Saya sering
melewati sebuah sekolah di dekat rumah saya. Letak sekolah itu berada di
pinggir jalan raya. Di trotoar jalan terlihat banyak sekali pedagang. Mereka
menjual berbagai jenis makanan. Saya sempat melihat yang mereka jual
jajanan-jajanan yang tidak jelas menyehatkan atau tidak. Belum lagi gerobak,
penggorengan, dan wadah adonannya yang terlihat kotor. Ditambah lagi asap
kendaraan bermotor dan debu yang beterbangan yang kemungkinan besar menempel di
jajanan itu. Saya jadi pusing melihatnya.
Walaupun anak saya
belum ada yang masuk sekolah dasar, tetapi sedari awal sudah saya katakan
kepada istri saya untuk menjaga makanan yang akan dimakan oleh anak-anak. Lebih
baik membuat makanan sendiri karena sudah tahu jenis bahannya; mana yang harus
dihindari dan mana yang tidak membahayakan bagi kesehatan. Sedangkan untuk
makanan dari luar, kita tidak tahu makanan itu menyehatkan atau tidak,
bahan-bahannya terjamin atau tidak. Walaupun makanan itu sepintas tampak enak
dan lezat.
Menurut Rahmat
Sentika, Ketua Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sekitar 68
persen jajanan anak di sekolah memiliki kandungan bahan kimia berbahaya seperti
formalin, boraks, dan rhodamin.
Dia mengatakan hal
tersebut memang tidak akan terlihat dalam jangka waktu dekat. Tetapi dalam
jangka waktu yang lama, zat kimia itu akan menyebabkan kerusakan pada ginjal
serta gangguan dalam tumbuh kembang anak. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/05/23/m4h5ci-68-persen-jajanan-sekolah-mengandung-kimia-berbahaya)
Fakta ini sungguh
mengejutkan bagi saya. Fakta ini seharusnya kita perhatikan dengan seksama.
Saya teringat
dengan perkataan Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam salah satu bukunya, yang
mengatakan, sangat mudah bagi musuh-musuh Islam meracuni generasi muda Islam
dengan makanan dan minuman yang tidak menyehatkan. Saya contohkan misalnya,
sering memberi anak-anak makanan dan minuman cepat saji. Mereka bisa saja
meracuni air seperti yang terjadi di Gaza Palestina. Sehingga pada akhirnya
generasi muda Islam menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.
Setelah mereka
dewasa lalu menikah dan mempunyai keturunan, secara genetik orangtua akan
mewarisi apa yang ada di dalam diri mereka kepada anak-anak mereka. Seperti
misalnya, orangtua yang mempunyai penyakit alergi, maka kemungkinan besar
anak-anaknya juga akan terkena alergi. Begitupun dengan orangtua yang terkena
diabetes, kemungkinan besar anak-anaknya beresiko mengidap penyakit diabetes.
Dan, penyakit-penyakit lainnya.
Pada akhirnya,
musuh-musuh Islam menjadi lebih mudah menghancurkan umat Islam. Tampaknya hal
ini sudah menjadi rahasia umum. Oleh karena itu, umat Islam harus senantiasa
waspada. Bahwa memberi makanan yang buruk kepada anak kita adalah salah satu
perbuatan tercela. Kaidahnya, “Islam menghalalkan semua makanan yang halal,
suci, baik, dan tidak mengandung mudhorot, demikian pula sebaliknya Islam
mengharamkan semua makanan yang haram, najis atau ternajisi, khobits (jelek), dan yang mengandung
mudhorot.”
Bila kita tetap
memberi makanan yang buruk kepada anak-anak kita, berarti kita telah melanggar
sunnatullah-Nya yang mengatakan salah satu penyebab kebinasaan adalah memakan
makanan yang buruk.
waaah, mengerikan itu gan
BalasHapusjajanan anak sekolah