Minggu, 29 Desember 2013

Mengapa Muslim Harus Golput?

Menjelang pemilu 2014 banyak caleg dan capres yang tebar pesona. Ada yang motonya bersih, peduli, tegas; cinta, kerja, harmoni; berani lebih baik; lebih cepat lebih baik, dan sebagainya. 

Saya kadang tidak percaya dengan mereka kecuali bila saya lihat mereka bekerja untuk rakyat dan berbaur dengan rakyat 5 tahun sebelum pencoblosan berlangsung. Kalaupun mereka pada saat menjelang pemilu tebar pesona, sebagai bentuk pencitraan, hal itu wajar. Karena toh kebaikan yang mereka lakukan perlu mereka kumulatifkan. Menurut saya, standar ini adalah standar minimal untuk memilih pemimpin yang melayani rakyat.

Jangan sampai kita terkecoh dengan satu dua kebaikan yang baru mereka tampakkan pada saat ini. Kalaupun kita memilih mereka, janganlah menyesal dikemudian hari bila ternyata kebaikan mereka berakhir saat mereka terpilih. Setelah itu, mereka poya-poya, kalau rapat jarang masuk, kalaupun masuk duduk sambil tidur. Tidak sedikit akhirnya mereka terperosok pada tindak pidana korupsi.

Oleh karena itu, menurut saya golput bukanlah pilihan terbaik bagi seorang muslim. Golput justru seperti membiarkan hadirnya pemimpin yang zalim, jauh dari melayani rakyat, yang dipilih karena money politik, atau pemimpin yang anti penegakan syariat. Sementara disekeliling kita masih ada calon pemimpin yang banyak berbuat kebaikan untuk rakyat, pemimpin yang saleh, pemimpin yang jauh dari korupsi.

Biasanya orang golput adalah orang yang punya idealisme. Tapi kadang idealisme mereka tidak diiringi dengan husnudzon kepada orang diluar kelompoknya. Pada akhirnya mereka terjebak pada kritikan dan hujatan kepada sistem yang ada. Padahal sebelumnya mereka tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki sistem itu. Misalnya, tampilnya sosok sekuler liberal seperti ulil abshar abdalla, zuhairi misrawi, dan beberapa sosok lainnya yang anti terhadap islam, tampil juga sosok syiah seperti Jalaluddin Rahmat, dan Al Habsyi.

Apa yang bisa orang golput lakukan disaat orang-orang itu terpilih? Ya, mereka hanya bisa menghujat dan terus menghujat. Kalaupun kelak pemimpin itu membuat undang-undang anti syariat, menangkapi orang-orang yang memperjuangkan syariat, dan sebagainya, hujatan mereka tidak membawa pengaruh apa-apa. Bahkan mereka bisa ditangkap karena telah melawan undang-undang yang telah disahkan.

Lihat saja saat ini banyak pebisnis terjun kedunia politik, tujuannya pasti ingin menyelamatkan dan melindungi bisnisnya. Orang-orang syiah terjun ke dunia politik dengan tujuan menyelamatkan dan melindungi orang syiah, serta mensahkan syiah ditengah masyarakat. Begitupun dengan orang-orang sekuler liberal melakukan hal yang sama. Sementara disaat yang sama sebagian dari kita justru malah melakukan sebaliknya.

Wallahu a'lam bish showab.

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar