Senin, 12 Agustus 2013

Kisah yang Hampir Mustahil Terjadi: Penaklukan Konstantinopel


Rasulullah Saw. bersabda,“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).

Ratusan tahun lamanya kaum muslimin berusaha menjebol benteng konstantinopel tetapi mereka selalu gatot. Sebagian orang putus asa. Menyerah. Berarti nubuwat itu salah. Tapi tidak bagi Muhammad Al-Fatih. Di usianya yang masih belia, 23 tahun, bersama 250.000 pasukan, ia bertekad menaklukan konstantinopel. Bukan dengan jalan seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya. Tapi dengan jalan kemustahilan. 

Perlu diketahui, kota dengan benteng lebih dari 10 meter tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Yang ada dipikiran Al-Fatih adalah melawati jalur darat. Pasukan kaget. Mustahil. Nah, karena mustahil itulah musuh juga menganggap mustahil. Jadi, musuh tidak akan menyangka pasukan Islam mulai menuju mereka. 

Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn. Ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri.

Agar kapal itu bisa berjalan di darat, hutan ditebang untuk membuat jalan kapal. Dibawah kapal diletakkan kayu gelondongan. Fungsinya seperti roda. Kayu gelondongan itu diputar secara bergantian dari belakang ke depan dan kapalnya ditarik dengan rantai. Medannya sulit. Bukan medan datar. Tapi naik ke bukit lalu turun dari bukit. Kerja keras dan tekad membaja. Itulah yang menjadi catatan sejarah pasukan ini. 

Setelah sampai dipinggir laut, pasukan Islam dengan mudah menuju benteng tanpa terhalangi lagi oleh rantai baja. Pasukan kafir kaget bukan kepalang. Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. 

Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar