Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya memberikan penjelasan
seputar ayat ini. Makna Allah Swt. berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah.” Artinya, Allah
memerintahkan untuk bertakwa kepada-Nya. Pengertian takwa ini mencakup sesuatu
yang telah diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang telah dilarang.
Selanjutnya, Allah Swt. berfirman, “dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat),” yaitu hisablah dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lihatlah
apa yang telah kamu tabung untuk diri-diri kamu, berupa amal saleh, untuk hari
di mana kamu akan kembali dan berhadapan dengan Tuhan kamu.”
“dan bertakwalah kepada Allah,” penegasan
untuk kedua kalinya. “sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” Yaitu, ketahuilah, bahwa Allah Yang Maha Suci adalah Maha
Mengetahui atas semua perbuatan dan hal ihwal kamu. Tidak ada sesuatu pun yang
dapat kamu sembunyikan dari-Nya dan tidak ada perkara-perkara kamu yang gaib
dari-Nya, yang besar atau yang kecil. (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4).
Menurut Prof. Dr. Abdullah Nashih Ulwan, makna muhasabah
sebagaimana disyaratkan oleh ayat ini, ialah: Hendaklah seorang mukmin
mengintrospeksi dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan; apakah tujuan
amalnya untuk mendapatkan ridha Allah? Atau, apakah amalnya dirembesi sifat
riya? Apakah dia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?
Setiap pagi hendaknya kita mewajibkan diri dan meminta
perjanjian untuk memperbaiki niat, melaksanakan taat, memenuhi segala
kewajiban, dan membebaskan diri dari riya. Demikian pula di sore hari,
semestinya kita punya waktu untuk menyendiri dengan diri guna memperhitungkan
semua yang telah kita lakukan. Bila yang kita lakukan itu kebaikan, maka
hendaklah kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas taufiknya. Apabila
yang kita lakukan itu bukan kebaikan, maka hendaklah kita bertaubat dan kembali
ke jalan Allah; seraya menyesal, memohon ampunan, berjanji untuk tidak
mengulangi, serta memohon perlindungan dalam khusnul khatimah kepada-Nya.
(Lihat Kitab Tarbiyatur Ruhiyah karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan)).
Umar Ra. berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah
untuk pertunjukkan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada
pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun.”
Jika kita telah menghisab diri dalam urusan yang besar maupun
yang kecil, dan berusaha keras menyendiri di malam hari dengan Allah untuk
melihat apa yang akan dipersembangkan di hari kiamat nanti, maka dengan
demikian kita telah melangkah menuju takwa.
Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk bermuhasabah sesudah
beramal, agar amal yang kita lakukan tidak sia-sia. Karena, jika amal kita
mengandung unsur riya – sekecil apa pun amal itu – tetap saja Allah
mengetahuinya. Jawablah pertanyaan-pertanyaan muhasabah dengan jujur. Karena
dari jawaban yang jujurlah, kita dapat mengetahui letak dan kualitas amal kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar