Rabu, 06 Juni 2012

Pelajaran dari Penawanan Ghilad Shalit

Banyak orang berbicara tentang kehebatan militer Israel, tetapi ternyata Israel tidak berhasil membebaskan seorang Ghilad Shalit dari tawanan pejuang Palestina. Mengapa hal itu bisa terjadi? Oke, di sini kita bicara tentang manusia, bukan teknologi. Teknologi hanya membantu, sedangkan manusialah yang mengendalikannya. Kemenangan di medan tempur disebabkan oleh mental prajurit dalam bertempur. Bangsa kita adalah contohnya. Seolah-olah ada yang mengatakan bambu runcing mengalahkan meriam. Tentara Israel atau tentara kafir lainnya sudah takut dengan teriakan Allahu Akbar. Mental mereka drop. Jadinya mereka takut mati. 

Tapi jika pejuang sudah takut mati berhadapan dengan musuh yang juga sama-sama takut mati, bisa dipastikan pihak musuhlah yang akan mengalami kemenangan. Kekalahan dalam perang Uhud, contohnya. Rasulullah Saw. sudah memerintahkan sekelompok pasukan pemanah untuk bertahan di bukit Uhud hingga perang usai. Karena, bukit Uhud sangat penting sebagai benteng pertahanan dan dalam menghadang pasukan musuh yang akan menyerang pasukan Islam dari arah belakang. Tapi, karena tidak mematuhi perintah Rasulullah Saw. yang agung ini, yang melaksanakan perintahnya berarti mendapat pahala, dan yang meninggalkannya berarti mendapat dosa, akhirnya pasukan Islam mengalami kekalahan. 

Kekalahan lain, misalnya, ketika pasukan Arab melawan Israel dalam Perang Yom Kippur. Hanya dalam waktu enam hari saja Israel berhasil mengalahkan pasukan Arab. Perang ini adalah perang yang memalukan dalam sejarah Islam. Dari segi jumlah, tentara Arab jauh lebih banyak daripada tentara Israel. Sedangkan dari segi teknologi sebanding. Kalau dipikir-pikir secara logika, seharusnya tentara Arab dapat memenangkan pertempuran itu dengan mudah. Tapi, justru kenyataan yang terjadi sebaliknya. Yang jelas, ini benar-benar perang konyol.

Kekalahan itu disebabkan karena pengkhianatan yang dilakukan oleh orang dalam sendiri. Pepatahnya, musuh dalam selimut. Ini jauh lebih berbahaya ketimbang musuh yang jelas-jelas terlihat di depan mata. Mereka orang-orang munafik yang menampakkan diri sebagai prajurit Arab. Seperti halnya Abdullah bin Ubay di zaman Rasulullah. Saat akan perang uhud dia malah kabur bersama 300 orang munafik lainnya. Tentu saja hal ini melemahkan kaum muslimin secara fisik karena jumlah mereka berkurang sepertiganya. 

Para pengkhianat perang Yom Kippur memberikan data-data intelejen kepada pihak musuh, berupa tempat-tempat strategis militer tentara Arab. Disamping itu, mereka melakukan penangkapan besar-besaran terhadap para Mujahidin Ikhwan hingga memenuhi penjara Mesir pada saat itu. Perang penuh dengan tipu daya. Dalam hal ini Israel tidak salah karena mereka punya kelicikan tersendiri dalam mengalahkan musuh. Yang salah adalah para pengkhianat tersebut. 

Ghilad Shalit adalah pelajaran berharga bagi kaum muslimin umumnya dan bangsa Arab khususnya. Bahwa ternyata Israel itu lemah. Israel tidak mampu berbuat banyak untuk membebaskannya kecuali dengan pembebasan 1027 tahanan Palestina. Ternyata Israel mampu ditaklukan. Asal kaum muslimin bersatu padu, tidak berbuat maksiat dan khianat. Cukuplah dengan senjata yang ada pada saat ini, insya Allah kita mampu mengalahkan mereka. 

2 komentar:

  1. Kunjungan pertama, salam sukses Luar biasa.

    www.inves-on.blogspot.com

    BalasHapus
  2. terima kasih atas kunjungannya pak :)

    BalasHapus