Senin, 13 Januari 2014

Tanggapan Atas Reportase "Lho, Katanya Mogok Makan? Tokoh Al-Ikhwan Makan Minum Usai Sidang"

http://www.hidayatullah.com/read/2014/01/11/14700/lho-katanya-mogok-makan-tokoh-al-ikhwan-makan-minum-usai-sidang-2.html 

Berita yang diangkat Hidayatullah ini seperti bukan Hidayatullah yang saya kenal. Saya sudah mengenal Hidayatullah sejak 18 tahun yang lalu. Di mana saat itu saya menjadi santri Hidayatullah dan pembaca setia majalah Hidayatullah hingga kini. Hidayatullah yang saya kenal sangat dekat dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin. Tokoh-tokoh Hidayatullah yang saya kenal seperti Almarhum KH. Abdullah Said, Ust. Hamim Thohari, Ust. Abdurrahman Muhammad, sering mengutip pemikiran tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Majalah Hidayatullah juga sudah sangat sering mengangkat tokoh-tokoh Ikhwan seperti Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Said Hawwa, Muhammad Quthb, Yusuf Al-Qaradhawi, Muhammad Al-Ghazali, Sayyid Sabiq, Abdullah Azzam, Ahmad Yasin, dsb. Karena dikenal sangat militan, Hidayatullah pernah dikatakan oleh media barat sebagai salah satu jaringan Al-Qaeda.

Saya tidak mengenal "Ama Farah" si penulis reportase ini. Dimulai dari judul berita "Lho, Katanya Mogok Makan?" Bagi saya terkesan sedang memulai menggiring opini karena dijawab sendiri oleh si penulis reportase. Lebih menampilkan suudzon ketimbang husnudzon. Tidak melihat perjuangan Ikhwanul Muslimin selama mereka berdiri. Tidak melihat ribuan mujahid Rabiah dibunuh pro kudeta termasuk di dalamnya para Qiyadah Ikhwan dan ulama-ulama Ikhwan. Bagi saya tsiqoh dan tabayun lebih penting ketimbang menampilkan berita yang justru memojokkan para mujahid-Nya. Apakah si penulis berita ini sudah tabayun sebelumnya mengapa para mujahid itu makan dan minum? Lihat saja foto dan berita yang ditampilkan merujuk pada media pendukung kudeta, "Al-Watan". Apakah sama antara orang-orang yang bertakwa dengan ahli maksiat? Apakah sama antara mereka yang bertahun-tahun dipenjara karena memperjuangkan syariat dengan para penyeru kebatilan yang sehari-hari hidup bermewah-mewahan?

Tertulis pada reportase itu, Ikhwanul Muslimin mogok makan tanggal 23 desember. Tapi di akhir tulisan disebutkan mogok makan tanggal 25 desember. Saya berhusnudzon mungkin salah tulis. Mungkin yang dimaksud adalah tanggal 23 desember. Sebagaimana juga reportase yang pernah dimuat hidayatullah.com oleh penulis yang berbeda (http://www.hidayatullah.com/read/2013/12/24/13741/ratusan-anggota-ikhwanul-muslimin-mogok-makan.html).

Di paragraf akhir reportase tertulis, "belum ada kabar bahwa sekarang telah berakhir." Apakah selamanya mogok makan itu diberitakan? Apakah selamanya penghentian mogok makan juga diberitakan? Siapakah sebenarnya yang berhak mengatakannya dan menunjukkan mogok makan itu berawal dan berakhir? Toh orang-orang yang mogok makan itu sendiri, bukan? Apakah juga kekejaman yang dilakukan orang-orang zalim terhadap para mujahid itu diberitakan oleh media-media pendukung kudeta? Mengapa tidak berbaik sangka, mungkin mogok makan sudah berakhir sejak hari itu.

Abu Farras Mujahid
Santri Hidayatullah 1995-1997

Catatan:
Beberapa jam yang lalu judul berita tertulis "Lho, Katanya Mogok Makan? Tokoh Al-Ikhwan Makan Minum Usai Sidang". Tapi sekarang sudah berubah, "Katanya Mogok Makan, Tokoh Ikhwan Tertangkap Kamera Makan-Minum Usai Sidang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar