Imam
Ibnu Qasim salah satu murid senior Imam Malik menyatakan, "Aku telah
mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun
aku mempelajari adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu."
Muhammad bin Sirrin beliau berkata: “Mereka dulu (para
sahabat) mempelajari adab-adab sebagaimana mempelajari ilmu“.
Al-Imam Abu Abdillah Sufyan Ats-tsauri
rahimahullah, beliau menceritakan kisah bagaimana di zaman Tabi’in dalam
mempelajari adab menjadi hal yang utama. Sufyan Ats-tsauri mengatakan: “Mereka-mereka dulu (para
Sahabat dan Tabi’in) tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi menuntut
ilmu, hingga anak-anaknya telah diajari adab-adab terlebih dahulu dan
memperbanyak ibadah 20 th lamanya”
Abdullah bin Mubarak rahimahullah beliau
menceritakan tentang metode beliau menuntut ilmu -Abdullah bin Mubarak adalah
seorang ulama yang mengumpulkan seluruh cabang ilmu- beliau berkata: “Saya mempelajari adab 30th dan
saya menuntut ilmu 20th, dan mereka dulu (para Sahabat dan Tabi’in) mempelajari
adab sebelum mempelajari ilmu”.
Dari Ibnul Mubarak, beliau berkata: Berkata
Makhlad bin Al-Husain kepadaku: “Kami
lebih butuh untuk memperbanyak adab daripada memperbanyak hadits.”
Al-Khathib Al-Baghdadiy meriwayatkan dari Al-Imam
Malik bin Anas, beliau berkata: Berkata Ibnu Sirin: “Mereka (para shahabat dan
tabi’in) mempelajari al-huda (petunjuk tentang permasalahan adab dan yang
sejenisnya) sebagaimana mereka mempelajari ilmu.”
Dari Al-Imam Malik juga, dari Ibnu Syihab, beliau
berkata: “Sesungguhnya
ilmu ini adalah adabnya Allah, yang telah Allah ajarkan kepada Nabi-Nya dan
demikian juga telah diajarkan oleh Nabi kepada ummatnya; amanatnya Allah kepada
Rasul-Nya agar beliau melaksanakannya dengan semestinya. Maka barangsiapa yang
mendengar ilmu maka jadikanlah ilmu tersebut di depannya, yang akan menjadi
hujjah antara dia dan Allah ‘Azza wa Jalla.”
Dari Ibrahim bin Hubaib, beliau berkata: Berkata
ayahku kepadaku: “Wahai
anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, dan belajarlah dari mereka serta
ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya hal itu lebih
aku sukai untukmu daripada memperbanyak hadits.”
Dari Ibnul Mubarak, beliau berkata: Berkata
Makhlad bin Al-Husain kepadaku: “Kami
lebih butuh untuk memperbanyak adab daripada memperbanyak hadits.”
Hal ini dikarenakan kalau seseorang sibuk
memperbanyak hadits dan menghafalnya akan tetapi tidak beradab dengan adab-adab
yang telah dipraktekkan oleh para ulama niscaya ilmu tadi tidak akan
bermanfaat. Akan tetapi orang yang belajar adab niscaya dia akan terus mencari
tambahan ilmu dengan diamalkan dan diterapkan adab-adab yang telah
dipelajarinya.
Dari Zakariyya Al-’Anbariy, beliau berkata: “Ilmu tanpa adab seperti api
tanpa kayu sedangkan adab tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad.”
Dari Malik bin Anas bahwasanya ibunya berkata
kepadanya: “Pergilah
ke Rabi’ah lalu pelajarilah adabnya sebelum ilmunya.”
Komentar:
Subhanallah, para ulama kita sangat memperhatikan adab. Tidak
mengherankan bila kita temukan dalam kitab-kitab mereka banyak membahas tentang
adab. Sebagai contoh Kitab Riyadhus
Shalihin banyak berisi
hadits-hadits tentang adab. Seolah-olah mereka mengatakan bahwa adab itu Islam,
barangsiapa tidak memperhatikan adab maka tidak mengenal keindahan Islam.
Salah seorang pemikir besar Malaysia, Syed Naquib Al-Attas
mengatakan bahwa kerusakan ilmu disebabkan karena tidak adanya adab dalam diri
penuntutnya. Mempelajari ilmu tidak hanya sebatas mentransfer ilmu, tetapi juga
harus memperhatikan adab; adab seorang murid kepada gurunya, adab guru kepada
muridnya, adab kepada Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, adab kepada kedua orangtua,
kepada kakak, kepada adik, dan seterusnya.
Tidaklah heran bila orang-orang liberal itu bicara seenaknya
sendiri, tidak peduli benar atau tidak, tidak peduli sesuai syariat atau tidak,
tidak peduli dimarahi Tuhan atau tidak. Karena toh mereka tidak beradab. Ilmu
bagi mereka sekedar memenuhi otak sementara hati mereka dipenuhi syubhat.
Mereka tidak peduli bila suatu waktu mereka menginjak-injak Al-Qur'an dengan
kakinya, toh mereka tidak punya adab. Bagi mereka sama saja Al-Qur'an ada
dikepala mereka atau dikaki mereka.
Apakah kita sudah mempelajari adab untuk kehidupan kita
sehari-hari? Subhanallah! Ternyata banyak
sekali ilmu tentang adab itu. Saya baru mengetahui sedikit saja dari adab-adab
itu. Bahkan kadang saya dilupakan oleh setan tentang adab-adab itu. Akibatnya,
saya bisa melakukan sesuatu yang seharusnya tidak saya lakukan. Akibatnya, saya
melakukan suatu kesalahan fatal yang bisa merugikan diri saya dan orang lain.
Sungguh beruntung saya mendapatkan hikmah di atas. Semakin banyak pengetahuan
yang saya peroleh semakin menunjukkan betapa bodohnya saya.
Sumber inspirasi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar