1. Ilmu yang Wajib Dipelajari
”Mencari ilmu itu wajib atas setiap orang muslim.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Komentar:
Ilmu apakah yang wajib
dipelajari? Menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya berjudul Mukhatashar
Minhajul Qashidin, yaitu ilmu muamalah hamba terhadap Rabb-nya. Muamalah
yang dibebankan di sini meliputi tiga macam: Keyakinan, perbuatan, dan apa yang
harus ditinggalkan. Karena ilmu inilah, para ulama terkenal menjadi harum dan
semakin terkenal. Seperti Sufyan ats-Tsaury, Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i,
dan Ahmad.
- Orang
yang Ilmunya Tidak Bermanfaat
“Orang yang paling keras
azabnya pada hari kiamat adalah orang berilmu yang ilmunya tidak bermanfaat
baginya.” (HR. Thabrani, Ibnu Ady, dan Baihaqi).
Komentar:
Dalam mengomentari hadits ini,
Imam Ibnu Qudamah mengatakan, mendebatkan suatu topik masalah dengan tujuan
untuk mencari kemenangan dan pamor merupakan sumber akhlak yang tercela. Orang
yang bersangkutan tidak akan selamat dari kesombongan, karena kekalahan
rivalnya. Dia tentu menjadi ujub terhadap diri sendiri, karena dia lebih unggul
daripada lawan-lawannya. Dia tidak selamat dari riya’, karena tujuan pokok dari
debat itu, agar semua orang tahu kemenangannya, lalu mereka akan melontarkan
pujian dan sanjungan kepadanya. Umurnya berlalu dengan sia-sia untuk mencari
ilmu yang bisa membantunya mendapatkan kemenangan saat berdebat, dan sama
sekali tidak bermanfaat di akhirat, seperti kemahirannya menguasai kata-kata
yang manis dan tepat atau kata-kata yang jarang digunakan orang lain. Inilah
gambaran orang yang ilmunya tidak bermanfaat.
- Etika
dan Prioritas Penuntut Ilmu
Orang yang menekuni suatu ilmu,
sejak semula jangan ada niat untuk tampil beda dengan orang lain, karena niat
ini bisa mengacaukan pikirannya dan membuyarkan konsentrasinya. Dia harus
mengambil yang terbaik dari segala sesuatu. Sebab umurnya tidak memungkinkan
untuk mendalami semua ilmu. Dia harus membulatkan tekadnya untuk memilih ilmu
yang paling baik, yang tak lain adalah ilmu yang berkaitan dengan akhirat.
-
Imam Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidin, 19
Komentar:
Ada dua pelajaran yang dapat kita
ambil dari nasehat di atas:
- Janganlah para penuntut ilmu itu berlaku sombong, riya, dan ujub.
- Memprioritaskan ilmu akhirat dibanding ilmu yang lain.
Apa yang dimaksud ilmu akhirat?
Ilmu akhirat adalah ilmu yang membuat penuntutnya semakin yakin dengan
keberadaan Allah, mencintai-Nya, menjalankan semua perintah dan menjauhi semua
larangan-Nya. Ilmu inilah yang berhasil diperoleh Abu Bakar ash-Shiddiq.
Rasulullah Saw. memberikan kesaksian kepadanya, dengan bersabda, “Abu Bakar
tidak mengalahkan kalian karena banyak puasa dan tidak pula shalat, tetapi
karena sesuatu yang bersemayam di dalam dadanya.”
Ilmu akhirat adalah ilmu yang
terpuji seutuhnya. Ilmu ini bagaikan lautan yang tidak diketahui seberapa jauh
kedalamannya. Manusia hanya bisa berenang menurut kesanggupannya.
- Fokus dalam Menuntut Ilmu
Suatu kali Abu Bakar al-Anbari
dihadiahi seorang pembantu wanita yang cantik. Setelah pembantu wanita ini
berada di rumahnya, dia berpikir untuk menanyakan suatu masalah kepada Abu
Bakar. Karena itu dia masuk ke ruangannya dan hanya mereka berdua saja yang ada
di sana . Abu Bakar al-Anbary segera berteriak,
“Bawa wanita ini ke penjual budak!”
”Apa dosaku?” tanya wanita itu
”Engkau tak bersalah. Hanya saja hatiku bisa sibuk memikirkan dirimu.
Wanita semacam dirimu ini tentu akan menghalangiku untuk mendalami ilmu.”
- Imam Ibnu Qudamah, Mukhtashar
Minhajul Qashidin, 18
Komentar:
Ketekunan, komitmen, dan keteguhannya dalam menuntut ilmu membuat Abu Bakar
al-Anbari dikenal sebagai ulama yang banyak berkarya, baik lewat ucapan,
perbuatan, maupun tulisan. Konon kabarnya buku hasil karya tulis beliau
mencapai 400 jilid. Kisah ini hendaknya menjadi semangat bagi kita agar fokus
dengan cita-cita dan tujuan hidup kita. Kesuksesan tidak mungkin diraih dengan
pikiran yang bercabang-cabang, karena kemampuan kita dalam menggali hakikat
menjadi terbatas.
- Malaikat Berada Ditengah-tengah Orang
yang Sedang Menuntut Ilmu
Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan
sayapnya kepada orang yang mencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang
dicarinya. (HR.. Ahmad
dan Ibnu Majah).
Komentar:
Menurut al-Khaththaby, meletakkan sayap di sini ada tiga pengertian:
- Bisa
berarti membentangkan sayapnya.
- Bisa
berarti merendahkan dan menundukkannya, karena hendak menyampaikan hormat
kepada orang yang mencari ilmu
- Malaikat itu sendiri turun ke majelis ilmu, menunggui dan tidak terbang dari sana.
- Kiat
Mendapatkan Hikmah
Seseorang tidak bisa dikatakan
memiliki hikmah, kecuali setelah menghimpun antara ilmu dan amal.
-
Ibnu Qutaibah
Komentar:
Sesungguhnya orang yang berhasil menghimpun ilmu dan amal akan merasakan
manisnya iman dan lezatnya ketaatan. Allah akan mencurahkan hikmah yang
melimpah ke dalam qalbunya. Itulah mengapa Allah mengatakan bahwa hanya orang
tertentu saja yang dianugerahi hikmah – Yu’til hikmata mayyasyaa’ (QS.
Al-Baqarah: 269). Karena, kebanyakan manusia tidak mampu menghimpun ilmu dan
amal dalam dirinya. Dengan anugerah hikmah itu, manusia telah mendapatkan
karunia yang banyak – khairan katsiraa.
- Ilmu Merupakan Ibadah Hati
Seorang penuntut ilmu harus membersihkan jiwa terlebih dahulu dari
akhlak-akhlak yang hina dan sifat-sifat yang tercela. Sebab, ilmu merupakan
ibadah hati.
- Imam Ibnu Qudamah, Mukhtashar
Minhajul Qashidin, 17
Komentar:
Karena jika penuntut ilmu melakukan maksiat, dengan sendirinya ilmu itu
hilang dalam dirinya. Itulah mengapa orang mudah lupa dengan ilmu yang
dipelajarinya. Ilmu itu cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Yang satu
mengajak ke arah ketaatan, sedangkan yang satunya lagi mengajak ke arah
kemungkaran. Bagaimana mungkin keduanya dapat bersatu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar