Allah Swt. berfirman, "Dan
sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat
tinggal." (QS. An-Nahl: 80) Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
"Allah Swt. menyebutkan kesempurnaan nikmat-Nya atas hamba-Nya, dengan apa
yang Dia jadikan bagi mereka rumah-rumah yang merupakan tempat tinggal mereka.
Mereka kembali kepadanya, berlindung dan memanfaatkannya dengan berbagai macam
manfaat."
Keindahan terpancar dari rumah yang
didalamnya terdapat akhlakul karimah. Seorang suami yang baik berusaha membantu
istrinya meskipun baru saja dia pulang kerja. Dia tidak melihat kelelahan yang
ada pada dirinya, tetapi rasa cintanya kepada keluarga membuat semangatnya
bangkit kembali. Bagi dirinya, apa yang dilakukannya akan dibalas Allah dengan
pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Duduknya seorang lelaki dengan istrinya kemudian membahagiakannya,
pahalanya sama dengan orang yang itikaf di masjidku.”
Subhanallah, ini adalah
keutamaan yang besar bagi kaum muslimin. Yang dimaksud masjidku bukan
masjid-masjid yang biasa kita shalat di dalamnya, tetapi Masjid Nabawi di
Madinah yang diberkahi Allah. Apabila kita shalat di dalamnya maka pahalanya
sama dengan 10.000 kali shalat di tempat lain. Tidakkah kita menginginkan
keutamaan yang besar ini?
Begitupun yang dilakukan oleh seorang
istri salehah. Meskipun rasa lelah menggelayuti dirinya karena dari pagi sampai
sore mengurus rumah dan anak-anak, dia masih tersenyum manis ketika bertemu
dengan suaminya yang baru saja pulang bekerja. Dan, dengan setia pula dia
melayani sang suami. Rasulullah Saw. bersabda, “Dunia ini penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik
kenikmatan dunia adalah istri yang salehah.”
Ketika keduanya telah melakukan
kebaikan ini maka terpancarlah keindahan di dalam keluarga itu. Suami akan
semakin mencintai istrinya, begitupun istri akan semakin mencintai suaminya.
Anak-anak yang melihat akan bahagia, saling mencintai, dan semakin hormat
kepada kedua orangtuanya. Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak akan pernah memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia dan
tidak akan pernah menghinakan wanita kecuali lelaki yang hina."
Rasulullah Saw. adalah sosok teladan
terbaik yang berhasil membina rumahtangga. Fokus beliau bukan pada harta yang
dengan cepat hilang apabila dimakan dan lenyap dimakan usia, tetapi pada
nilai-nilai kebaikan yang beliau tanamkan dalam diri beliau dan keluarga
beliau. Dr Aisyah Abdurrahman bercerita tentang
kehidupan keluarga Rasulullah Saw: "Rumah beliau indah, meski sangat
sederhana. Beliau lebih mengutamakan hidup dalam rumahnya sebagai orang zuhud. Beliau
tidak pernah memaksakan sesuatu apapun terhadap istri-istrinya. Ia selalu isi
kehidupan rumah tangganya dengan kehangatan dan kebersamaan yang
menyenangkan."
Dalam bahasa lain,
Abbas Mahmud Al-Aqqad menggambarkan bahwa Rasulullah Saw. tidak menjadikan
wibawa kenabian sebagai penghalang antara beliau dan para istrinya. Malah,
kadang-kadang beliau terlalu bersikap lunak terhadap para istrinya, tegur sapanya
manis, dan selalu mengalah.
Gambaran-gambaran
tentang rumah tangga Rasulullah Saw tersebut menjelaskan bahwa keluarga beliau
tidak pernah mencari kebahagiaan melalui pintu-pintu duniawi. Mereka mencari
kebahagiaan dari pintu-pintu akhlak mulia.
Artinya, baik
Rasulullah Saw maupun istri-istrinya menempatkan akhlak sebagai jalan utama
tercapainya kebahagiaan mereka. Tak heran jika kemudian Rasulullah Saw
bersabda: Baiti Jannati (Rumahku Surgaku).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar