Minggu, 08 Juli 2012

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (8)


Imam Hakim meriwayatkan bahwa Hisyam bin Ash Al-Umawi menceritakan bahwa dia dan seorang lelaki lain diutus menemui Heraklius – Raja Romawi – untuk mengajaknya masuk Islam.

“Kami berangkat, dan ketika kami sampai di Al-Gautah – bagian dari kota Damaskus – kami turun istirahat di perkampungan Al-Jabalah bin Aiham Al-Gassani. Lalu kami masuk menemuinya, tiba-tiba kami jumpai dia berada di atas singgasananya. Ia mengirimkan utusannya kepada kami agar kami berbicara dengannya, tetapi kami mengatakan, ‘Demi Allah, kami tidak akan berbicara kepada utusan. Sesungguhnya kami diutus hanya untuk menemui raja (kalian). Jika kami diberi izin untuk masuk, maka kami akan berbicara langsung dengannya; dan jika tidak, kami tidak akan berbicara kepada utusan.’

Kemudian utusan Jabalah bin Aiham kembali kepadanya dan menceritakan segala sesuatunya kepadanya. Akhirnya kami diberi izin untuk menemuinya, lalu Jabalah berkata, “Berbicaralah kalian!’ Maka Hisyam bin Ash berbicara dengannya dan menyerunya untuk memeluk agama Islam.

Ternyata Jabalah memakai pakaian hitam, maka Hisyam bertanya kepadanya, ‘Pakaian apakah yang engkau kenakan itu?' Jabalah menjawab, ‘Saya memakainya dan saya telah bersumpah bahwa saya tidak akan meninggalkannya sebelum mengusir kalian dari negeri Syam.’

Kami berkata, ‘Majelismu ini, demi Allah, akan benar-benar kami rebut dari tangan kekuasaanmu, dan sesungguhnya kami akan merebut kerajaan rajamu yang paling besar, insya Allah. Hal ini telah diberitakan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu Nabi Muhammad Saw.’

Jabalah mengatakan, ‘Kalian bukanlah mereka, bahkan mereka adalah suatu kaum yang puasa siang harinya dan shalat pada malam harinya, maka bagaimanakah cara puasa kalian?’

Maka kami menceritakan cara puasa kami. Wajah Jabalah menjadi hitam (marah) dan berkata, ‘Berangkatlah kalian,’ dan ia menyertakan seorang utusan bersama kami untuk menghadap kepada Kaisar Romawi.

Kami berangkat, dan ketika kami sudah dekat dengan ibukota, berkatalah orang yang bersama kami, ‘Sesungguhnya hewan kendaraan kalian ini dilarang memasuki ibukota kerajaan. Jika kalian suka, maka kami akan membawa kalian dengan kendaraan kuda dan begal.’ Kami menjawab, ‘Demi Allah, kami tidak akan masuk melainkan dengan memakai kendaraan ini.’

Kemudian orang yang bersama kami itu mengirimkan utusannya kepada kaisar untuk menyampaikan bahwa para utusan kaum muslim menolak peraturan tersebut. Akhirnya Raja Romawi memerintahkan kepada utusan itu untuk membawa kami masuk dengan kendaraan yang kami bawa.

Kami masuk ke dalam ibu kota dengan menyandang pedang-pedang kami, hingga sampailah kami pada salah satu gedung milik Kaisar. Lalu kami istirahatkan unta kendaraan kami pada bagian bawahnya, sedangkan Raja Romawi memandang kami.

Lalu kami ucapkan, ‘La ilahaillallah wallahu akbar!’ Allah-lah yang mengetahui, karena sesungguhnya gedung itu mendadak awut-wautan seperti pohon kurma yang tertiup angin besar. Lalu raja mengirimkan utusannya kepada kamu untuk menyampaikan, ‘Kalian tidak usah menggembar-gemborkan agama kalian kepada kami.’ Dan raja mengirimkan lagi kurirnya untuk menyampaikan, ‘Silahkan kalian masuk.’

Maka kami masuk menghadapnya, sedangkan dia berada di atas pelaminannya, di hadapan para pendeta Romawi. Segala sesuatu yang ada di majelisnya berwarna merah, raja sendiri memakai baju merah, dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya semuanya berwarna merah.

Lalu kami mendekat kepadanya.Dia tertawa, lalu berkata, ‘Bagaimanakah menurut kalian jika kalian datang menghadap kepadaku dengan mengucapkan salam penghormatan yang berlaku di antara sesama kalian? Tiba-tiba di sisinya terdapat seorang lelaki yang fasih berbicara Arab lagi banyak bicara.

Maka kami menjawab, ‘Sesungguhnya salam penghormatan kami di antara sesama kami tidak halal bagi anda, dan salam penghormatan anda yang biasa anda pakai tidak halal pula bagi kami memakainya. Raja menjawab, ‘Bagaimanakah ucapan salam penghormatan kalian di antara sesama kalian?’ Kami menjawab,’Assalamu ‘alaika.’ Raja bertanya, ‘Bagaimanakah caranya kalian mengucapkan salam penghormatan kepada raja kalian?’ Kami menjawab, ‘Sama dengan kalimat itu.’ Raja bertanya, ‘Baagaimanakah kalian mendapat jawabannya?' Kami menjawab, ‘Kalimat yang sama.’

Raja bertanya, ‘Kalimat apakah yang paling besar dalam ucapan kalian?' Kami menjawab, ‘La ilahaillallah wallahu akbar.’ Ketika kami mengucapkan kalimat itu, hanya Allah-lah yang lebih mengetahui, tiba-tiba gedung istana bergetar sehingga raja mengangkat kepalanya memandang ke atas gedung itu.

Raja berkata, ‘Kalimat yang baru saja kalian ucapkan dan membuat gedung ini bergetar. Apakah setiap kalian mengucapkannya di dalam rumah kalian, lalu kamar-kamar kalian bergetar karenanya?' Kami menjawab, ‘Tidak, kami belum pernah melihat peristiwa ini kecuali hanya di tempatmu sekarang ini.’

Raja berkata, 'Sesungguhnya aku mengharapkan seandainya saja setiap kali kalian mengucapkannya segala sesuatu bergetar atas kalian. Dan sesungguhnya aku rela mengeluarkan separuh dari kerajaanku.’ Kami bertanya, ‘Mengapa?’ Ia menjawab, ‘Karena sesungguhnya hal itu lebih mudah dan lebih layak untuk dikatakan bukan merupakan perkara kenabian, dan bahwa hal tersebut hanyalah terjadi semata-mata karena perbuatan manusia.’

Kemudian raja menanyai kami tentang tujuan kami, lalu kami menceritakan hal itu kepadanya. Setelah itu raja bertanya, ‘Bagaimanakah shalat dan puasa kalian?’ Kami menceritakan hal itu kepadanya, lalu raja berkata, ‘Bangkitlah kalian.’ Kemudian ia memerintahkan agar menyediakan rumah yang baik dan tempat peristirahatan yang cukup buat kami, dan kami tinggal di sana selama tiga hari.

Pada suatu malam raja mengirim utusannya kepada kami, lalu kami masuk menemui raja, dan ia meminta agar kami mengulangi ucapan kami, maka kami mengulanginya. Sesudah itu ia memerintahkan agar dibawakan sesuatu yang berbentuk seperti kota yang cukup besar, terbuat dari emas. Di dalamnya terdapat rumah-rumah kecil yang masing-masingnya berpintu.

Raja membuka sebuah rumah dan membuka kuncinya, lalu mengeluarkan (dari dalamnya) selembar kain sutera hitam. Ketika kami membeberkan kain sutera itu, tiba-tiba padanya terdapat gambar merah, dan pada gambar yang merah itu terdapat gambar seorang lelaki yang bermata besar lagi berpantat besar, saya belum pernah melihat leher sepanjang yang dimilikinya. Ternyata lelaki itu tidak berjanggut dan ternyata pada rambutnya terdapat dua kepangan rambut yang paling indah di antara semua makhluk Allah. Lalu raja berkata, ‘Tahukah kalian gambar siapakah ini?’ Kami menjawab,'Tidak.’ Ia berkata, ‘Ini adalah gambar Adam As.’ Ternyata Nabi Adam As. adalah orang yang sangat lebat rambutnya.

Kemudian raja membuka rumah yang lain, lalu mengeluarkan kain sutera berwarna hitam darinya. Di dalamnya terdapat gambar orang yang berkulit putih, memiliki rambut yang keriting, kedua matanya merah, berkepala besar, dan sangat bagus janggutnya. Lalu raja bertanya, ‘Tahukah kalian siapakah orang ini?’ Kami menjawab, ‘Tidak.’ Raja berkata, ‘Dia adalah Nuh As.’

Kemudian ia membuka pintu yang lain dan mengeluarkan kain sutera hitam lainnya, tiba-tiba di dalamnya terdapat gambar seorang lelaki yang sangat putih, kedua matanya sangat indah, keningnya lebar, dan pipinya panjang (lonjong), sedangkan janggutnya berwarna putih, seakan-akan gambar lelaki itu sedang tersenyum. Lalu raja bertanya, ‘Tahukah kalian, siapakah orang ini?’ Kami menjawab, ‘Tidak.’ Ia berkata, ‘Orang ini adalah Ibrahim As.’

Lalu raja membuka pintu yang lain (dan mengeluarkan kain sutera hitam) tiba-tiba padanya terdapat gambar orang yang putih, dan tiba-tiba – demi Allah – dia adalah Rasulullah Saw. sendiri. Raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Ya, orang ini adalah Muhammad, utusan Allah Swt. Kami menangis, dan raja bangkit berdiri sejenak, kemudian duduk lagi, lalu bertanya,'Demi Allah, benarkah gambar ini adalah dia, seakan-akan engkau sedang memandang kepadanya?'

Raja memegang kain sutera itu sesaat seraya memandangnya, lalu berkata, 'Ingatlah, sesungguhnya rumah ini adalah rumah yang terakhir, tetapi sengaja saya segerakan buat kalian untuk melihat apa yang ada pada kalian.'

Kemudian raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan kain sutera hitam darinya, tiba-tiba padanya terdapat gambar seseorang yang hitam manis, dia adalah seorang lelaki yang berambut keriting dengan mata yang agak cekung, tetapi pandangannya tajam, wajahnya murung, giginya bertumpang tindih, bibirnya dicibirkan seakan-akan sedang dalam keadaan marah. Raja bertanya, 'Tahukah kalian, siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak tahu.' Raja berkata, 'Dia adalah Musa As.' Sedangkan di sebelahnya terdapat gambar seseorang yang mirip dengannya, hanya rambutnya berminyak, dahinya lebar, dan kedua matanya agak juling. Raja itu bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak tahu.' Raja berkata, 'Orang ini adalah Harun bin Imran As.'

Lalu raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan kain sutera putih dari dalamnya. Ternyata di dalamnya terdapat gambar seorang lelaki hitam manis, tingginya pertengahan, dadanya bidang, dan seakan-akan sedang marah. Lalu si raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak.' Dia menjawab bahwa orang tersebut adalah Luth As.

Kemudian raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan kain sutera putih, tiba-tiba padanya terdapat gambar seorang lelaki yang kulitnya putih kemerah-merahan dengan pinggang yang kecil dan memiliki wajah yang tampan. Lalu si raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak.' Raja berkata, 'Dia adalah Ishaq As.'

Kemudian raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan kain sutera yang berwarna hitam, di dalamnya terdapat gambar seorang lelaki berkulit putih, berwajah tampan, berhidung mancung dengan tinggi yang cukup baik, pada wajahnya terpancarkan nur (cahaya), dan terbaca dari wajahnya pertanda khusyu' dengan kulit yang putih kemerah-merahan. Raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak tahu.' Raja berkata, 'Orang ini adalah kakek nabi kalian, yaitu Nabi Ismail As.

Kemudian raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan darinya kain sutera putih, tiba-tiba di dalamnya terdapat gambar seorang lelaki yang berkulit merah, kedua betisnya kecil, dan matanya rabun, sedangkan perutnya besar dan tingginya sedang, seraya menyandang pedang. Raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak.' Raja berkata, 'Orang ini adalah Daud As.'

Lalu raja membuka pintu yang lain dan mengeluarkan darinya kain sutera putih, tia-tiba di dalamnya terdapat gambar seorang lelaki yang berpantat besar, kedua kakinya agak panjang seraya mengendarai kuda. Lalu raja bertanya, 'Tahukah kalian, siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak.' Raja berkata, 'Orang ini adalah Sulaiman bin Daud As.'

Kemudian raja membuka pintu yang lain, lalu mengeluarkan kain sutera hitam darinya, pada kain sutera itu terdapat gambar orang yang berpakaian putih, dan ternyata dia adalah seorang pemuda yang janggutnya berwarna hitam pekat, berambut lebat, kedua matanya indah, dan wajahnya tampan. Raja bertanya, 'Tahukah kalian siapakah orang ini?' Kami menjawab, 'Tidak.' Raja berkata, 'Orang ini adalah Isa bin Maryam As.'

Kami bertanya, 'Dari manakah anda mendapatkan gambar-gambar ini? Karena kami mengetahui bahwa gambar-gambar tersebut sesuai dengan gambar nabi-nabi yang dimaksud, mengingat gambar nabi kami persis seperti yang tertera padanya.'

Raja menjawab, 'Sesungguhnya Adam As. pernah memohon kepada Tuhannya agar Dia memperlihatkan kepadanya para nabi dari keturunannya, maka Allah menurunkan kepadanya gambar-gambar mereka. Gambar-gambar tersebut berada di dalam perbendaharaan Nabi Adam As. yang terletak di tempat tenggelamnya matahari. Kemudian dikeluarkan oleh Zulqarnain dari tempat penyimpanannya di tempat tenggelamnya matahari,lalu Zulqarnain menyerahkannya kepada Nabi Danial.'

Kemudian raja berkata, 'Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya pribadiku suka bila keluar dari kerajaanku, dan sesungguhnya aku nanti akan menjadi orang yang memiliki kerajaan yang paling kecil di antara kalian hingga aku mati.'

Lalu raja memberi kami hadiah dan ternyata hadiah yang diberikannya sangat baik, lalu dia melepas kami pulang. Ketika kami sampai pada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra., kami ceritakan kepadanya semua yang telah kami lihat, demikian pula perkataan raja serta hadiah yang diberikannya kepada kami. Maka Abu Bakar menangis dan berkata, 'Kasihan dia. Seandainya Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia melakukannya (masuk Islam).'

Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, 'Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Saw., bahwa mereka (orang-orang nashrani) dan orang-orang Yahudi menjumpai sifat Nabi Muhammad Saw. pada kitab yang ada pada mereka'."

Hal yang sama telah diketengahkan oleh Al-Hafidz Abu Bakar Al-Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah, dari Al-Hakim secara ijazah, lalu ia menuturkan kisah tersebut. Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, sanad dari kisah ini tidak ada celanya. 

Sahabatku, sungguh ini kisah yang luar biasa. Kisah yang menggambarkan bagaimana sesungguhnya sifat-sifat dan ciri-ciri Nabi Muhammad memang sudah dikenal oleh orang-orang nasrani. Sehingga mereka mampu menggambarkan sosok Nabi Muhammad berdasarkan sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut, dan gambar tersebut ternyata cocok dengan sosok Nabi Muhammad. 

Bersambung.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar