Jumat, 01 Juni 2012

Pelajaran dari Sayyid Quthb

Pada tahun 1948 Sayyid Quthb pergi ke Amerika Serikat untuk meraih gelar magister di Stanford University. Setelah lulus, beliau pulang ke Mesir padahal sebelumnya beliau bercita-cita meraih gelar doktor di sana. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Sayyid Quthb? 

Sayyid Quthb menulis buku yang berjudul Amerika Lati Ra'aitu. Dalam buku itu, beliau menceritakan apa yang beliau saksikan selama di Amerika. Beliau menyaiksikan banyak sekali terjadi penyimpangan seksual dan kebobrokan pemikiran di Amerika. Amerika, kata beliau, sedang berada di ambang kehancuran serta berjalan secara pasti menuju kemunduran dan kebobrokan. 

Mengomentari hal ini, saya berkata dalam hati, sungguh seorang Sayyid Quthb pada saat itu telah diberi hidayah oleh Allah sehingga beliau mampu berkata seperti itu. Padahal beliau sebelumnya adalah seorang sastrawan sekuler. Sangat mudah bagi Allah membolak-balikkan hati hamba-Nya; yang semula jahat menjadi baik, yang semula fasik menjadi mukmin. Hidayah itu mengantarkan beliau pada kepekaan terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Ditambah lagi dengan dirinya yang sastrawan membuatnya semakin merasakan apa yang telah terjadi.

Tetapi, wahai Sayyid Quthb, kondisi saat ini jauh lebih mengerikan daripada yang engkau saksikan. Bila dulu orang masih malu-malu memamerkan auratnya, tapi kini mereka tidak lagi malu-malu! Bila dulu orang sembunyi-sembunyi melakukan pornografi, tapi kini sudah berani terang-terangan! Bila dulu ciuman di depan umum di anggap tabu, kini mereka sudah berani melakukannya. Bila dulu orang-orang liberal malu-malu dan tidak berani terang-terangan berkata tentang penyimpangannya, tetapi kini mereka sangat berani. Berani sekali! Mereka telah berani menggugat hukum Allah yang absah, menghalalkan apa yang telah diharamkan-Nya. Yang mengejutkan adalah, mereka mengaku-ngaku bahwa diri mereka masih muslim.

Wahai Sayyid Quthb yang dirahmati Allah, dunia saat ini, tidak hanya Amerika, sedang berada di ambang kehancuran serta berjalan secara pasti menuju kemunduran dan kebobrokan.Kebobrokan itu begitu merata, sehingga kebenaran menjadi tabu sementara kejahatan merajalela. Orang menyangka yang buruk-buruk tentang Islam dan menyangka yang baik-baik terhadap musuh-musuhnya.

Maka, tugas pertama kita agar tidak terseret dalam arus jahiliyah ini adalah, mengislamkan diri dan keluarga kita. Kita kuatkan keimanan kita dan keluarga kita. Mengapa keluarga kita? Karena itulah lingkungan yang terdekat dengan kita; lingkungan terdekat yang kemungkinan besar mampu kita pengaruhi. Bila diri dan keluarga kita sudah islami, maka dengan sendirinya akan tercipta masyarakat yang islami. Semakin tinggi tahapan, semakin besar pula tantangan. Tetapi tantangan itu akan berhasil kita lewati karena fondasi kita sudah kuat.  

Kita berlindung kepada Allah dari terseret arus jahiliyah ini. Kita memohon kepada Allah untuk diwafatkan sebagai seorang muslim dan dalam keadaan husnul khatimah. Kita berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk tetap berpijak di jalan yang Dia ridhai walaupun orang fasik, munafik, dan kafir membencinya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar