Minggu, 22 Desember 2013

Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin Sebagai Common Enemy

Hanya pemerintah Mesir di masa kepemimpinan Muhammad Mursi yang berani dan terang-terangan mendukung oposisi Suriah. Mursi telah mengusir dubes Suriah dan membentuk komite jihad yang para anggotanya terdiri dari tokoh-tokoh lintas negara seperti DR. Yusuf Al Qaradhawi, DR. Muhammad Al Arifi, DR. Sholah Sulthan, DR. Shofwat Hijazy, DR. Hasan Syafi'i, dan ulama lainnya. Mursi juga membuat kebijakan positif dalam melindungi pengungsi Suriah yang masuk Mesir.

Kebijakan Mursi ini kabarnya membuat kalangan militer Mesir yang dekat dengan Bashar Al-Asad Asy Syi'i meradang. Sementara itu negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, & Uni Emirat Arab yang sangat mendukung kudeta terhadap Mursi hanya omdo saja. Dukungan mereka terhadap oposisi Suriah tidak kongkrit. Kemungkinan besar ketidakkongkritan ini terjadi karena ternyata di medan perlawanan Suriah yang banyak berjihad adalah para aktivis Ikhwanul Muslimin.

Arab Saudi-UEA-Kuwait tidak fokus membantu umat Islam di Suriah. Mereka malah sibuk mengurus bagaimana merebut pengaruh perlawanan dari tangan Ikhwanul Muslimin. Caranya adalah, mengganti pimpinan oposisi dari kalangan ikhwan dengan tokoh yang dekat dengan mereka. Sedangkan tokoh itu jauh sekali dari medan perjuangan.

Selama ini dukungan negara-negara Barat terhadap kelompok oposisi Suriah juga nonsense. Pengiriman senjata mereka untuk oposisi Suriah hanya gosip belaka. Biasanya yang menggembor-gemborkannya adalah kaum Syiah Rofidhoh. Pengakuan komandan tempur gerakan perlawanan menyebutkan bahwa pengiriman senjata hanya dusta belaka. Meskipun mereka sendiri mengakui sangat mengharapkan bantuan senjata itu. Dan juga menurut Menlu Rusia, Amerika Serikat lebih setuju mempertahankan rezim Bashar ketimbang mendukung kelompok perlawanan yang mayoritasnya adalah aktivis pergerakan Islam.

Maka tidaklah heran, salah satu tokoh yang paling senang dengan kudeta terhadap Mursi adalah Bashar Al-Asad. Dia mengatakan lengsernya Mursi merupakan berakhirnya kekuatan politik Islam. Karena dukungan Mursi terhadap oposisi sangat kuat pengaruhnya untuk menggulingkan Bashar Al-Asad dari tampuk kekuasaan. Tampaknya pula Bashar mengirim sinyal-sinyal ke negara-negara tetangga jika musuh besar yang kini mereka hadapi sesungguhnya adalah Ikhwanul Muslimin, bukan Suriah, Iran atau bahkan Israel.

Kesimpulannya, kudeta terhadap Muhammad Mursi oleh militer Mesir adalah tragedi demokrasi, tragedi kemanusiaan, dan tragedi keadilan yang disaksikan oleh dunia. Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimin telah menjadi target serangan besar-besaran oleh berbagai kepentingan dunia yang congkak dan zalim. Oleh karena itu, seluruh kaum muslimin harus mendukung Mursi dan gerakan Ikhwanul Muslimin. Sebagai dukungan untuk kemaslahatan umat yang lebih besar. Semoga Allah menyelamatkan Mursi, kaum muslimin Mesir, dan menghancurkan rezim kudeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar