhammad Rashid Ridha dan Syaikh Muhammad Abduh. Hasan Al-Banna adalah alumni madrasah Rashid Ridha. Beliau banyak berguru pada Sayyid Rashid Ridho. Ketika Rashid Ridha wafat, keluarga besar Rashid Ridha berharap kepada Hasan Al-Banna untuk menerbitkan kembali Majalah Al-Manar yang sempat vakum. Akhirnya Hasan Al-Banna pun menyetujuinya.Majalah yang terkenal itu tidak mungkin dilanjutkan kecuali dilanjutkan oleh seorang ulama besar yang kepakarannya sebanding dengan Imam Rashid Ridha. Semoga Allah merahmati keduanya.

Banyak orang yang tercerahkan karena perkataannya. Banyak yang tergerakan oleh buah penanya. Lahirlah kemudian para ulama-ulama dan pemikir kaliber internasional, sebagian di antaranya saya sebutkan di artikel saya yang berjudul "Tujuh Pendekar Pena Ikhwanul Muslimin". Apakah ulama dan pemikir-pemikir tersebut lahir dari orang biasa? Yang hanya bisa menulis buku tahlilan? Mereka mengakui bahwa mereka adalah hasil didikan madrasah Hasan Al-Banna. Mereka menjalankan marhalah-marhalah yang sudah dijelaskan Hasan Al-Banna padahal mereka adalah para ulama besar. Ulama besar tidak mungkin dilahirkan bila gurunya juga bukan ulama besar. Hasan Al-Banna bukanlah ulama biasa tetapi ulama luar biasa. 

Syaikh Hasanain Makhluf Rahimahullah (mantan Mufti Mesir) berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya."

Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia, Syaikh Manna Al-Qaththan berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)

Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh Hajj Amin Al-Husaini, Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadawi, Sayyid Quthb, Syaikh Muhammad al Ghazaly, Syaikh Muhammad al Hamid, Syaikh Abu Zahrah, Syaikh Musthafa al Maraghi.Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Muhibuddin al Khathib,Syaikh  Yusuf al Qaradhawy, Syaikh Said Ramadhan Al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Syaikh Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Bahkan seorang Thaha Husein, tokoh sekuler Mesir, memuji Hasan Al-Banna. 

Kita bukanlah termasuk orang-orang yang fanatik terhadap seorang tokoh atau ulama sebagaimana orang-orang seperti Zuhairi fanatik terhadap kesekuleran dan keliberalannya. Tetapi kita berdiri di atas kebenaran yang dengan kebenaran itu kita berjalan di jalannya. Yang dengan kebenaran itu kita mengetahui mana kawan dan mana lawan. Yang dengan kebenaran itu para aktivis Ikhwan berusaha mewujudkan cita-citanya  hingga ajal menjemputnya. Ikhwanul Muslimin bertabur bintang cendikia. Ulamanya telah berkarya. Oleh karena itu, alangkah bodoh bila seorang Zuhairi bila mengatakan bahwa pemikiran Ikhwan mandeg sampai Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb. Bila mandeg, Ikhwan sudah berhenti sejak kematian keduanya. Tapi kini Ikhwan tetap berkembang, dinamis, dan terus melahirkan karya-karya dan tokoh-tokoh gemilang.

15 komentar:

  1. kalo menurutku, lebih baik anda mengundang Zuhairi Misrawi dalam satu dialog, atau di akomudir dalam satu forum. kalo seperti ini caranya kan kurang mengesankan. jangan jangan hal itu hanya sekedar isu. dan jika hal itu memang benar. anda bisa menghantam dengan pendapat pendapat anda kepada zUHAIRI. Siapa yang gak bisa menulis seperti anda? anak kecil berusia SMP pun aku yakin bisa. tapi jika anda mengadakan interaksi langsung dengan Zuhairi yang diakumudir dalam satu forum. saya dan kaum muslimien lainnya akan mengajungi jempol.

    Banyak yang mendukung anda.
    Anak anak bisa melakukan apa yang anda lakukan pada Blog ini.
    Trims.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas masukannya dan saya siap berdiskusi dengan zuhairi. Punya link ke zuhairi? Tapi maaf, saya sanksi kalau dia mau. Teman saya Akmal Sjafril saja mereka remehkan dan ajakan diskusi itu tidak pernah mereka sanggupi. Yang ada malah lempar tanggung jawab. Hal ini bisa dikonfirm langsung ke Akmal Sjafril aktivis Indonesia Tanpa JIL.

      Masalah anak kecil bisa menulis seperti saya, itu bagus. Apalagi kalau yang nulisnya anak mas edy. Saya pasti acungi jempol dari kedua tangan sampai kedua kaki saya. Sudah punya anak kan? Kalau belum punya anak, silahkan tanya anak saudara atau anak tetangga anda.

      Hapus
    2. Subhanallah bahasa Akh Abu, semoga anda senantiasa diberi kesehatan dan perlindungan Allah SWT. Mari membentengi diri dari serbuan liberalis, orientalis dan sejenisnya. Teruskan menulis, menulis ada senjata, karena dengan tulisan pula-lah mereka merusak Islam.

      Hapus
    3. beliau sangat mudah ditemui di twitter, silahkan cari dan follow saja akunnya untuk dapat berdiskusi.

      Hapus
    4. kalau mas edy lebih pintar dari mas abu, silahkan pertembukan mas abu dengan "si dia", kalau anda menganggap tulisan mas abu seperti tulisan smp, logika anda terlalu mengecilkan arti tulisan yang bagus ini, apakah pak edy punya blog ? saya pengin melihat tulisan-tulisan anda pak.

      Hapus
  2. sepertinya si Edy itu gak jauh beda dengan si Zuhai yang sesat itu.. hhheee piss

    BalasHapus
  3. Jazakumullah atas tulisan dan bahasannya, mencerahkan menjadi penyeimbang pemikiran tidak semua orang dapat menulis seperti ini perlu wawasan yang luas..dan kemauan, teruskan berkarya untuk mencerahkan ummat..!! jangan hiraukan komentar yg kurang pantas!!!

    BalasHapus
  4. zuairi misrawi saya baru tahu namanya..biasanya kalau mau terkenal cari sensasi.

    BalasHapus
  5. sayang, si zuhairi terkenal krn hal yg jeleknya. baru2 ini di twitter dia bikin ulah lagi, krn ulahnya itu lah saya sampai ke blog ini..

    http://www.bersamadakwah.com/2013/07/zuhairi-misrawi-islamis-di-indonesia.html

    BalasHapus
  6. biasalah si zuhai dan konco2nya kan nyari makan dari bikin sensasi kontroversial (dengan menjelk2an umat islam) dengan demikian majikan mereka (israel & AS beserta pasukan zionisnya laknatulloh) akan mengucurkan $$$ buat ngebulin dapurnya sizuhei dan konco2nya.

    BalasHapus
  7. zuhairi itu CUMA MENCARI MAKAN dengan MENJUAL AGAMA dengan PEMIKIRAN2 KAFIR. jadi anggaplah Zuhairi itu BURUNG BEO...yg cuma meniru ucapannya orang kafir. tolong luruskan kalau sy salah,,wahai Zuhairi.

    BalasHapus
  8. tapi dia munafik juga.. dia gak mungkin menyuruh Ibu atau saudara perempuannya atau anak perempuannya utk ikut pergaulan bebas / seks bebas. padahal menurut 'Hukum Liberal' ayat sekian, " DIBOLEHKAN HIDUP BEBAS DALAM BERPENDAPAT DAN BERTINDAK (termasuk berganti2 pasangan) SELAMA ITU TIDAK MENGGANGGU KETERTIBAN UMUM & BS MEMBUAT HATI SENANG...dst....,, Nah knp dia gk nyuruh ibu atau sdrnya itu utk hdup bebas sperti hewan ???namun walau dia gak mngkin rela anaknya /saudaranya jd pelacur,,setidaknya dirinya sendiri telah njd PELACUR dan menghianati ilmunya...krn TELAH MENODAI ksucian wahyu (agama).. bukankah itu lebih berat drpd dosa menodai ibunya sendiri? tp syg... pikiran dia gak sampai k sini,, atau sampai tp..sgaja d tutupi...atau berpura2 bloon...pdhl memng nyata bloon ..., naudzubillah...

    BalasHapus
  9. ga diragukan lagi, hanya orang bodohlah yang bisa bersikap sombong.....

    BalasHapus
  10. harap sdr2 maklum akan kondisi zuhairi,dari profilx kt sdh tahu siapa dia sekarang...skalipun dl sy tau siapa dia waktu di pesantren..andaikan pak kyai msh hidup..mungkin beliau akan berkomentar sama dengan komentar kyai Gontor...ketika diminta komentarnya tenatng Nur kholis majid

    BalasHapus
  11. Subhanallah... Saya suka tulisan ini. Saya baru mengenal Zuhairi Misrawi sejak membaca novelnya berjudul 'Pelangi Melbourne'. Dalam novel itu saya sempat dibuat penasaran seperti apa sosok si penulis yg begitu fanatiknya terhadap pemikiran liberalismenya. Terkesan pula kesombongan si penulis yg terlalu banyak berbasa-basi seperti ingin dibilang sok pintar padahal segala wawasannya tidak terlalu berguna, hanya membuat alur cerita novelnya menjadi sangat lambat dan ceritanya pun menyesatkan. Dan setelah saya telusuri ruang web, akhirnya saya menemukan banyak info tentang Zuhairi. Rasa penasaran saya akhirnya terbayar, dan nyatanya memang Zuhairi Misrawi adalah pribadi yg jauh dari akhlak yg baik, terlalu sombong dengan pemikirannya, seperti novelnya pelangi Melbourne yg hanya merusak pemikiran generasi muda muslim. Ya, kita memang harus selalu berdiri di atas kebenaran, berilmu sekaligus beradab. Kesombongan itu hanya milik Allah semata. Semoga Allah merahmatimu. Teruslah menulis dan saling nasehat-menasehati. :)

    BalasHapus