Rabu, 09 Mei 2012

Ikhwanul Muslimin: Dari Mesir untuk Dunia Islam

Kemenangan Ikhwanul Muslimin pada pemilu Mesir ibarat bom waktu. Hanya menunggu tanggal mainnya. Karena, Ikhwanul Muslimin memiliki akar sejarah yang panjang dalam Peradaban Mesir Modern. Meskipun mereka diinjak-injak, dihina, diusir, dan ditindas, mereka tetap eksis bahkan mampu berkembang seperti sekarang ini. Sekalipun ditindas, mereka tetap berhati luhur. Sekalipun fisik mereka terpenjara, mereka tetap berdoa untuk kemaslahatan kaum muslimin. 

Menurut sebuah kabar dari seorang ustadz, sebenarnya Ikhwan mampu memperoleh perolehan suara lebih besar dalam pemilu. Namun mereka menghendaki Mesir yang stabil dengan tidak langsung menjadi mayoritas. Jika ikhwan langsung memimpin Mesir, akibatnya Ikhwan akan menjadi sasaran tembak musuh-musuh Islam. Akibatnya kemenangan yang sudah dekat bisa saja menjauh hanya karena keegoan belaka. Ini hanyalah siyasah saja, namun siyasah yang cantik.

Bung Syahrir ditemani Mr. Nazir Pamoncak dan M.Z. Hasan menyampaikan terima kasih terhadap dukungan Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Hasan Al-Banna atas kemerdekaan Indonesia. (Sumber gambar: Hassan, M.Z. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan Bintang. Jakarta. Halaman 277)

Tokoh-tokoh besar Mesir mulai dari Gamal Abdun Naser hingga Syaikh Al Azhar Ahmad Baquri pernah menjadi anggota Ikhwan. Pemimpin-pemimpin dakwah salafiyah Mesir seperti Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq juga pernah bersentuhan dengan Ikhwan. Calon Presiden Mesir paling populer seperti Hazim Abu Ismail, Abul Mun'im Abu Futtuh, Salim Al-Awa sangat dekat dengan Ikhwanul Muslimin. Para pendiri partai Islam Mesir adalah bekas anggota Ikhwanul Muslimin. Tidaklah heran bila Mursyid Am Syaikh Muhammad Badi mengatakan bahwa Ikhwan adalah induk dari partai-partai Islam yang ada.

Agus Salim, Ketua Delegasi Republik Indonesia, bersama H. Rasyidi menyampaikan terima kasih bangsa Indonesia kepada Hasan Al-Banna (Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun) yang kuat sekali mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sumber gambar: Hassan, M.Z. 1980. Diplomasi revolusi Indonesia di Luar Negeri. Bulan Bintang. Jakarta. halaman 220.

Pemikir-pemikir besar Mesir banyak di antaranya aktivis Ikhwan, sebut saja misalnya Dr. Muhammad Imarah, Dr. Fahmi Huwaidi, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Dr. Abdul Qadir Audah, Sayyid Sabiq, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Dr. Raghib As-Sirjani, Syaikh Thantawi Al-Jauhari (penulis kitab tafsir fenomenal Al-Jawahir), Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib (Pendiri Jamaah Ansharus Sunnah), dan Zainab Al-Ghazali. Sebagian tokoh-tokoh besar lainnya tidak menyebutkan bahwa diri mereka aktivis Ikhwan demi menjaga maslahat yang lebih besar. Namun, pemikiran mereka seiring sejalan dengan para aktivis Ikhwan lainnya. Alhaqqu la yu’rafu bir rijal, la ta’rifil haq, ta’rifur rijal. 

Di luar Mesir, tentu jauh lebih banyak lagi tokohnya. Banyak dari mereka jebolan menimba ilmu di Mesir. Setelah lulus kuliah, mereka aktif menyebarkan fikrah Ikhwan. Hal ini menambah kekuatan dakwah Ikhwan dari gerakan Islam lokal, menjadi gerakan Islam Internasional.

Imam Hasan Al-Banna saat memimpin shalat Mujahidin Ikhwanul Muslimin

Kemenangan Ikhwan adalah kemenangan yang sangat ditakuti oleh Israel. Bahkan salah satu tokohnya mengatakan, Ikhwan lebih berbahaya daripada nuklir Iran. Hal ini terjadi karena Ikhwan memiliki akar historis perlawanan terhadap Israel. Pada perang Israel VS Mesir di tahun 48, Ikhwan memegang peranan penting dalam peperangan itu. Namun takdir Allah berkata lain. Musuh-musuh Allah di Mesir malah menangkapi Mujahidin Ikhwan sehingga mereka tidak bisa kembali lagi berjihad. Kemenangan yang sudah di depan mata sirna. Semua ini tentu saja ada hikmahnya dan menjadi pelajaran berharga untuk kelanjutan gerakan Ikhwan. 

Imam Hasan Al-Banna bersama Pasukan Mujahidin Ikhwanul Muslimin

Tidaklah sombong bila ada yang mengatakan Ikhwanul Muslimin adalah gerakan Islam yang paling berpengaruh di abad milenium ini. Gerakan ini berhasil menjiwai Arab Spring baru-baru ini. Bahkan Revolusi ini kan terus menggelinding membesar ibarat bola salju. Ini adalah Sunnatullah. Dulu Nabi Yusuf menjadi budak, dihina, di fitnah, dan di penjara, kemudian setelah kesulitan terlalui, kemudahan datang menghampiri. Nabi Yusuf di angkat menjadi Raja Mesir. Dulu Nabi Muhammad Saw. dihina, disiksa, dan diusir dari negerinya sama seperti halnya para sahabatnya. Namun kemudian, dalam rentang waktu takdir dan pertolongan Allah, Makkah berhasil di bebaskan. Tidak hanya dibebaskan secara lahiriah dari kaum musyrikin, tetapi juga secara maknawiyah yaitu dibebaskan dari kemusyrikan.

Gerakan Ikhwanul Muslimin yang bermula dari sebuah kota kecil di sudut Mesir telah berubah menjadi Gerakan besar alamiyah yang menyejarah. Gerakan yang memasuki marhalah demi marhalah yang dicita-citakan berawal dari individu yang Islami hingga mendorong terbentuknya Khilafah dan menjadikan Islam sebagai ustadziyatul alam (sokoguru peradaban dunia). Semoga terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar