Selasa, 14 Januari 2014

Pelajaran dari Menulis dengan Hati

Salah satu buku paling berkesan yang pernah saya tulis adalah buku berjudul "Agar Menjadi Wanita Penghuni Surga." Karena saya menulisnya dari hati dan saya merasa pada saat itu berada di puncak ruhiyah. Maka mengalirlah kata-kata yang indah dari alam bawah sadar saya. Beberapa orang pun, hampir seluruhnya akhwat, menelpon saya, menulis surat kepada saya, dan mengirim email kepada saya. Di antara mereka ada yang menangis setelah membacanya dan berharap buku itu menjadi momentum perubahan dirinya menjadi lebih baik. Yang lain ada yang sengaja menelpon saya dari jauh; Hongkong sekedar untuk curhat kepada saya. Yang paling menakjubkan adalah seorang ibu dari Kalimantan mengirimi saya sebuah hadiah berupa kalung mutiara sebagai tanda terimakasih kepada saya atas buku yang telah saya tulis. Allahu Akbar! Terus terang saya kaget mendapat sambutan seperti itu dalam sejarah hidup saya.

Akhirnya, di mana-mana saya dipanggil ustadz. Saya malu sekali dipanggil ustadz karena merasa belum menjadi seorang ustadz. Saya banyak dosa dan saya baru belajar. Saya bukan ustadz, saya penuliss yang hafal beberapa ayat Al-Qur'an saja. Tetapi entahlah, mereka tetap memaksa saya untuk mau dipanggil ustadz. Yang penting saya menyampaikan apa adanya tentang diri saya kepada mereka. Bila pada kenyataan apa yang saya tulis dan apa yang saya katakan mengandung kebenaran, semua itu datangnya dari Allah. Saya berdoa kepada Allah semoga tangan ini mampu menuliskan kebenaran-Nya dengan lancar dan akal ini mampu mencurahkan pengetahuan yang tepat dalam proses penyusunan buku itu.

Buku itu terbit pada tahun 2007. Walaupun terbit hanya sekali, buku itu telah menjadi kenangan terindah dalam karir kepenulisan saya. Saya belajar darinya tentang pentingnya menulis dari hati. Karena bahasa hati lebih menyentuh perasaan dan emosi seseorang meskipun orang itu berilmu tinggi atau jauh dari agama-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar