Jumat, 23 Maret 2012

Kitalah yang Lebih Berhak Banyak Menangis

Pada suatu malam, Rasulullah Saw. berada di rumah istrinya yang bernama Ummu Salamah. Ketika malam sudah menyelimuti kota Madinah, penghulu umat manusia itu bangun dari tidurnya dan berdoa di ruangan yang gelap sambil meneteskan airmata.

Beberapa saat berikutnya, Ummu Salamah terjaga dan mendapati Rasul sudah tidak ada disisinya. Demi melihat itu, ia beranjak dari tempat tidur untuk mencari Rasul. Ia menjumpai beliau sedang berdiri mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah! Janganlah Engkau ambil dariku nikmat-nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku! Jangan jadikan diriku sebagai cercaan musuh dan jauhkan diriku dari terjatuh ke dalam kekuasaan orang-orang yang iri terhadapku. Ya Allah, janganlah Engkau kembalikan diriku kepada keburukan dan hal-hal makruh yang telah Engkau selamatkan diriku darinya. Janganlah Engkau lepaskan aku kepada diriku sendiri barang sekejap dan perihalah diriku dari segala marabahaya dan berbagai penyakit.”

Tatkala mendengar ratapan dan doa itu, Ummu Salamah tak dapat menahan airmatanya. Ketika Rasul mendengar suara tangisan istri yang dikasihinya itu, beliau segera menghampirinya dan menanyakan apa yang telah terjadi?

Ummu Salamah berkata, “Wahai Rasul! Tangisan dan doamulah yang telah membuatku menangis. Jika engkau, dengan kedudukanmu yang amat tinggi di sisi Tuhan, merasa demikian khawatir dan memohon kepada-Nya agar tidak meninggalkanmu walau sekejap mata, lalu bagaimana dengan diriku yang banyak dosa?

Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Ummu Salamah! Bagaimana aku bisa yakin dengan nasib dan kesudahan hidupku? Sementara Yunus As. karena ditinggalkan Tuhan sekejap saja, dia tertimpa bencana yang seharusnya tidak dialaminya!”

Subhanallah! Bayangkan diri kita, kebaikan apa yang telah kita perbuat hari kemarin dan hari ini? Ataukah kemaksiatan yang telah kita perbuat? Pernahkah kita menangis tersedu-sedu mengingat dosa-dosa itu? Ataukah kita malah tertawa keenakan ketika melakukannya? Masya Allah! Kitalah orang-orang yang penuh dosa. Kitalah orang-orang yang lebih berhak banyak menangis ketimbang Rasul mulia itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar