Ada seorang penulis pemula bertanya di sebuah forum. "Bagaimana caranya agar bisa menulis?" Begitu kira-kira pertanyaannya. Lalu di jawab oleh beberapa penulis senior. Di sini, saya ingin memberi penjelasan poin-poin penting yang disampaikan oleh beberapa penulis senior itu. Saya juga menambahkan beberapa poin dari yang yang sudah ada. Berikut ini cara agar bisa menulis:
Pertama, keyakinan berkreasi. Atau dengan kata lain, pede aja lagi. Kalau seorang penulis tidak mempunyai keyakinan dalam berkreasi maka dia akan kesulitan menghasilkan sebuah karya tulis. Biasanya mereka disandera oleh kata-kata, takut salah....takut ada yang mengkritik....takut ini dan takut itu yang sebenarnya hanya sebuah negatif thinking saja. Kalau dalam peperangan, belum apa-apa sudah kalah bertempur. Nah, penyakit tidak pede ini harus dihilangkan dan diganti dengan keyakinan penuh dalam berkreasi. Ingatlah bahwa Tuhan telah memberi kita kelebihan disamping kekurangan. Setiap orang berbeda-beda kelebihan dan kekurangannya. Setiap orang mempunyai spesifikasi tersendiri. Bahkan seorang anak kembar tidak identik kembar. Ada yang berbeda dari mereka. Jika kita selalu mengeluhkan kekurangan diri kita, itu tandanya kita tidak bersyukur kepada Allah. Oleh karena itu, menulislah dengan gaya yang ada dalam diri kita. Jangan pernah takut menerima kritikan orang. Ambil sisi positifnya guna menjadi cambuk untuk kita agar lebih baik lagi dalam menulis. Tentang poin ini, saya telah menulis artikel berjudul "Keyakinan Berkreasi".
Kedua, menulis, menulis, dan menulis.Mengapa seorang penulis disebut penulis? Karena mereka menulis. Menulis apa? Menulis apa yang mereka ketahui dan menulis apa yang mereka rasakan. Tulislah, pertama jangan terlalu memikirkan subjek tertentu. Coba tuliskan suara hatimu. Misalnya, "Kemarin aku melihat kecelakaan di jalan raya. Antara mobil dan motor. Aku melihat si pengendara motor terkapar dipinggir jalan dengan kepala berdarah. Orang-orang pun berbondong-bondong menyelematkannya. Ternyata di zaman sekarang masih ada orang yang punya sikap gotong royong pada sesama." dan bla bla bla.
Ketika kita sudah masuk dalam alam menulis, kita akan menyatu dengan apa yang kita tulis. Awalnya mungkin sedikit susah, menulis apa ya? Tapi jangan pedulikan. Lanjut menulis! Sesungguhnya bisikan itu dari godaan setan yang terkutuk. Setelah mulai masuk ke alam menulis, mulai menulis satu-dua paragraf, kita akan mulai hanyut dalam dunia kita. Alam seolah berhenti bergerak, yang bergerak adalah kita! Alam diam, yang berbicara adalah kita! Sampai kita dapat menyelesaikan tulisan itu. Jangan pedulikan godaan untuk menyunting tulisan sebelum menyelesaikan tulisan itu. Karena hal itu hanya akan menghambat kreativitas kita dan mencerai beraikan kita dari alam kita.
Setelah tulisan selesai kita buat, tinggal di baca lagi. Bisa beberapa kali. Kini kita memasuki dunia editing. Kita bisa menambah, mengurangi, dan memperbaiki tulisan kita. Hingga jadilah sebuah tulisan orsinil dari kita.Tapi jangan berlebihan untuk menyuntingnya hingga akhirnya tulisan itu tidak pernah terselesaikan. Kalau tidak punya ide untuk menyunting, lebih baik tulisan itu di endapkan dulu. Beri jeda agar pikiran kita fresh. Salah satu cara yang baik untuk menyunting tulisan adalah membacanya dengan suara keras. Biasanya irama tulisan yang sumbang akan terasa dengan cara seperti ini.
Ketiga, publikasikan di blog. Setelah jadi sebuah tulisan, kalau sekiranya mau, publikasikan saja di blog. Mudah-mudahan saja akan banyak orang yang mengambil manfaat dari keberadaan tulisan kita. Artinya, pahala yang bisa kita dapatkan, mengalir terus untuk diri kita selama orang yang membaca tulisan kita merasakan manfaatnya. Dengan menulis di blog, dokumentasi tulisan kita nyata dan tersusun rapi. Karena asyik menulis, tidak terasa tulisan kita sudah sangat banyak; ratusan bahkan ribuan. Melihat tulisan-tulisan di blog biasanya akan menambah motivasi kita dalam menulis. Ternyata, kita adalah penulis produktif!
Keempat, belajar sambil jalan. "Saya belum pernah ikut pelatihan menulis, jadinya saya belum pernah menulis." Demikian kata seseorang yang bercita-cita ingin menjadi seorang penulis. Menurut saya, ini pemikiran yang salah. Seorang penulis tidak harus alumni pelatihan menulis. Kita bisa menulis kapan saja; hari ini atau esok tanpa harus ikut pelatihan menulis. Selama kita senang membaca, biasanya gaya bahasa si penulis buku atau si penulis artikel, akan kita tulis. Apalagi buku atau tulisan itu sangat kita sukai, sampai-sampai meresap ke dalam hati!!
Kalau ingin bisa menulis, jangan tunggu harus ikut pelatihan menulis. Apalagi hanya ingin mengikuti pelatihan menulis yang berongkos mahal. Nunggu uangnya ada dulu. Atau beralasan karena tidak punya uang, tidak bisa menulis. Kalau tidak punya uang untuk ikut pelatihan, ya beli buku tentang menulis. Kalau masih juga tidak punya uang untuk beli buku, ya baca buku di perpustakaan atau pinjam sama teman. Menulis itu murah dan mudah.
Seiring bertambahnya ilmu dan wawasan atau belajar sambil jalan, biasanya tulisan kita akan semakin baik daripada tulisan yang kita buat sebelumnya. Silahkan membandingkan tulisan kita di waktu SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, hingga saat ini (kalau sudah lulus). Pasti perbedaannya sangat kentara. Betul, betul, betul?
Kelima, ngemil.Membuat tulisan yang panjang membutuhkan energi ekstra. Kadang membuat kita butuh istirahat.Atau semangat kita menurun. Tidak mengapa kita berhenti sejenak. Setelah itu lanjutkan lagi. Berhenti lagi. Lanjutkan lagi. Berhenti untuk membangkitkan kembali energi kita. Jika kita konsisten, sebuah tulisan yang panjang bisa kita buat. Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menulis kitab Tarikh-nya sebanyak 3000 halaman.Para ulama lain juga mampu menulis satu judul dengan tebal berjilid-jilid. Kita bisa saja seperti itu jika kita mau. Di mana ada kemauan di situ ada jalan.Tidak mungkin bagi mereka menghabiskan waktu hanya dalam sehari untuk menulis ribuan halaman itu. Tapi, mereka adalah penulis yang bersemangat sehingga mereka sangat produktif dalam berkarya.
Kelima, ngemil.Membuat tulisan yang panjang membutuhkan energi ekstra. Kadang membuat kita butuh istirahat.Atau semangat kita menurun. Tidak mengapa kita berhenti sejenak. Setelah itu lanjutkan lagi. Berhenti lagi. Lanjutkan lagi. Berhenti untuk membangkitkan kembali energi kita. Jika kita konsisten, sebuah tulisan yang panjang bisa kita buat. Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menulis kitab Tarikh-nya sebanyak 3000 halaman.Para ulama lain juga mampu menulis satu judul dengan tebal berjilid-jilid. Kita bisa saja seperti itu jika kita mau. Di mana ada kemauan di situ ada jalan.Tidak mungkin bagi mereka menghabiskan waktu hanya dalam sehari untuk menulis ribuan halaman itu. Tapi, mereka adalah penulis yang bersemangat sehingga mereka sangat produktif dalam berkarya.
Nah, sahabat, demikianlah lima cara menulis. Di samping tulisan di atas, saya juga menulis tentang kiat menulis lainnya di rubrik menulis di blog ini. Mudah-mudahan tulisan-tulisan itu bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Tulis..Tulis..Tulis..
BalasHapusPsotingannya sangat bermanfaat mas!
Alhamdulilla terima kasih atas komentar dan kunjungannya
BalasHapus