Rabu, 28 Maret 2012

Khusyu’ Kemunafikan

Allaahumma innaa naudzubika min annusyrika bika syaian na’lamuhu wanastaghfiruka limaa laa na’lamuh. (Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami mohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu yang tidak kami ketahui).

Doa itu adalah doa yang sering aku baca tatkala hati ini mulai tumbuh rasa riya, ujub atau takabur. Karena aku takut, ibadah yang aku lakukan bukan karena Allah atau hanya ingin mendapat pujian manusia. Aku berpikir tentang bisikan setan yang menggoda ini, yang membuat manusia menginginkan agar ibadah-ibadahnya diketahui orang lain. Padahal amal-amal itu tidak diterima melainkan ikhlas karena-Nya semata. Sufyan ats-Tsaury pernah berkata, “Apa yang aku lakukan dengan terang-terangan tak pernah aku anggap sebagai amalanku, karena kebanyakan orang saleh sebelumku selalu menyembunyikan amal-amalnya.”

Kini, baju-baju manusialah yang menjadikan mereka terkenal dan penampilan luarlah yang menjadikan mereka masyhur. Adalah Ayyub as-Sakhtani yang memanjangkan bajunya hingga mencapai kedua kakinya. Dia berkata, “Dahulu orang-orang dikenal karena memanjangkan bajunya, namun kini mereka dikenal karena memendekkan bajunya.” Ketahuilah, derajat seseorang akan diangkat oleh Allah jika ia terbebas dari keinginan memperoleh perhatian makhluk, mampu menghapus rasa ujub dalam kalbu, memupuk rasa ikhlas, dan menjaga hati selalu bening.

Yang terjadi saat ini adalah kebalikannya. Banyak pejabat pura-pura menyumbang, padahal uang sumbangan itu milik negara! Dia menginginkan perhatian dari masyarakat bahwa dia adalah orang dermawan. Sebagian lagi minta di shooting ketika sedang beribadah agar masyarakat melihat bahwa dia adalah ahli ibadah atau orang saleh. Demi Allah! Bukan cara itu yang menyelamatkan negara ini dari keterpurukan. Bahkan negara ini semakin rusak karena ulah mereka.

Yang menyelamatkan negara ini adalah, orang-orang yang ikhlas dalam beramal, bermunajat dikeheningan malam sementara orang lain tidak tahu, bersedekah secara sembunyi-sembunyi, mereka yang bekerja memakmurkan desanya, dokter-dokter yang rela mengabdikan diri di tempat yang jauh dari perkotaan, para mujahidin yang siang dan malam berjihad di jalan Allah, sementara orang lain menganggapnya biang teroris. Mereka tidak mendapatkan perhatian dari manusia selayaknya. Bahkan ada di antara mereka yang di hina dan dicaci maki. Doa-doa dan setiap permohonan mereka yang di dengar dan dikabulkan-Nya.

Takutlah dengan kemunafikan! Karena cara itulah, Anda akan terus menerus memperbaiki diri. Dulu ada seorang sahabat Nabi bernama Handzalah Ra.. Suatu hari, dia berteriak-teriak dengan berkata: “Handzalah orang munafik!” Para sahabat Nabi yang mendengarnya merasa aneh mendengar teriakannya itu, karena mereka tahu siapa Handzalah sebenarnya, yaitu seorang sahabat Nabi yang utama.

Handzalah berteriak seperti itu karena merasa bahwa ketika ia mendengarkan nasehat-nasehat Rasulullah Saw., hatinya khusyu, tunduk dan taat, namun ketika keluar dan berada di rumah dirinya malah tertawa terbahak-bahak. Handzalah bukanlah orang munafik. Karena tidak mungkin orang munafik mengaku dirinya munafik. Apa yang terjadi pada dirinya adalah suatu hal yang wajar. Manusia tidak mungkin selalu dalam kondisi keimanan yang terus naik, karena iman itu sendiri bersifat fluktuatif (naik-turun). Hasan al-Bashri berkata, “Barangsiapa yang takut kepada nifak, ia adalah orang mukmin. Barangsiapa yang tidak takut kepada sifat nifak, sesungguhnya ia adalah munafik!”

Wahai sahabatku, perbaikilah niat Anda. Tinggalkan cara berpura-pura dihadapan manusia. Bersikaplah istiqamah pada kebenaran. Perbanyaklah amal ibadah di saat sendiri melebihi amal ibadah yang Anda lakukan di saat ramai. Dengan cara itulah kaum salaf naik pamornya di hadapan Allah dan bahagia hidupnya.

3 komentar:

  1. syukron akhi,sebagian tulisan antum begitu menggetarkan,hingga kumenangis mengingat segala dosaku.jazakallah ahsanaljaza'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah bisa bermanfaat, terlebih untuk diri saya pribadi.

      Hapus
  2. Subhanallah bisa jadi acuan kebenaran yg tentu dibenarkan dan kebenaran yg sudah tentu salahkan

    BalasHapus