Rabu, 31 Oktober 2012

Wara'nya Seorang Hakim

Afiyah bin Yazid merupakan seorang hakim yang terkenal adil, meski demikian beliau akhirnya memilih mengundurkan diri dari jabatannya setelah mengalami suatu kejadian.

Suatu saat hakim yang juga merupakan faqih madzhab Hanafi ini telah mantap dalam memutuskan suatu perkara, kemudian pihak yang terlibat dalam perkara memberi hadiah korma kepada beliau. Beliau pun menolak bahkan marah besar terhadap orang tersebut. Namun keesokan harinya di waktu beliau menyampaikan keputusannya, beliau menjadi ragu hingga batal menyampaikan apa yang beliau yakini sebelumnya.

Akhirnya Afiyah pun menghadap Khalifah Al Mahdi dan menceritakan apa yang beliau alami dan menyampaikan,”Demikianlah keadaan hatiku meski aku menolak hadiah itu. Jika demikian, bagaimana jika aku menerimanya?” Dan khalifah pun mengizinkan Afiyah mengundurkan diri dari jabatannya. (Siyar A’lam An Nubala’, 6/399)

Begitu waranya para ulama itu. Tidak heran bila mereka dijuluki pewaris para Nabi. Yaitu pewaris dalam keimanan,kebenaran, keberanian, ketegasan, keadilan, dan kebaikan lainnya. Kita akan menemukan dalam sejarah, dari waktu demi waktu, perhiasan yang indah ini.

Bukanlah indahnya dunia ini karena malaikat yang senantiasa bersujud kepada-Nya, tetapi karena keberadaan orang-orang yang beriman dan bertakwa. Itulah perhiasan dunia yang sesungguhnya, karena hal itulah manusia lebih istimewa daripada malaikat.

Kisah ini seolah hidup walau orangnya telah mati. Ia akan hidup karena ada orang yang meneladaninya. Seperti sebuah wakaf atas kesalehannya yang tercatat dalam sejarah atau seperti ilmu yang bermanfaat. Maka ia akan terus hidup,melekat dalam ingatan, menjadi inspirasi dan motivasi orang-orang beriman. 

Sebagai umat, sudah seharusnya kita mengambil kisah ideal agar lebih termotivasi dalam beramal. Jika kita mengambil kisah-kisah yang tidak jelas sumbernya dan jauh dari ruh keimanan, motivasi pun akan ikut melemah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar