Rabu, 10 Oktober 2012

Keutamaan Memilih Teman yang Baik


“Ceritakan padaku siapa temanmu, niscaya aku dapat mengetahui siapa kamu.”

Untuk menarik benang merah dari perkataan di atas, kita juga dapat berkata, “Hidup bersama orang yang berbahagia, maka kita akan berbahagia.” 

Hal itu terjadi karena kebahagiaan atau kesedihan dapat menular atau menyebar pada orang lain dan mempengaruhinya. Ini adalah kebenaran yang nyata, sebab orang yang bahagia adalah orang yang yakin, optimis, damai, dan memancarkan kegembiraan. Dengan demikian ia memberi suatu kesan kesenangan dan kebahagiaan. Lebih dari itu, kapan Anda mempunyai teman orang-orang saleh, niscaya pancaran kesalehan itu akan mengenai Anda dan Anda menjadi bersemangat dalam mengikuti arus kesalehan.

Anda tidak pantas bergaul dengan jiwa-jiwa tanpa mewaspadainya, karena ia sering berubah-ubah. Tak ada pilihan bagi Anda kecuali harus selalu berhati-hati dalam memilih teman. Anda juga harus mengambil kebaikan-kebaikan dari orang lain dan teman Anda dengan melepaskan rasa tamak dari dalam dada.

Yang aneh adalah orang yang mudah melibatkan diri dalam pergaulan dengan mereka yang tidak serius, padahal ia mengetahui bahwa bergaul dengan mereka hanya akan menyebabkan ”kecurian” tabiat baiknya secara tidak terasa. Sesungguhnya pergaulan yang paling utama adalah pergaulan seseorang dengan orang-orang yang lebih berilmu dan lebih saleh ketimbang dirinya.

Di zaman ini, jika kita bergaul dengan sembarang orang, yang akan terjadi hanyalah kegelapan hati. Menjadi tidak aneh ketika seorang anak kecanduan narkoba karena teman bermainnya sendiri adalah orang-orang yang kecanduan narkoba. Tidak aneh juga jika kita suka bercanda, karena orang-orang disekeliling kita tidak menjalankan ajaran agamanya dengan baik.

Rasulullah SAW. bersabda, “Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)

Imam Ibnu Qudamah berkata, “Apabila kita berbaur dengan orang-orang yang tidak sehat hatinya penyakit menyebar kemana-mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-sama dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah-ibadah zhahir, sedangkan di dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda sumber penyakit.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar