Abu Sabrah an-Nakha'i mengatakan ada seorang muslim yang
melakukan perjalanan dari Yaman dengan seekor keledai. Ketika berada di tengah
perjalanan, keledainya mati. Kemudian dia pergi wudhu dan shalat. Setelah itu, dia berdoa kepada Allah,
"Ya Allah, aku datang dari Dafinah untuk berjihad di jalan-Mu dalam
mencari keridhan-Mu, sedangkan aku bersaksi bahwa Engkau Maha Menghidupkan yang
mati serta Maha Membangkitkan orang yang dikubur. Janganlah Engkau jadikan
makhluk apa pun yang akan menolongku pada hari ini. Aku mohon kepada-Mu untuk
menghidupkan keledaiku." Maka keledai itu pun berdiri sambil
menggerakkan telinganya.
Peristiwa ini dikisahkan lagi oleh al-Hafidz Ibnu Abid
Dunya dari periwayat yang lain dalam kitabnya: Yang Hidup Sesudah Mati.
Dalam buku itu disebutkan bahwa laki-laki tersebut kembali memberi pelana
keledainya dan mencambuknya kemudian mengendarainya. Dia pun kembali bertemu
dengan para temannya, lalu mereka bertanya, "Bagaimana keadaanmu?"
Dia menjawab, "Allah telah menghidupkan kembali keledaiku."
Asy-Sya'by berkata, "Aku menyaksikan keledai itu sudah dijual atau sedang
dijual di Kufah."
Sahabatku, apa yang sulit bagi Allah untuk mengabulkan
doa hamba-Nya, meskipun doa itu terdengar "aneh" atau "sulit"
dikabulkan-Nya? Seringkali kita menganggap mustahil bagi Allah seperti anggapan kita
tentang kemustahilan makhluk-Nya. Padahal berburuk sangka kepada Allah adalah
salah satu penyebab terhalangnya doa dari kita. Sesungguhnya menghidupkan dan mematikan makhluk adalah
pekerjaan yang mudah bagi Allah. Tidak masalah
berdoa seperti yang dilakukan seorang muslim dalam kisah di atas. Sedangkan
masalah pengabulan itu bukan wewenang kita. Jika pengabulan doa itu adalah
kebaikan untuk kita, niscaya Allah akan segera mengabulkannya. Jika tidak,
Allah mempunyai rencana yang paling baik bagi hamba-Nya yang bersabar dan
berserah diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar