Anakku, bila ayah
disuruh memilih, membaca atau menonton televisi, maka ayah akan memilih membaca.
Karena, membaca bersifat aktif sedangkan menonton TV bersifat pasif. Dengan membaca
kita seolah berdialog dengan penulisnya, mengkritisinya, bahkan kita bisa
bertanya tentang sesuatu yang memang harus kita tanyakan. Membaca juga
memberikan warna bagi pemikiran kita sehingga kreativitas kita bertambah.
Membaca dapat menghubungkan satu jaringan sel dengan sel-sel lainnya di dalam
otak kita sehingga kita menemukan pencerahan, ide dan gagasan baru yang
bermanfaat bagi kita dan bisa jadi bagi umat manusia. Seluruh aktivitas membaca
sangat bermanfaat mulai dari awal hingga akhirnya. Bila waktumu engkau sibukkan
dengan membaca, maka waktu itu penuh dengan kebaikan.
Sebaliknya bila
engkau menghabiskan waktu dengan berjam-jam nonton TV, ia tidak memberikanmu
manfaat kecuali tayangan itu memang
benar-benar bermanfaat. Menonton acara-acara yang tidak bermanfaat sama seperti
halnya engkau menelan bulat-bulat setiap informasi yang masuk. Bila acaranya
tentang kemewahan, maka engkau ingin memiliki kemewahan itu, memiliki banyak keinginan
duniawi, dan hal itu akan menjadi tujuan utamamu dengan jalan apapun dalam
meraihnya. Bila engkau melihat acara yang mengumbar syahwat, lama kelamaan
engkau ingin melakukan hal yang sama seperti itu. Ini jelas berbahaya bagimu,
apalagi diusiamu yang masih belia.
Seorang psikolog
terkenal dari Amerika Serikat bernama DR. David Niven berkata, Ketika Anda di
supermarket, apakah Anda membeli sesuatu dari setiap rak? Tentu saja tidak.
Anda ke rak yang Anda inginkan dan melewati rak-rak yang tidak Anda butuhkan.
Tetapi ketika menonton televisi, sepertinya kita akan membeli sesuatu dari
setiap rak.
DR. David Niven
melanjutkan, Para psikolog menemukan beberapa orang yang banyak sekali menonton
televisi sebenarnya menghalangi kemampuan mereka untuk mempedulikan suatu
percakapan. Di dalam psikologi ada satu kalimat yaitu: “Televisi merampok waktu
kita dan tak pernah mengembalikannya.”
Hasil penelitian dari
Wu pada tahun 1998 menyebutkan, Menonton televisi terlalu banyak dapat
melipatgandakan keinginan kita untuk memiliki barang-barang dan dapat
menurunkan kebahagiaan seseorang kira-kira 5% untuk setiap jam sehari disaat
kita menonton.
Lantas, apakah itu
berarti kita tidak boleh sama sekali menonton televisi? Bukan seperti itu
anakku. Tapi, tontonlah acara TV yang memang layak ditonton. Di saat waktu luang,
di mana saat itu bukan saatnya kamu menonton TV, maka janganlah engkau
sia-siakan waktu itu dengan menonton TV. Kerjakanlah pekerjaan yang lebih
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar