Jumat, 26 Oktober 2012

Turki dan Khilafah Utsmaniyah


Saya mendapat oleh dari kakak saya yang baru pulang dari Turki. Dua kotak kue, makaroni, kaos, gantungan kunci, dan spageti. Dua kotak kue itu mengingatkan saya pada kue mochi & kue kelapa. Hanya saja kue itu dikemas dengan bagus jadi tampak lebih baik dibanding kemasan indonesia. Walaupun untuk ukuran Turki terbilang cukup murah. Tak hanya itu, saya mendapat cerita-cerita yang menarik tentang Turki. Rasa-rasanya semakin kuat diri saya untuk berkunjung kesana.

Dulunya Turki adalah negara yang besar. Ia adalah tempat lahirnya Kekhalifahan Utsmaniyah. Kekhalifahan ini runtuh disaat umat Islam memang mengalami kemorosotan. Dimana-mana wilayah kekuasaan Islam dijajah. Persatuan runtuh. Umat disinggung masalah nasionalisme. Umat dibisiki oleh setan yang terkutuk (Barat) bahwa bangsa Turki sedang menjajah mreka. Mereka tidak memandang lagi Islam sebagai pemersatu. Mereka tidak lagi memandang siapa saja boleh memimpin asal Islam. Kemudian di waktu-waktu berikutnya dikenallah istilah-istilah seperti Pan Arab.

Padahal dulu umat Islam hanya mengenal "wilayah islam" dan yang lain "wilayah kafir". Tapi kini kita mengenalnya dalam batas-batas negara meskipun negara-negara itu berpenduduk muslim. Kita sering bentrok dengan Malaysia dan Malaysia sering memprovokasi kita. Padahal sama-sama muslim; agamanya sama, shalatnya sama, dan berakidah sama.Percaya atau tidak, dulu wilayah Indonesia dan Malaysia masuk dan tunduk pada Kekhalifahan Utsmaniyah nun jauh disana.

Bashar Asad pernah menghina Erdogan, Perdana Menteri Turki, bahwa Erdogan sedang bermimpi membangun kekhalifahan. Bashar seolah buta, bahwa hakikatnya impian hari ini adalah kenyataan hari esok. Bahkan berdirinya negara zionis Israel berawal dari sebuah mimpi Herzl tentang tanah impian. Tapi kini negara itu telah berdiri.

Begitupun dengan Rasulullah Saw. Siapa sangka para pembelanya adalah orang-orang lemah, miskin, dan budak, tapi mampu menjadi tonggak berdirinya daulah di sepertiga dunia dan pemeluk agamanya menjadi tersebar hingga penjuru dunia. Kelemahan yang dipandang orang banyak, bisa menjadi kekuatan yang dahsyat sehingga mmpu mengatasi segala rintangan dan hambatan.mndirikan kekhalifahan tidak mudah tapi sebuah keniscayaan sebagaimana sejarah mengajarkannya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar