Senin, 23 Desember 2013

Raja Faishal: Raja Berhati Mulia dari Arab Saudi

Apa yang membedakan raja-raja Arab dengan sosok Raja Faishal? Pertama, lihat saja perawakannya. Raja Arab rata-rata gembul alias gendut, sedangkan Raja Faishal kurus. Hal ini saja sudah memunculkan sebuah pemikiran besar tentang semangat perjuangan Raja Faishal dibanding raja-raja Arab Saudi lainnya. Raja Faishal dikenal senang berpuasa dan berpikir, dekat dengan ulama dan rakyatnya, mencintai agamanya, sangat kuat keinginannya untuk merebut kembali Al Aqsha dari tangan kafir Zionis.

Raja Faishal juga dekat dengan kalangan aktivis pergerakan Islam. Dimasanya, khususnya dibulan Ramadhan, radio Arab Saudi menyiarkan pembacaan Tafsir Fizhilalil Quran karya Sayyid Quthb. Beliau juga menekan Gamal Abdun Naser untuk membatalkan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb. Walaupun upaya itu gagal tapi semangat beliau dalam membebaskan Sayyid Quthb patut diacungi jempol.

Raja Faishal memfasilitasi dan memprakarsai berdirinya OKI (Organisasi Konfrensi Islam), lembaga Islam internasional seperti Rabithah Alam Islami dan lembaga-lembaga islam sejenis yang menampung ulama-ulama dan tokoh-tokoh Islam internasional seperti DR. Muhammad Natsir, DR. Said Ramadhan, DR. Yusuf Al-Qaradhawi, dll, yang kebanyakan mereka dari kalangan aktivis pergerakan Islam. Beliau juga mmberikan award yang dikemudian hari diteruskan oleh raja-raja Arab Saudi selanjutnya.

Beberapa tokoh dan ulama yang pernah mendapat award ini, di antaranya: Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Syaikh Ahmad Deedat, Syaikh Nashiruddin Al-Albani, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, DR. Muhammad Natsir, dan Erdogan. Award ini dikemudian hari juga diberikan kepada ilmuwan-ilmuwan berprestasi dari seluruh penjuru dunia. Award ini dapat disejajarkan dengan nobel di dunia Barat. Karena selain mendapatkan award, mereka juga mendapatkan hadiah yang cukup besar. Di antara hadiahnya adalah emas murni 200 gram dan uang sebesar $200.000.

Salah satu upaya perlawanan Raja Faishal kesewenang-wenangan Amerika Serikat dan Israel terhadap kaum muslimin Palestina adalah dengan mengembargo minyak untuk Amerika Serikat. Embargo itu dilakukan karena AS, melalui Presiden Nixon, memberi batuan gila gilaan kepada Israel, berupa 566 pesawat tempur, 22 000 ton bahan peledak, yang dikirim ke Israel. 

Embargo minyak ini sangat berpengaruh bagi perekonomian Amerika Serikat. Embargo ini terbukti efektif untuk menghentikan kebiadaban Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat. Seorang pengamat ekonomi memperkirakan embargo tersebut akan membekukan rumah rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan ekonomi AS tidak akan pulih hingga sepuluh tahun kemudian. Ini mengingat bahwa AS adalah pengkonsumsi minyak terbesar di dunia. AS mengkonsumsi sekitar 22,4% minyak dunia, disusul oleh China (9%) dan Jepang (7%). Pada gilirannya Amerika Serikat mendorong terjadinya perundingan damai agar minyak itu mengalir kembali kepada mereka.

Perlawanan Raja Faishal ini ternyata membuat Israel dan sekutunya tidak senang. Upaya pembunuhan terhadap Raja Faishal pun dilakukan. Beberapa kali gagal. Hingga akhirnya sang raja ini dibunuh oleh orang terdekatnya sendiri, yakni keponakannya. Setelah diselidiki ternyata peran Israel terhadap pembunuhan itu sangat besar. Pacar dari keponakan Raja Faishal ternyata seorang wanita berdarah Yahudi. Raja Faishal syahid bersimbah darah setelah ditembak dari jarak dekat. Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun!

Umat islam merindukan Raja Arab Saudi pemberani seperti Raja Faishal. Bukan raja yang mementingkan kepentingannya sendiri. Bila diibaratkan Raja Faishal dibanding raja-raja Arab Saudi lainnya seperti mutiara di antara bebatuan. Sumbangsih Raja Faishal baik dari segi pemikiran, finansial, hingga nyawa sekalipun sangat besar. Seperti perawakan tubuhnya memunculkan kegesitan, kerja keras, dan semangat juang yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar