Senin, 24 September 2012

Mengejar Ketertinggalan

Saya sangat terkesan dengan sebuah status seorang teman di Facebook. Dia mengatakan, untuk menjadi seorang yang sukses, maka kita harus mengerjakan pekerjaan di atas rata-rata. 

Yang saya tangkap dari ungkapan itu, saya contohkan, bila kebanyakan manusia membaca buku satu halaman setiap hari, maka untuk menjadi orang yang sukses, kita harus membaca minimal dua halaman setiap hari. Contoh yang lain, bila kebanyakan manusia hanya mengerjakan shalat fardhu, maka kita menambahnya dengan shalat-shalat sunah, minimal dua rakaat. Dan seterusnya.

Maka, tiada lain bagi kita untuk terus berjuang, mengisi waktu-waktu kita dengan amal kebaikan hingga maut menjemput kita. Seluruh umat manusia diberi waktu 24 jam dalam sehari, tetapi mengapa ada yang mampu menghasilkan karya hebat dan ada yang tidak, ada yang mampu mengurus sebuah perusahaan besar atau sebuah jamaah besar, di sisi lain ada yang hanya mampu mengurus dirinya sendiri.

Bagaimana bisa menjadi seorang yang sukses jika aktivitas kita sehari-hari lebih banyak tidur dan bermalas-malasan! Bagaimana bisa kita mengejar ketertinggalan dari orang lain yang lebih aktif ketimbang kita, sementara kita bekerja sama seperti mereka! Tidak! Tidak mungkin kita dapat mengejar ketertinggalan ini selagi kita sama seperti mereka. Kita harus lebih dari mereka! Bersungguh-sungguhlah, niscaya Allah akan memberikan hadiah dari kesungguhan itu. 

Tidak ada kata terlambat bagi kita sebelum maut menjemput kita.Banyak karya ditorehkan setelah kita menyadari kesalahan kita di masa lalu. Ahli matematika penemu Aljabar, Al-Khawarizmi, nyatanya baru mulai belajar matematika dan ilmu eksak lainnya ketika berusia 24 tahun.

Ketika waktu kita diisi dengan kebaikan, maka yang akan kita pikirkan selanjutnya adalah skala prioritas. Bila diam lebih baik daripada berbicara; bila ilmu lebih baik daripada shalat sunah; shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian. Maka kita akan melakukan amalan yang lebih baik itu. Dalam sejarah diceritakan, pada suatu hari Imam Syafi'i menginap dirumah Imam Ahmad bin Hanbal. Di malam hari, kedua ulama besar ini melakukan dua aktivitas yang berbeda; Imam Syafi'i memprioritaskan diri dengan ilmu, sedangkan Imam Ahmad memprioritaskan diri dengan shalat sunah qiyamul lail. Bila kita sudah sampai pada tahapan skala prioritas, berarti kita sudah memasuki gerbang kebangkitan, kemajuan, dan kejayaan.

Sudah bukan waktunya bagi kita untuk berdiam diri sementara orang diluar sana sudah mampu pergi ke luar angkasa. Sudah bukan waktunya bermalas-malasan sementara saudara-saudara kita sudah banyak yang hafidz quran, meraih gelar sarjana S1 hingga S3 diusia sama seperti kita. Sudah saatnya bagi kita untuk mengejar ketertinggalan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar