Imam
Hasan Al-Bashri ditanya oleh seseorang, "Bagaimana kabar Anda?” Imam Hasan
Al Bashri pun tersenyum dan menjawab, "Engkau bertanya kepadaku mengenai
keadaanku? Bagaimana menurutmu jika sekelompok manusia menaiki sebuah bahtera
hingga di tengah-tengah samudera yang luas bahtera itu pecah dan masing-masing
memegang kayu yang tersisa. Bagaimana menurutmu kondisi mereka?”
Laki-laki itu pun menjawab,
"Mereka tentu amat ketakutan sekali.” Imam Hasan Al Bashri pun
menanggapi, "Keadaan saya lebih dari itu.” (Ihya’ Ulumuddin, 13/2386)
Begitulah para ulama kita.
Begitulah orang yang telah menghiasi hidupnya dengan ilmu dan amal saleh. Ulama
kita adalah ulama yang sejati. Karakteristik mereka tidak sama dengan
karakteristik ulama-ulama dari kalangan Yahudi, di mana mereka mengatakan apa
yang tidak mereka perbuat. Sedangkan ulama kita mengatakan apa yang mereka
perbuat, bahkan berusaha menyembunyikan amal saleh yang mereka lakukan selagi
mereka mampu melakukannya.
Ketika
orang-orang Bani Israil banyak meminta ini dan itu kepada Nabi Musa As. dan
seluruh permintaan itu dikabulkan Allah, tetap saja mereka menjadi pembangkang.
Mereka juga meminta Nabi Musa memperlihatkan mukjizatnya, setelah Nabi Musa
memperlihatkannya, tetap saja mereka membangkang padahal mereka tahu mukjizat
itu datangnya dari Tuhan.
Sedangkan
para sahabat Rasulullah Saw., mereka berjihad, ditengah terik matahari yang
panas, mereka tetap setia kepada Rasulullah Saw., mereka tidak meminta bahkan
mereka berusaha memberi. Mereka tidak meminta kepada Rasulullah Saw., "Ya
Rasulullah, engkau adalah seorang Nabi dan Rasul, mintalah kepada Allah untuk
menghancurkan orang-orang kafir sehingga kami dapat duduk-duduk di sini
menunggu kehancuran itu." Atau mereka berkata, "Ya Rasulullah, kami
ingin makanan yang banyak agar kami dapat hidup sehari-hari dengan
nyaman." Tidak! Tidak seperti itu umat ini. Umat ini pergi berjihad,
berdarah, dan mati syahid. Umat ini bersedekah kepada orang fakir. Mereka
saling membantu bila ada yang membutuhkan bantuan. Contohnya pada perang
Khandaq. Ketika itu pasukan Islam benar-benar kekurangan makanan. Hingga Rasul
pun mengganjal perutnya dengan batu. Hal ini membuat seorang sahabat Nabi
berinisiatif membuat makanan untuk Rasulullah Saw. dan beberapa sahabatnya.
Tidak untuk semua sahabat karena persediaan makanan di rumahnya tidak begitu
banyak. Namun dengan izin Allah, makanan yang sedikit itu menjadi banyak
sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh pasukan Islam. Beginilah
karakteristik umat Nabi Muhammad. Mereka tidak meminta tapi justru merekalah
yang memberi. Karakter yang ditempa sejak zaman Rasulullah Saw. membekas pada
generasi-generasi selanjutnya dan menjadi karakteristik umat Nabi Muhammad Saw.
Sahabatku, hadirkanlah kisah-kisah yang baik untuk menghiasi
hari-harimu. Jadikan ia sebagai muhasabah untuk dirimu. Ia akan menggedor pintu
hatimu, mendorongmu untuk beramal dan akan berusaha mencegahmu dari melakukan
perbuatan maksiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar