Rabu, 09 Mei 2012

Rajin Membaca Sebagai Buah dari Iman


Adakah hubungan antara membaca dengan kondisi keimanan seseorang? Menurut Imam Ibnu Qudamah, keduanya memiliki keterkaitan. Hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, yaitu ilmu, hikmah, ma’rifat, mencintai Allah dan beribadah kepada-Nya serta mementingkan semua ini daripada setiap bisikan nafsu.

Orang yang imannya lemah cenderung malas membaca dan menuntut ilmu. Sebaliknya dengan orang yang imannya kuat, ia akan cenderung rajin membaca dan tekun menuntut ilmu. Di samping itu, meskipun orang yang imannya lemah mau membaca, maka apa yang dibaca kurang dipahaminya atau hanya sebatas kulit luarnya saja.

Keimanan kita yang hidup dan “segar” mendorong kita untuk lebih antusias dalam beramal, khususnya membaca dan menuntut ilmu. Apabila iman tidak membuat kita beramal, maka bisa dipastikan – kata Sayyid Quthb – iman itu palsu atau tidak ada sama sekali. Orang tidak bisa mengatakan “aku beriman” sebelum ia merealisasikan kata-katanya itu dalam bentuk amal.

Orang beriman sadar tentang manfaat yang besar dari mengerjakan amal saleh, maka mereka pun mengerjakannya dengan penuh semangat. Keimanan mengatakan bahwa dunia ini fana dan akan segera berakhir. Waktu begitu pendek, sementara amal begitu sedikit. Dia Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Maha Mendengar apa yang kita kerjakan, rasakan, dan ucapkan. Oleh karena itu, orang yang beriman segera melakukan amal saleh sebelum nyawa sudah tak lagi dikandung badan.

Imam Syafi`i duduk di depan Imam Malik. Ia membacakan sesuatu yang membuat Imam Malik sangat mengagumi kecepatannya dalam menangkap pelajaran, kecerdasannya, dan pemahamannya yang sempurna. Imam Malik berkata, “Aku melihat, Allah telah meletakan sinar didalam hatimu. Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat.”

Imam Syafi’i berkata, “Barangsiapa yang ingin agar Allah membukakan pintu hati dan menyinari lubuk kalbunya, dia wajib meninggalkan perkataan yang tidak berguna, meninggalkan perkara-perkara dosa serta menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan. Seyogianya juga dia melakukan amalan-amalan shalih secara tersembunyi antara dirinya dengan Allah saja. Sungguh, apabila dia telah berbuat demikian, niscaya Allah bukakan untuknya suatu ilmu yang membuatnya sibuk sehingga lupa terhadap selainnya. Dan sesungguhnya di dalam kematian itu terdapat kesibukan yang sangat banyak.”

Dengan adanya iman yang hidup di dalam diri kita, maka kita akan semakin antuasias dalam membaca. Dan, membaca mendorong kita untuk beramal, dan amal itu akan memberikan efek positif terhadap keimanan kita. Begitupun seterusnya – seperti halnya sebuah lingkaran yang tidak pernah putus – sampai Allah mencabut nyawa kita. Masing-masing unsur tersebut akan memberikan efek timbal balik yang positif antara satu dengan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar