Profesor atheis terkenal Richard
Dawkins menerima tepuk tangan meriah dalam komunitas tradisional Kristen
Stornoway beberapa hari yang lalu, setelah berpidato selama 2 jam di mana ia
mengatakan tidak mungkin ada Tuhan.
Profesor berusia 71 tahun itu
menggambarkan Islam sebagai “salah satu kejahatan terbesar dunia” dalam
ceramahnya yang bertajuk “The God Delusion”, sebagai bagian dari kunjungan
langkanya ke Western Isles.
Pernyataan itu disampaikan selama
Festival Buku Hebrides di tengah kerumunan massa yang berjumlah 220 orang.
Bahkan ada daftar tunggu hingga 60 orang untuk tiket, setelah tiket acara
terjual habis dalam waktu 40 menit.
Para
peserta acara bersorak keras pada saat Prof Dawkins menggunakan penampilannya untuk
menyerang Islam, sembari dirinya menekankan bahwa “mayoritas muslim” tidak
jahat, hanya agama mereka yang jahat.
Prof.
Dawkins adalah ahli biologi terkenal asal Inggris. Beliau dikenal sebagai
"anjing buldognya" Charles Darwin dalam membela mati-matian Teori
Evolusi. Para ilmuwan dunia termasuk Harun Yahya telah berdebat dengan Dawkins.
Atheismenya bermula dari kefanatikannya terhadap Teori Evolusi bahwa alam semesta
beserta isinya wujud secara kebetulan. Serangan Dawkins terhadap agama secara
umum bukan suatu hal yang baru. Dia pernah mengatakan, ada tiga hal yang
merupakan alasan buruk untuk mempercayai sesuatu: tradisi, otoritas, dan wahyu,
yang biasanya diwariskan turun-temurun dan sulit diuji. Jebakan-jebakan ini,
ujarnya, telah terbukti terlalu sering menyebabkan manusia kehilangan kemampuan
berpikir kritisnya.
Dalam
hal ini Dawkins sedang menantang Tuhan yang telah menciptakan alam semesta
beserta isinya berikut kerumitan yang ada didalamnya. Dia mengkritisi Tuhan
tetapi dia sendiri tidak mengkritisi dirinya sendiri, seolah dirinya lebih
hebat dari Tuhan. Seolah dia mengatakan bila dia adalah orang terpandai di
dunia. Bahwa orang pandai itu pasti ateis. Padahal kenyataannya tidak demikian.
Banyak orang pandai justru relijius. Bahkan dalam Islam, dikenal istilah
integralisme sains dan agama. Banyak ilmuwan muslim yang tidak hanya pandai
ilmu-ilmu eksak, sosial, dan yang lainnya. Di sisi lain mereka masih
percaya pada Tuhan, masih menjalankan syariat-Nya, dan masih beribadah
kepada-Nya. Dan mereka jelas-jelas lebih hebat ilmunya daripada Dawkins.
(Mengenai Integralisme Sains dan Agama: http://abu-farras.blogspot.com/2012/02/integralisme-sains-dan-agama-dalam.html)
Bukan karena tidak
ilmiah
Seorang pakar
astrobiologi Inggris, Prof. Chandra Wickramasinghe berkata tentang hal ini:
"Sejak masa pendidikan untuk menjadi seorang ilmuwan, otak saya
benar-benar dicuci agar percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan
penciptaan yang 'disengaja'. Pemikiran tentang penciptaan ini harus
disingkirkan dengan cara yang menyakitkan. Pada saat ini, saya tidak dapat
menemukan argumentasi rasional untuk mengalahkan ajakan mempercayai Tuhan. Kami
biasanya memiliki pikiran terbuka; dan sekarang, kami sadar bahwa satu-satunya
jawaban logis atas kehidupan ini adalah penciptaan-bukan proses acak dan
kebetulan." (Chandra Wickramasinghe, wawancara dalam London Daily Express,
14 Agustus 1981 Sebagaimana
dikutip www.harunyahya.com)
Ahli genetika
terkenal dari Universitas Harvard, Richard C. Lewontin, mengakui bahwa dia
"materialis dulu baru ilmuwan" dengan kata-kata berikut: "Bukan
metode dan penemuan-penemuan ilmiah yang mendorong kami menerima penjelasan
material tentang dunia yang fenomenal ini. Sebaliknya, kami dipaksa oleh
keyakinan apriori kami terhadap prinsip-prinsip material untuk menciptakan
perangkat penyelidikan dan serangkaian konsep yang menghasilkan penjelasan material,
betapa pun bertentangan dengan intuisi, atau membingungkan orang-orang yang
tidak berpengetahuan. Lagi-pula, materialisme itu absolut, jadi kami tidak bisa
membiarkan Kaki Tuhan masuk." (Richard C. Lewontin, The Demon-Haunted
World, The New York Review of Books - 9 januari 1997, p. 28 Sebagaimana dikutip www.harunyahya.com). (Untuk lebih
lengkapnya silahkan baca: http://abu-farras.blogspot.com/2012/03/saintisme-vs-sains-dan-agama.html)
Orang-Orang
Ateis Hidupnya Bermasalah
Sebagaimana
yang pernah saya tulis di blog ini beberapa waktu yang lalu, orang-orang atheis
mempunyai masalah dalam kehidupan pribadinya. Paul
Vitz dalam bukunya Psychology as Religion: The Cult of Self
Worship (1998) menunjukkan bahwa para
ateis "dengan sedikit kekecualian" adalah orang-orang yang
ditinggalkan ayah pada usia dini atau karena sesuatu hal yang membenci ayahnya
itu. Seperti Nietzshe, Freud memandang ayahnya sebagai bapak yang lemah,
pengecut, dan berprilaku seksual yang menyimpang. Ia membenci ayahnya, dan
selanjutnya membenci Tuhan, yang tercipta berdasarkan citra ayahnya.
Psikoanalisis akhirnya membuang Tuhan sebagai sekadar ilusi kekanak-kanakan.
(Untuk lebih lengkapnya silahkan baca: http://abu-farras.blogspot.com/2012/05/dari-irshad-manji-untuk-anak-kita.html)
Anthony Flew VS Richard Dawkins
Kebalikan dari Richard Dawkins yang
masih atheis hingga sekarang, justru ilmuwan terkenal lainnya yang semula ateis
kini mempercayai adanya Tuhan. Flew menyesali apa yang pernah dilakukannya
dulu, yaitu menganjurkan atheisme pada banyak orang. Dia berkata, "Karena
orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan
memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan."
Dari segi pengalaman dan umur, Prof.
Flew jauh lebih hebat dan lebih senior daripada Dawkins. Berita tentang
"taubat"nya Flew ini menjadi berita hangat dibeberapa media terkenal.
Silahkan baca: http://philosophynow.org/issues/47/Letter_from_Antony_Flew_on_Darwinism_and_Theology
Mengapa
Orang Atheis Sangat Membenci Islam?
Karena
mereka tahu Islam adalah antitesis dari kepercayaan mereka. Di dalam Al-Qur'an
bertaburan ayat tentang Sang Maha Pencipta. Dan, seorang muslim artinya berserah
diri kepada Allah. Dalam artian tunduk,patuh, menjalankan syariat-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Ketika mereka menyeru atheisme, rasa-rasanya
sulit bagi mereka untuk tidak menghajar Islam dan penganutnya. Karena, Islamlah
penghalang yang masih murni ajarannya. Dan, dalam sejarah terbukti agama yang
paling sulit ditaklukan, dipreteli, dimanipulasi adalah Islam. Mungkin juga
kebencian Dawkins terhadap Islam disebabkan masih tersimpannya Sindrom Perang
Salib dalam dirinya sebagaimana terjangkiti pada orang-orang Barat kebanyakan.
Ketika Islam mengusik ketenangannya, dia kemudian menggunakan jurus terakhirnya
untuk menghancurkan Islam dengan cara melancarkan tuduhan keji sebagaimana yang disampaikan berita
di atas. Oleh karena itu, ketika Anda menemukan orang-orang atheis membenci
Islam, janganlah Anda merasa heran.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus