“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Ayat ini membawa misi yang jelas tentang eksistensi dari agama ini. Bahwa Allah memerintahkan kita untuk membaca, yaitu membaca ayat-ayat quraniyah dan ayat-ayat kauniyah, karena keduanya akan berujung dan bertitik temu pada Allah. Ayat yang berbicara tentang hamba-Nya yang takut kepada-Nya, sebelumnya didahului dengan ayat yang menjelaskan syariat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta. (QS. Fathir: 24-28).
Ayat ini juga tidak bisa dilepaskan dari bulan Ramadhan, karena ayat itu turun pada saat bulan Ramadhan. Ramadhan telah menjadi saksi permulaan diturunkannya al-Quran. Karena dengannyalah, bulan ini menjadi mulia di mata Allah, para malaikat, dan kaum muslimin sedunia.
“…bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Rasulullah Saw. membacakan kembali ayat-ayat al-Quran kepada malaikat Jibril pada bulan Ramadhan. Jibril mendengarnya dengan penuh seksama. Para sahabat Nabi berbondong-bondong mengikuti sunnah ini; mereka membacanya dengan penuh antusias.
Ada yang berhasil mengkhatamkan satu bulan, ada yang satu minggu, ada yang tiga hari dan bahkan ada yang setiap hari. Dr. Aidh al-Qarni dalam bukunya 30 Renungan Ramadhan, mengibaratkan suara-suara bacaan al-Quran pada saat itu seperti dengungan lebah karena saking ramai dibacakan.
Begitupun yang dilakukan generasi-generasi selanjutnya. Tidak ada pekerjaan yang lebih diprioritaskan Imam Malik, ketika bulan Ramadhan, kecuali membaca al-Quran. Imam asy-Syafi’i berhasil mengkhatamkan al-Quran sebanyak 60 kali selama bulan Ramadhan, ini artinya beliau mengkhatamkan al-Quran 2 kali setiap hari. Kaum muslimin dari dulu hingga sekarang tak pernah putus dari membaca al-Quran, khususnya di bulan Ramadhan. Mereka membacanya di masjid-masjid, di rumah-rumah, di majelis-majelis, dan di tempat-tempat umum.
Bagi orang-orang yang tidak terlalu mahir membaca al-Quran, tidak menjadi masalah jika ingin membaca al-Quran, karena Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang membaca al-Quran, lagi pula ia mahir, kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan Rasul-Rasul yang mulia lagi baik; dan orang yang membaca al-Quran, tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan bagi mereka yang belum bisa membaca al-Quran, mereka dapat membaca surat-surat pendek yang telah mereka hafal atau mereka dapat saja mendengarkan al-Quran dari kaset-kaset rekaman.
“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204).
Al-Quran adalah kitab petunjuk, pengobat hati dan fisik, rahmat dan berkah. Ketika ia dibaca dibulan Ramadhan, efeknya semakin bertambah berlipat ganda. Orang-orang yang ingin segera mendapat petunjuk, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Orang-orang yang ingin hati dan pikirannya jernih, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Orang-orang yang ingin segera mendapat rahmat dan berkah, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat. Tak ada ibadah yang lebih besar intensitasnya dilakukan orang-orang shalih dalam bulan Ramadhan, dari dahulu hingga sekarang, selain membaca al-Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar